4.Menggiurkan

274 25 4
                                    

Semenjak turun dari pesawat, senyum tak pernah lepas dari bibir Patricia. Ternyata, cewek jutek kalau sudah tersenyum, manis banget. Seperti sinar mentari yang dinanti setelah mendung sekian lama, pikir Josh. Diam-diam curi-curi pandang, menahan senyum di bibir, tapi senyum di hati tidak mungkin bisa dihindari.

Berulang kali menghirup napas panjang. Udara yang kini mengisi paru-parunya adalah udara Korea. Negara yang biasanya hanya bisa ia lihat lewat drakor, sekarang bisa dipijak dan tervisualisasi nyata. Patricia Merentangkan tangan dengan mata terpejam, membiarkan angin dingin musim gugur menerpa tubuhnya. Saat matanya terbuka kembali, Josh sudah jauh meninggalkannya.

"Hey! Tunggu!" seru Patricia, berlari kecil, menenteng koper, mengejar Josh Bastian yang cuek, melenggang tanpa memedulikannya. Bisa gawat kalau sampai terpisah, karena ini untuk pertama kalinya Patricia berkunjung ke luar negeri.

Dari airport, mereka naik taksi menuju hotel. Perhatian Patricia tak teralihkan, menatap ke luar jendela. Menikmati pemandangan musim gugur yang mempesona. Pohon dengan dedaunan yang mulai menguning dapat dilihat hampir sepanjang jalan.

Kawasan Dongdaemun yang jadi pilihan,  memilih hotel untuk menginap. Kapan lagi menikmati fasilitas hotel bintang lima, yang menawarkan berbagai macam kenyamanan di dalamnya. Patricia menempati kamar di lantai yang sama dengan Josh, cuma beda beberapa nomor saja.

"Kita punya jadwal yang harus dikerjakan. Nanti sore aku akan menemuimu, kamu harus sudah siap," pesan Josh pada Patricia yang sudah berada di depan pintu kamarnya.

"Iya! Cerewet," pungkasnya tanpa menoleh. Langsung mengetukkan cardlock pada sensor yang terpasang di pintu.

Begitu pintu dibuka, senyum di bibir Patricia makin mengembang. Disambut dengan segala macam kemewahan kamar yang akan menjadi tempatnya menginap. Patricia menyusuri semua bagian kamar yang sangat memanjakan mata, terutama pemandangan kota yang bisa dilihat kapan saja dari jendela kaca yang luas.

"Aaahhh... Inikah yang namanya surga dunia." Patricia menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur, terasa empuk berbalut seprai kualitas premium yang lembut dan adem. Patricia terlena dengan kenyamanan yang memanjakan, sampai-sampai tanpa sadar terlelap.

.
.

Patricia disadarkan oleh deringan ponsel di tas tangan yang tercantel di lengan. Posisinya masih sama seperti dua jam lalu. Mata yang sedang terpejam itu membeliak. "Astaga! Gue ketiduran!" Ketika menoleh ke jendela, Patricia menghembuskan napas lega, ternyata langit masih terang. Di layar ponsel tertera nomor Josh Bastian memanggil.

"Cepat buka pintunya!"

Patricia terperanjat dari ranjang empuknya. Jalan sedikit sempoyongan karena bangun tidur dengan terburu-buru. Bahkan bisa dilihat matanya yang merah, dengan pandangan yang masih berkunang-kunang. Patricia mengerjap kemudian mengenakan kaca matanya.

Di balik pintu, Josh berdiri dengan muka dongkol. "Dari tadi, sudah berapa kali kuketuk pintu sampai tangan sakit. Kamu sengaja mau bikin aku marah?!"

"Barusan ketiduran," ungkapnya dengan suara sedikit serak khas bangun tidur.

"Jadi, kamu belum siap-siap?" Josh melihat Patricia masih mengenakan pakaian yang sama.

"Ya belum lah, barusan kan aku bilang, ketiduran!" tegasnya sekali lagi, kali ini lengkap dengan mata melotot.

"Sudah salah, malah lebih galak." Josh berdecak sambil berkacak pinggang.

"Oke, aku siap-siap sekarang." Patricia hendak menutup pintu, tapi pintunya ditahan kaki Josh yang sudah masuk sebagian.

"Ga bisa!"

"Maksud kamu apa? Aku mau mandi, apa kamu juga mau mengawasiku mandi?"

"Kalau perlu," ujar Josh santai.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang