📍New York -
Jeno tak berhenti untuk melirik sekilas layar ponselnya, lalu setelah itu dia kembali meletakkannya di atas meja. Jeno melakukan hal itu berkali-kali dan hanya berselang sekitar 15 detik saja.
Suho yang melihat tingkah laku anak tunggalnya itu langsung merasa heran.
"Kenapa enggak sekalian aja kamu buang HP-nya, Jeno?" tanya Suho.
Jeno menyengir saat sadar akan kehadiran sang ayah.
"Kapan Papa sampai di sini?" tanya Jeno.
"Maybe ... Saat kamu nyimpan HP, habis itu diambil lagi sambil narik nafas. Terus diulang lagi sampai berkali-kali," jawab Suho malas.
"Kamu kenapa kelihatan khawatir banget?"
Jeno tertunduk saat mendengarkan pertanyaan sang ayah.
"Haechan ikut sistem pertukaran pelajar di Indonesia. Dan sudah beberapa hari dia nggak ngehubungi Jeno, Pa..." sedih Jeno.
"Haechan ke Indo?" ulang Suho memastikan.
Jeno mengangguk lemas.
Suho tersenyum lega saat mendapati jawaban yang dia tunggu-tunggu dari sang anak.
"Akhirnya anak itu bisa kembali lagi ke Indonesia. Gue mau nolong Haechan. Sayangnya, Johnny bukan tandingan gue, apalagi ada Hana di sampingnya. Gue benar-benar lemah karena mereka berdua," batin Suho.
Flashback On
"J! Kalau emang lo nggak bisa ngerawat Haechan, biar gue yang ngerawat dia! Gue nggak terima kalau lu nyakitin dia, J! Haechan anak baik dan enggak berdosa!" marah Suho.
Ini adalah saat pertama kali Suho tahu bagaimana Haechan diperlakukan tidak adil oleh ayah kandungnya dan juga ibu tirinya.
Suho benar-benar tidak terima akan hal itu.
Selain dia yang masih merasa bersalah akan masa lalunya dengan Irene, rasa bersalah itulah yang seakan-akan mendorongnya agar dia harus merawat Haechan yang merupakan anak dari wanita yang pernah berhasil memeluk hatinya.
"Lo punya keberanian juga buat marah sama gue, ya. Lo lupa kedudukan lo yang lebih rendah dibandingkan gue? Lo juga lupa kalau istri gue yang jadi penanam saham yang paling tinggi di perusahaan lo?" tanya Johnny menyindir santai.
"J ... Please ... Jangan mengikut campurkan urusan pribadi dengan urusan perusahaan. Urusan pribadi tetap urusan pribadi, sedangkan urusan perusahaan tetap urusan perusahaan. Perusahaan itu cuma kerja. Please..." ucap Suho jengah dengan sifat Johnny.
"Kalau emang lo nggak bisa rawat Haechan dengan baik karena pengaruh buruk dari Hana, seenggaknya biarin dia tinggal sama gue. Toh, Jeno sama Haechan dekat banget kayak Adik Kakak kandung," jelas Suho penuh harap.
"Mau lo bayar gue pakai langit tujuh lapis, nggak akan gue biarin anak gue tinggal sama lo!" sinis Johnny.
Suho menghembuskan nafas dengan kesal.
"Oke! Kalau emang lo nggak mau anak kandung lo jatuh di tangan orang lain atau dirawat sama orang lain. So ... Rawat dengan baik. Lu lupa kalau Haechan itu anak lo, anak kandung lo sama Irene?!" seru Suho.
"Lu jangan seenaknya main fisik sama Haechan. Kematian Mamanya udah berhasil nyakitin mental sama batin dia, seenggaknya sekarang lo harus jadi Ibu sekaligus Ayah buat dia. Dia butuh sandaran, bukan tamparan realita yang bikin dia semakin trauma!" lanjut Suho berseru karena Johnny yang malah berjalan pergi dengan seenak jidatnya.
"Makasih karena udah ngasih saran. Jangan lupa kalau lo pernah jadi orang bejat di kehidupan Irene dulu. Jangan sok perhatian kalau lo juga sebenarnya orang jahat," ujar Johnny santai sambil masih tetap berjalan menjauhi Suho.
Suho hanya bisa menghembuskan nafas dengan pelan sambil terus memperhatikan punggung Johnny, hingga pria kelahiran Chicago itu benar-benar hilang dari pandangannya.
"Maaf karena gue udah pernah nyakitin lo, Irene. Dan gue minta maaf karena nggak bisa jaga anak lo. Gue benar-benar kalah telak dari suami Bajingan lo. Maaf..." lirih Suho pedih.
Flashback Off
"Papa yakin banget kalau Haechan bakalan baik-baik aja selama dia di Indonesia," ujar Suho.
"I know kalau dia bakalan baik-baik aja di sana. Yang enggak baik-baik aja di sini itu Jeno, Pa..." sedih Jeno.
"Jeno kangen banget sama Haechan, Pa," lanjutnya.
"Apa Haechan udah ketemu sama Mark, sampai Haechan lupa sama Jeno?!" tebak Jeno panik.
"Bagus dong kalau dia udah ketemu sama Mark. Papa yakin banget kalau Mark bakalan selalu melindungi Haechan. Dan Papa berharap agar Haechan tidak kembali lagi ke New York," jelas Suho.
"Pa!" pekik Jeno kesal.
"Papa beneran senang kalau Haechan benar-benar menetap di Indonesia."
"Kalau Haechan terus menetap di New York bersama keluarganya, yang ada dia akan terus disakiti."
"Papa merasa jahat karena Papa nggak bisa nolongin Haechan."
"Apa kamu nggak senang kalau Haechan lepas dari belenggu keluarganya yang benar-benar bikin dia trauma berat?"
Jeno menggeleng pelan karena pastinya bahagia Haechan juga merupakan kebahagiaannya.
"Jeno senang banget kalau Haechan enggak disiksa lagi sama keluarga sialannya itu. Tapi, gimana kabar Jeno yang di sini benar-benar enggak bisa pisah sama Haechan, Pa?" keluh Jeno.
Suho mengangkat kedua pundaknya secara bersamaan sebagai jawaban.
"Papa juga pernah berada di posisi sulit seperti itu, Jeno. Harus memilih antara cinta dan keluarga," jujur Suho.
"Dulu gue selalu berusaha buat celakain Irene. Tapi, selalu aja ada Taeil sama Johnny yang gagalin rencana gue. Gue ngelakuin semua itu karena Papa. Papa nggak mau kalau gue ada hubungan serius sama Irene. Itu karena perusahaan Papa waktu itu bangkrut gara-gara Ayah Irene. Papa mau balas dendam lewat Irene. Dan masa itu benar-benar masa sulit gue," batin Suho.
"Maksud Papa?" tanya Jeno.
"Enggak ada maksud apa-apa," jawab Suho sambil tersenyum tipis karena otaknya berkelana di masa lalu.
"Mending kamu ke kamar, cuci kaki dan langsung tidur. Papa yakin kalau nanti ada masanya Haechan ngehubungi kamu. Jangan terlalu dipikirkan atau itu buat kesehatan kamu menurun," jelas Suho.
Suho menepuk-nepuk pundak sang putra, lalu setelah itu dia berjalan pergi meninggalkan Jeno yang masih merasa kesal sekaligus penasaran karena sang ayah.
- 🤍🤍🤍 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Antagonist | MarkHyuck
Teen Fiction"Ini aku, Haechan! Dia bukan Haechan!" -Lee Haechan "Gue bipolar." -Mark Lee ------------------------------------------ Entahlah, Haechan tak tahu apakah dunia sedang mempermainkannya atau memang dia ditakdirkan untuk menjadi penjahat di dalam cerit...