28.Sosok Yang Dinanti

247 26 8
                                    

Impian digandeng ayah tercinta menuju altar, mengucap ikrar suci pernikahan dengan pria pilihannya, pupus sudah. Meskipun segala cara sudah Kelly lakukan untuk membujuk Hans, pil pahit kekecewaan harus ditelannya. Tidak ada yang bisa menggoyahkan keputusannya. Urusan harga diri dan martabat keluarga menjadi harga mati yang tidak dapat diganggu gugat. Di mata Hans, meskipun Josh sudah lolos ujian calon menantu, namun catatan buruk sang ayah yang berulangkali tersandung kasus, menjadi hal yang sulit diterima.

Pengantin wanita duduk termenung di depan meja rias. Gaun off shoulder menampakkan pundak indahnya yang anggun. Sedangkan pada bagian bawah merupakan rok tulle megar yang seolah jatuh ke lantai. Riasan natural pada wajah mungilnya membuatnya tampak flawless. Dengan tatanan rambut sederhana, hanya mengikat ke belakang, namun tetap terkesan elegan.

Kelly menyentuh pundak Patricia. Sebagai seorang ibu, sangat memahami apa yang kini tengah dirasakan putrinya.

"Akhirnya hari ini datang juga. Anak Mama yang cantik, akan dipersunting pria yang jadi pilihannya," ucap Kelly dengan mata berkaca-kaca. Rasa sesak ditahannya sekuat tenaga, tak ingin memperlihatkan raut sedih di hari bahagia ini. "Berbahagialah, jangan ada kesedihan lagi. Meskipun Mama tahu, dalam hati kecilmu terasa ada yang kurang. Jangan khawatir, ada Mama yang akan selalu mendukung apa pun yang terbaik untukmu."

"Aku tidak tahu apa jadinya bila tak ada Mama di sampingku." Patricia menyandarkan kepalanya di lengan Kelly. Matanya terpejam, merasakan hangatnya perhatian sang mama.

Ketika kembali membuka mata, Patricia melihat sesuatu yang hampir membuatnya tak percaya. Sesosok pria tegap berdiri mengenakan setelan jas hitam, menatapnya penuh haru.

"Papa." Patricia tertegun beberapa saat, ingin meyakinkan apa yang dilihatnya benar-benar nyata. Kemudian melangkah perlahan, saling menghampiri. Tanpa ragu memeluk erat sosok yang sangat dinanti-nantikannya.

"Putriku...." Hans mengusap lembut rambut Patricia.

Kelly ikut berbaur di pelukan mereka. Suasana mengharu biru pun pecah. "Aku sudah menduga ini akan terjadi. Doaku terkabul. Terima kasih, Tuhan," ucap Kelly penuh syukur.

Apakah gerangan yang bisa melunakkan kerasnya hati Hans Atmaja hingga bisa mengubah keputusannya di saat-saat terakhir?

Pagi-pagi setelah semua anggota keluarga pergi, Hans melihat album foto yang mengabadikan setiap momen sang putri sulung semenjak di kandungan ibunya. Tak ada kenangan indah yang terlewatkan. Senyum cerah di setiap foto menjadi gambaran nyata kebahagiaan. Hati kecilnya bergetar. Apa mungkin ia tega, di puncak kebahagiaan malah meninggalkannya?

Tekanan berat di dada yang membuat sesak, telah sirna. Patricia tidak ingin berpikiran buruk tentang ayahnya, apa pun yang dilakukan semata-mata karena rasa sayang.

Kini keduanya berdiri di ujung karpet yang akan mengantarkan menuju altar.

"Mempelai wanita dipersilakan masuk!"

Langkah tegap Hans yang terbiasa dengan baris berbaris di militer, sekarang harus disesuaikan dengan langkah anggun sang putri tercinta, diiringi musik pengantar yang menambah sakralnya suasana.

Semua mata tertuju pada pengantin wanita yang menjadi pemeran utama. Siapa pun akan dibuat terpana dengan kecantikannya. Pandangan semua hadirin terkunci padanya, mengikuti setiap langkah anggunnya sepanjang menyusuri karpet yang membentang lurus menuju altar.

Masih segar dalam ingatan, apa lagi setelah melihat foto masa kecil putrinya, dalam foto itu Hans memegangi tangan Patricia kecil yang saat itu berusia satu tahun, menuntunnya belajar berjalan. Tak terasa 25 tahun telah berlalu, sekarang ia juga yang membimbingnya berjalan menuju pria pilihannya yang sudah menanti.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang