13.Bimbang

197 28 14
                                    

Patricia terdiam menatap punggung lebar Josh Bastian yang sedang sibuk mengaduk masakan di wajan, memasak untuk makan malam.

Hari demi hari, selalu ada saja yang membuatnya tersentuh dengan kesungguhan Josh dalam usahanya menepati janji memperlakukan Patricia sebaik mungkin selama menjadi partner kerja. 

Selama dua minggu bersama, meskipun pekerjaan terkadang sulit dan melelahkan, Patricia tidak pernah merasa kekurangan apa pun, Josh selalu memenuhi segala yang ia butuhkan.

Masih canggung untuk membantu, Patricia hanya duduk, menunggu masakan matang.

Ada sesuatu mengalihkan perhatiannya dari Josh, tiada lain cincin yang melingkar di jari manisnya. Diputar-putarnya dengan tatapan kosong.

Setelah lamaran Mas Steven, bukannya makin mantap menjadikannya sebagai pelabuhan cinta terakhir, hati ini malah semakin bimbang.

Setelah kurenungkan lebih dalam, baru kusadari, cinta tidak mengikat, tidak pula membelenggu. Cinta adalah di kala kebebasan dan kepercayaan saling melengkapi. Tidak mengekang, namun tetap tahu batasan.

Ternyata, kepercayaan jauh lebih berharga dari sekedar cincin yang hanya benda mati, bisa kulepas-pasang sesuka hati. Hanya simbol. Tidak ada pengaruh apa pun, selain sebagai pengingat....

Pengingat di kala hati mulai goyah?

Entah mengapa malam ini Josh pun jadi lebih pendiam. Apa mungkin di benaknya juga banyak yang dipikirkan?

Saat meletakkan piring yang sudah terisi masakan yang baru saja matang, Josh melihat cincin Patricia tergeletak di meja. Beberapa hari terakhir, Josh memang sering melihat Patricia tidak mengenakan cincin tunangannya.

Josh menghampiri Patricia yang sedang mencuci tangan di wastafel. Begitu berbalik, Patricia terkejut, Josh sudah ada di belakangnya. Tatapan mata terjalin, saling menelisik di balik kebisuan.

Mencoba mengabaikan dengan mengambil langkah di sampingnya, tanpa diduga, lelaki yang sedang diam terpaku itu menarik lengan Patricia, membawanya dalam dekapan. Tindakan Josh membuat hati Patricia mencelus. Sejenak terlena, tenggelam dalam kehangatan. Rengkuhan itu tak hanya memeluk raganya, tapi juga hatinya.

Josh tak bisa lagi menahan diri. Kesabarannya terkikis habis setelah sekian lama tertahan. Bisa gila bila terus-menerus menahannya. Meski ia tahu benteng penghalang di hati Patricia semakin tinggi. Alih-alih tunduk dengan kenyataan, Josh lebih memilih mengikuti kata hati. Josh percaya, Patricia memiliki perasaan yang sama. Untuk itu ia tidak akan menyerah meyakinkan Patricia, selagi memiliki kesempatan lebih dekat.

Patricia berusaha keras menyadarkan diri dari kenyamanan yang tidak seharusnya ia nikmati. "Lepaskan!" ucap Patricia lirih, tapi cukup tegas.

Bukannya melonggar, sepasang lengan kekar itu makin merapat. Hembusan napas Josh hangat menyentuh telinganya. "Kumohon, biarkan seperti ini, sebentar saja." Bisikan bernada rendah itu menggetarkan hati Patricia, seiring dengan dekapan posesif merengkuh tubuh mungilnya.

Meski pada awalnya berontak, lama-lama Patricia menyerah. Matanya terpejam, meresapi degup jantung yang menyatu dengan kehangatan.

"Getaran ini tidak pernah berubah, masih sama seperti saat pertama jatuh hati padamu. Sudah kucoba mengabaikan rasa ini, tapi pada akhirnya selalu kembali padamu...."

Napas Patricia bergetar, menahan sesaknya dada. Meski berat mengakui, kenyataannya hatinya mulai goyah. Demi menghindari perasaan yang semakin tak terkendali, Patricia mendorong dada Josh Bastian sampai terlepas.

"Semua tak ada gunanya," ujarnya dingin, tanpa menatap wajah Josh.

"Apa karena cincin ini?" Josh menunjukkan cincin Patricia yang diambilnya dari meja.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang