5.November Rain

206 24 5
                                    

Meskipun sifat juteknya tidak berubah, saat membuat liputan, Patricia masih bisa diajak kerjasama.

Rasa bersalah di hati Josh Bastian makin membuatnya gelisah, sikapnya tadi memang sangat keterlaluan. Sambil jalan, otaknya tak henti berpikir, mencari cara agar Patricia mau memaafkannya. Ia ingat saat di pesawat Patricia begitu bersemangat menyantap makanan. Josh mengangguk pelan, merasa sudah menemukan cara yang tepat untuk dicoba.

Josh curi-curi pandang, meskipun ketika Patricia balik menoleh, ia sendiri yang salah tingkah. Menghindar dengan berbagai cara; memalingkan pandangan ke tempat lain, menggaruk kepala, atau pura-pura sibuk dengan ponsel. Lama-lama Josh kesal sendiri, dengan dirinya yang tiba-tiba hilang keberanian.
Samapai akhirnya ia kumpulkan tekad, mendorong diri untuk memulai kembali percakapan.

"Ngomong-ngomong, sekarang sudah waktunya makan malam. Sejak sore kita belanja dari satu mall ke mall lain. Perutmu pasti lapar, kan? Bagaimana kalau kita cari makan ke Gwangjang market. Di sana ada berbagai macam makanan Korea. Kamu tidak perlu khawatir, aku yang traktir. Kamu boleh makan makanan apa pun yang kamu mau, sepuasnya," tawar Josh, lengkap dengan senyum manis membujuk.

Kali ini tembakan Josh benar-benar tepat sasaran, makanan adalah kelemahan terbesar Patricia. Sekesal apa pun kalau sudah menyangkut makanan hatinya akan luluh dengan mudah. Tapi, Patricia tak serta-merta percaya. Masih segar dalam ingatan, Josh yang memperlakukannya semena-mena setelah membayari belanjaannya.

"Tapi, kali ini gak akan ada buntut yang ga enak, kan?" Mata Patricia memicing, melempar rasa curiga.

"Nggak. Janji. Bukannya aku sudah minta maaf, kenapa kamu masih mengungkitnya?"

Masih di sekitar Dongdaemun. Pasar Gwangjang saat itu sangat ramai dipadati pengunjung, karena dalam suasana akhir pekan. Mereka sungguh tampak seperti pasangan kekasih yang sedang berkencan di luar negeri. Josh yang tinggi menjulang, disandingkan dengan Patricia yang mungil, tampak sangat serasi seperti pasangan yang keluar dari manhwa.

Josh tidak pernah menyangka perasaannya akan luluh secepat ini. Ternyata, gadis jutek punya daya tarik tersendiri. Lain dengan gadis-gadis sebayanya yang notabene penggemarnya. Coba saja bayangkan, kalau yang memenangkan undian itu penggemar fanatiknya. Pasti liburan Josh tak akan sebebas dan setenang ini.

Josh pura-pura mengambil gambar suasana sekitar dengan kamera sakunya, padahal yang diambil gambar Patricia yang tampak sangat imut. Tubuh mungilnya seolah tenggelam dalam balutan mantel tebal. Apalagi saat Patricia dengan antusias menghembuskan napas ke udara, sampai terbentuk uap putih yang perlahan berbaur hilang di udara dingin. Tingkah polosnya yang alami, tanpa sadar bikin Josh gemas.

Pintu masuk Gwangjang market sudah di depan mata. Aroma lezat makanan berseliweran di udara, bergantian membelai hidung. Patricia sangat antusias ingin mencoba semua makanan yang ada. Liurnya sudah mencair di dalam mulut, ingin segera melahapnya satu persatu.

Suasana riuh-rendah interaksi pedagang dan pembelinya terdengar di sana-sini.
Kebanyakan para pedagang di sana bibi dan paman paruh baya.

"Mau makan apa?"

Patricia masih kebingungan memilih, makanan yang dijual di lapak-lapak sekelilingnya tampak lezat semua. "Aku mau bibimbap!"

"Oke!"

Pilihan pertama, jatuh pada nasi campur Korea atau disebut bibimbap. Seorang bibi paruh baya dengan cekatan membuatkan pesanan mereka. Tak menunggu waktu lama, dua mangkok bibimbap tersaji. Mereka duduk berdampingan di kursi yang sudah disediakan.

Patricia tampak begitu menikmati makanannya. Nasi campur dengan porsi lumayan besar itu habis dalam waktu singkat.

"Bibimbap asli yang dimakan langsung di Korea, lezatnya memang beda!" ujar Patricia yang tampak puas dengan makanan pertamanya.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang