31

652 55 1
                                    

- Two years later -

Haechan dan Mark tengah berjalan keluar dari rumah sakit. Hari ini adalah jadwal Mark melakukan check up kesehatannya. Bagaimana kondisi bipolarnya sekarang.

Semenjak kedatangan Haechan, Mark benar-benar bisa mengontrol penyakitnya itu. Bahkan dokter berkata kalau bipolar yang diderita oleh Mark perlahan sembuh.

"Aku senang banget karena penyakit kamu udah perlahan sembuh, Mark," ucap Haechan lembut.

Mark tersenyum kecil sambil mengangguk semangat sebagai jawaban.

"Kamu lupa kalau penyakit aku sembuh karena kamu datang? Cukup kamu ada disampingku udah buat aku merasa sehat," jawab Mark.

Haechan langsung merona saat mendengarkan jawaban Mark.

Mereka berdua sekarang tengah berada di dalam mobil menuju kediaman Haechan.

"Kamu udah siap bangun rumah tangga sama aku nggak?" tanya Mark pelan.

Haechan yang mendengar itu seketika diam. Dia tak tahu harus merespon apa tentang hal ini.

Sebenarnya dia sangat ingin menikah dan berbahagia dengan Mark, tetapi dia trauma dengan sebuah pernikahan setelah dia melihat bagaimana hubungan ayah dan ibu kandungnya. Jujur, Haechan takut bila nantinya dia menempati posisi ibunya, di mana Mark akan berselingkuh di belakangnya dan dia akan menikah dengan sosok perempuan yang lebih baik daripada dirinya.

Memang kalau dilihat-lihat kisah ibunya begitu sempurna dalam membalaskan dendam pada ayahnya. Di mana sang ibu yang selamat dari kecelakaan dan ditolong oleh anak konglomerat yang memiliki perusahaan tekstil terbesar nomor 5 di dunia. Lalu ibunya memalsukan kematiannya dan berusaha keras untuk membangun sesuatu yang membanggakan agar menjadi tameng balas dendamnya.

Haechan tidak yakin kalau dia akan sesempurna ibunya bila diselingkuhi oleh Mark. Dia takut dan dia trauma tentang yang namanya pernikahan.

"Dengar-dengar Chenle lagi dekat sama anak Universitas sebelah," ucap Haechan yang mengganti topik pembicaraan mereka.

Mark melirik ke arah yang lebih muda sambil mengangkat alis kanannya dengan cukup tinggi.

"Kamu belum siap nikah sampai ngalihin topik pembicaraan ya?" tanya Mark dengan nada suara yang terdengar sedikit kecewa.

"Maaf kalau aku terlalu memaksa untuk mempercepat hubungan kita. Tapi, jujur, aku takut kalau kamu nggak percaya sama aku karena status kita, Chan."

"Cukup beberapa tahun yang lalu aku bersikap bodoh dan enggak kenal sama kamu, dan kamu menghukum aku cukup lama sampai kamu bisa sedekat ini sama aku."

"Aku cuma mau memperjelas hubungan kita dengan ucapan sakral."

"Tapi, kalau emang kamu nggak suka dan masih mau stuck di hubungan kita yang sekarang, itu enggak apa-apa kok."

Mark menjelaskan dengan begitu lembut, sedangkan Haechan yang mendengar itu langsung merasa bingung dan bimbang.

Dia merasa bersalah karena secara tidak langsung dia berhasil melukai hati Mark seakan-akan dia tidak percaya pada pemuda beralis camar itu.

Tapi, memang seperti ini adanya, dia takut menikah dan dia takut bila nantinya berakhir tak mengenakkan.

"Tolong jangan bahas ini dulu ya? Aku lagi pusing buat bahas masalah kayak gini, Mark," ucap Haechan.

Mark tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Hening di dalam mobil dan tak ada suara sedikitpun dari salah satu diantara mereka.

Entah mereka canggung atau ada alasan yang lain. Tapi, di dalam mobil memang terasa hening dan juga sepi.

Mungkin topik pembicaraan mereka yang tadi berhasil menutup percakapan mereka hari ini.

- 🤍🤍🤍 -

Im Not Antagonist | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang