3.Kesan Pertama

212 25 4
                                    

Lalu lintas jalanan ibukota masih terpantau ramai lancar, pukul 06.00 adalah awal jam sibuk, di mana setiap orang dengan berbagai kepentingan memulai aktivitas. Mobil jenis SUV warna putih yang dikemudikan sang manajer melaju dengan kecepatan sedang, mengantarkan Josh Bastian menuju bandara. Pagi ini Josh akan pergi ke Korea sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

"Jujur, agak males ikut acara ini, kalau ada waktu luang, mending istirahat di rumah." Meski pandangannya tertuju pada jalanan yang dilalui, tapi pikiran Josh bercabang ke mana-mana.

"Lumayan, kan untuk sekedar healing, meninggalkan sejenak jadwal yang padat. Bukannya akhir-akhir ini kamu selalu mengeluh, badan capek, kurang tidur. Siapa tahu dengan liburan bisa memulihkan kembali energi dan merefresh kembali pikiranmu."

Josh merapatkan punggungnya pada sandaran, rahangnya sedikit terangkat, menghirup napas dalam-dalam, seolah ingin menyingkirkan sesak di dada akibat beban yang menumpuk. Ternyata menjadi seorang selbritas tak seindah yang dibayangkan, ada begitu banyak yang harus dikorbankan; waktu, tenaga, privasi, kebebasan dan lainnya. Sehingga dalam kurun waktu dua tahun---pasca terjun ke dunia entertainment---Josh mengalami lelah fisik juga mental.

"Ada sesuatu yang ga bisa dipulihkan dengan hanya sekedar liburan. Rumor sialan itu benar-benar mengganggu."

"Rumor negatif adalah salah satu cara yang biasanya digunakan orang-orang yang tidak menyukaimu untuk menjatuhkan pamormu. Kamu pernah dengar peribahasa; makin tinggi pohon, makin kencang angin yang menerpanya?"

Josh mengangguk paham dengan yang dikatakan manajernya. "Tapi, gak gay juga kali, emangnya ga ada bahan gunjingan lain?"

Bob terkekeh menanggapi kekesalan artisnya. "Begitulah pola pikir yang sudah terlanjur melekat pada orang-orang kita; gonta-ganti cewek dibilangnya playboy. Liburan sama kawan cowok dicurigai gay. Jomblo terus dibilang ga laku. Memang serba salah, ga akan ada habisnya."

"Meskipun sudah berusaha bodo amat, tetep kepikiran." Josh mendesah frustrasi.

"Jangan terlalu dipikirkan, nanti juga berlalu dengan sendirinya."

"Sampai kapan?"

"Sampai kamu menggandeng seseorang di muka publik."

"Pacar?"

"Iya, pacar WANITA!"

Josh berdecak. "Ga perlu dipertegas juga. Tentu saja aku akan berkencan dengan wanita. Tapi, kalau hanya untuk sekedar menepis rumor, untuk apa? Aku akan benar-benar pacaran bila sudah menemukan wanita yang tepat."

****

"Dah, Patcy! Sampai jumpa minggu depan! Jangan lupa oleh-olehnya, Choi Siwon Oppa, tolong dibungkus!" canda Jill sambil berlalu dari Patricia yang balas melambaikan tangan.

Keberuntungan ini memang luar biasa. Selain bisa liburan ke Korea secara cuma-cuma, plus ditemani cowok ganteng.... Ah, tidak, kata Patricia yang satu itu tidak termasuk keberuntungan. Namun, ada satu hal lagi yang patut disyukuri, Patricia ada di daftar penumpang business class. Oleh sebab itu, sambil menunggu boarding pesawat,
Patricia bisa menikmati fasilitas lounge yang sudah disediakan maskapai. Sambil menunggu, gadis berkacamata itu menyempatkan ngopi cantik biar ga ngantuk.

Baru saja meneguk seruputan terakhir kopinya, terdengar nada dering ponsel di dalam tas. Tertera nomor tidak dikenal melakukan panggilan.

"Halo, selamat pagi. Apa ini dengan Patricia Verona?"

"Iya, saya sendiri."

"Saya Bob, manajer Josh Bastian. Sekarang posisi Mbak di mana?"

"Saya sudah di lounge. Saya duduk di kursi biru dengan koper hitam."

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang