8.Dokter Ganteng

232 25 24
                                    

"Syukurlah, lo udah sadar, Pet."

"Gue di mana?" gumam Patricia dengan mata memicing. Wajah tak asing sang sahabat yang pertama dilihatnya.

"Lo di rumah sakit."

Patricia meringis, seraya menyentuh kening, kepalanya masih sedikit pusing. "Berapa lama gue pingsan?"

"Kurang lebih, tiga jam." Wajah Jill berubah sumringah. "Eh, Pet, tau ngga, yang ngabarin gue siapa? Josh Bastian! Sumpah! Gue seneng banget ditelfon Josh Bastian. Katanya selama di Korea lo banyak cerita tentang gue, jadi nomor gue yang dia hubungin waktu lo---"

"Udah, cukup! Mulai sekarang jangan sebut-sebut lagi nama cowok berengsek itu di depan gue?"

Jill mengernyit. "Loh? Kenapa? Bukannya kalian udah seneng-seneng bareng di Korea?"

"Kalo tau bakal begini akhirnya, dari awal gue ga bakal ambil hadiah undian itu, Jill." Dalam hitungan detik air mata Patricia mulai menggenang.

Jill tertegun, kaget dengan reaksi Patricia. "Maksud lo apa, Pet? Josh ngelakuin apa sama lo?"

Tak ada jawaban, air mata Patricia malah semakin deras.

"Apa yang terjadi sama kalian?"

Meski dengan suara terputus-putus bercampur isakan tangis, Patricia menjelaskan apa yang telah pria itu lakukan padanya.

Jill tercengang. "Gue ga nyangka, Josh Bastian yang keliatan baik, ramah, kok tega ngelakuin hal kayak gitu sama lo.  Maafin gue ya, Pet. Gue yang jadi penyebab semua ini, karena udah bikin lo berangkat ke Korea," sesal Jill.

"Minta maaf untuk apa? Semua sudah terjadi." Patricia menghela napas dalam, menceritakan lagi kejadian itu membuat dadanya kembali sesak.

Mata Jill tiba-tiba membeliak, sepertinya baru terpikir sesuatu. "Astaga. Gawat, Pet!"

"Gawat apa?"

"Ka-kapan kejadiannya? Kapan kalian ngelakuin itu?"

"Semalem."

Jill menghembuskan napas lega, kemudian merogoh sesuatu dari tas. Satu strip obat tablet sudah ada di tangannya. "Minum obat ini, sebelum terlambat."

"Obat apa?" Patricia menatap obat yang sudah berpindah padanya.

"Ini namanya pil kontrasepsi darurat."

Patricia medesah sembari memejamkan mata. "Ah, sial. Gue lupa kemungkinan itu, Jill. Hati sama otak gue terlanjur dipenuhi emosi, sampai-sampai lupa dampak dari semua itu. Ngebayanginnya aja udah bikin gue panas dingin. Apa pil ini manjur?"

"Sejauh gue pake sih manjur-manjur aja. Fungsi pil kontrasepsi jenis ini emang mencegah terjadinya pembuahan. Lo makan dulu. Terus, lo minum dua pil sekaligus." Jill memberi sebungkus roti, dan membantu membukakan pil itu dari cangkangnya.

Meski ga ada selera makan, Patricia berusaha menghabiskan sepotong roti itu, kemudian menenggak dua pil itu bersama air mineral.

"Beruntung lo, ada gue yang ngerti beginian. Kalo enggak, udah direbus lo sama bokap lo."

"Bener juga. Kenapa lo punya obat beginian?"

Ditanya seperti itu Jill cengengesan. "Sebagai pasangan yang udah pacaran 8 tahun, ga mungkin kalo kita selalu sukses buat nahan begituan. Makanya ini dinamakan pil kontrasepsi darurat...."

Tok! tok! tok!

"Permisi!"

Percakapan terhenti, pandangan mereka langsung terarah ke pintu, seorang dokter muda menyapa mereka dengan senyum ramah.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang