29.Babymoon

348 24 4
                                    

Berdiri di depan jendela hotel dari ketinggian, menikmati panorama malam Ibukota yang gemerlap. Lelah pasca resepsi tak bisa dipungkiri. Namun, hasrat yang mendesak pun sangat sulit untuk diajak kompromi. Melirik Patricia yang masih terkapar dalam balutan gaun pengantin, Josh menghela napas dalam.

Kembali menutup tirai, Josh membuka pakaiannya, hanya menyisakan boxer yang sudah semakin sesak.

Terhitung sudah tiga jam istrinya tidur. Josh membenamkan tubuhnya dalam selimut. Berada lebih dekat, debar jantungnya semakin meningkat.

"Nghhh...." Patricia menggeliat, matanya mengerjap. "Sayang...," panggilannya dengan suara serak khas bangun tidur.

Mata Josh melebar, suara seksi istri  tercinta mencerahkan kembali pikirannya yang kusut. "Sayang, sudah bangun?"

"Maaf ketiduran. Apa aku berdosa menganggurkan suamiku di malam pertama?" goda Patricia yang sudah paham isi hati suaminya.

"Dianggurkan tiga jam masih bisa kutahan, bila lebih lama lagi aku akan benar-benar menjadi gila." Suara Josh bertambah berat. Tatapannya sudah ditunggangi hasrat, tampak dari pupilnya yang melebar.

Josh menyampingkan tubuh Patricia, membuka ritsleting belakang gaunnya, melepasnya dari bawah. Ia letakkan gaun itu sembarang di sandaran sofa.

"Matikan lampunya!" titah Patricia pada suaminya yang berada tidak jauh dari saklar lampu.

"Kenapa dimatikan?"

"Lebih nyaman."

Josh menyeringai. "Bukannya kita ingin anak kita kelak masa depannya cerah?"

Patricia mengernyit bingung-Apa hubungannya? Tak lama Patricia terkekeh geli, baru bisa mencerna ucapan Josh. "Jadi, kalau melakukannya sambil gelap-gelapan, masa depan anak kita akan suram?"

Josh mengangguk, ikut geli dengan ucapannya sendiri. Padahal alasan sebenarnya bukan seperti itu. Itu hanya gurauan semata agar Patricia tidak terlalu tegang. Laki-laki sebagai makhluk visual, tentu akan sangat menikmati bila sepanjang bercinta melihat tubuh seksi dan wajah cantik istrinya yang terpuaskan di bawah cahaya lampu.

Mata Josh begitu diberkati bisa kembali melihat tubuh molek wanitanya setelah tiga bulan tidak pernah memberinya jatah.

Patricia mengusap lembut rahang tegas suaminya, turun ke leher dan pundak kokohnya. Dada bidangnya tak luput dari belaian tangan halusnya. Membuat Josh semakin bernafsu ingin segera mengeksekusinya.

Josh yang sudah terdesak gairah, tidak bisa menahan lebih lama, mengecup bibir ranum Patricia, melumat dan menghisapnya atas bawah, bahkan melahapnya sekaligus. Patricia terpejam dalam meresapi gairah yang berdesir, menjalar di setiap inci kulitnya.

"Joshhh," desah Patricia, mencuri satu tarikan napas yang begitu sulit saat bibir Josh tak hentinya menghisap udara yang tersisa di mulutnya.

Josh melepas kaitan bra istrinya dari belakang. Sekarang bukit indah itu tak terhalang apa pun.

"Aaahh...." Desahan panjang lolos dari bibirnya ketika tangan lebar sang suami tak bisa menyesuaikan kekuatannya, meremas gemas dua bukit kenyalnya. Tak cukup sampai di situ, Josh membenamkan mulutnya untuk menyesap puncak Cherry-nya yang kemerahan. Sangat indah dan masih sangat terjaga bentuknya, karena tidak ada yang pernah menjamahnya selain dirinya seorang. Disela permainannya, Josh menyeringai, senang sudah membuat Patricia tak berdaya karena kelihaiannya menemukan titik rangsangnya yang mampu membuat Patricia menggelinjang saat stimulasi semakin intens.

Josh melepas satu-satunya kain yang melekat di badannya, boxer hitam Calvin Klein yang masih membungkus kejantanannya.

"Sudah siap, Sayang?" Josh membungkukkan punggung, berbisik merdu di telinga istrinya. Rintihan samar tak mampu ditahan Patricia saat Josh melesakkan miliknya. Mendorong pelan-pelan tapi cukup kuat.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang