27.Urusan Laki-Laki

185 25 4
                                    

Patricia menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Pandangannya mengedar ke sekeliling, seperti ada yang dicarinya. Belum ada seorang pun yang ia lihat pagi itu, sampai akhirnya bertemu Kelly yang sedang menyeduh teh di dapur.

"Ma, apa Mama liat Josh? Barusan aku ke kamar tamu, sudah kosong, ga ada siapa-siapa."

"Mama baru keluar kamar, belum lihat siapa-siapa. Coba cari di tempat lain."

"Ga ada, Ma. Aku udah periksa semua. Kalau pulang, ga mungkin pergi begitu saja, kan? Apa Josh diusir sama Papa?"

"Husss! Kamu ini, ada-ada saja. Coba, telpon dulu," saran Kelly pada putranya yang sudah bicara ngawur.

Begitu nomor Josh dihubungi, samar-samar terdengar nada dering ponselnya.

"Sepertinya Josh masih di rumah." Patricia menajamkan pendengarannya, melangkah menyusuri sumber bunyi. Dan ternyata suara itu berasal dari kamar yang semalam ditempati Josh, ponselnya tergeletak di samping bantal.

Patricia kembali ke bawah, membawa tanda tanya yang semakin besar. "Cuma ada ponselnya, Ma. Josh ke mana?" desahannya frustrasi.

"Papamu juga berangkat pagi sekali. Apa mungkin...."

Tangan Patricia mengepal karena terlalu cemas. "Bagaimana kalau Josh diapa-apain sama Papa, sampai Josh kapok."

"Coba tenang dulu, buang semua prasangka buruk. Percayalah pada Josh dan Papamu." Kelly berusaha menenangkan putrinya yang semakin panik.

"Ck, Mama, kayak yang gak tau Papa gimana." Patricia menghembuskan napas kasar. Mencoba menghubungi Hans, tapi hpnya tidak aktif.

****

Waktu terus berlalu, Josh dan Hans tak kunjung pulang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 17.00.

Patricia kembali menemui Kelly. "Gimana, Ma? Udah hampir gelap, mereka belum pulang juga."

"Tunggu sebentar lagi. Pasti pulang."

"Emangnya pada ke mana?" Si bungsu yang masih mengenakan seragam putih abu-abu, nimbrung obrolan kakak dan ibunya.

"Sejak tadi pagi Josh hilang misterius, ponselnya ditinggal. Kemungkinan pergi sama Papa," jelas Kelly.

Yuanita yang melihat kecemasan di wajah kakak sulungnya, terbersit untuk menggodanya. "Jangan kuatir, Kak. Pasti Kak Josh lagi memperjuangkan cinta kalian. Percaya deh sama Kakak ipar. Aku pengen juga ngenalin Michael sama Papa."

"Siapa Michael?" Kelly melotot mendengar si bungsu menyebut nama laki-laki.

"Pacarku," jawab Yuanita tersipu malu.

"Pacar, pacar, masih SMA juga," decak Patricia pada adik bungsunya.

"Biarin. Kan, udah 17 tahun. Boleh ya, Ma," rayunya, gelendotan di lengan sang mama.

"Dasar centil!" timpal Stanley. "Padahal pacarnya culun. Mana berani berhadapan sama Papa, paling belum apa-apa udah ngompol." 

"Jomblo cuma bisa sirik kerjaannya!" Yuanita menjulurkan lidah pada kakak lelakinya.

****

Langit gelap perlahan, terdengar suara klakson mobil di depan rumah. Patricia senang bukan main, cepat-cepat lari menuju gerbang. Jeep Wrangler warna abu-abu yang dikendarai ayahnya masuk halaman rumah. Yang membuat lega, Josh ternyata benar-benar pergi bersama ayahnya.

"Sayang, kenapa ponselmu ditinggal? Aku cemas seharian." Patricia menggandeng erat lengan Josh.

"Lupa ga dibawa. Tadi pagi berangkat buru-buru."

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang