17

548 51 3
                                    

"Channnn! Shoot bolanya!" teriak Renjun dari jauh.

Haechan mengangguk mantap dan mulai melompat dengan sekuat tenaga agar dia bisa memasukkan bola basket itu ke dalam ring.

Saat Haechan baru ingin melempar bolanya, salah satu teman sekelasnya tiba-tiba datang dan menyandung kakinya dengan sengaja.

Haechan meringis kesakitan saat setelah dia terjatuh di atas lantai lapangan sekolahnya.

Renjun menatap panik sahabatnya itu dan buru-buru menolongnya.

Sang pelaku dengan buru-buru mengambil bola basket yang tadinya dipegang oleh Haechan, lalu dengan segera dia memasukkan bola itu ke dalam ring.

Sorakan kemenangan terdengar dari tim lawan Haechan.

"Yang bagian mana lukanya?" tanya Renjun panik.

"Cuma lecet sama kegores dikit doang," jawab Haechan.

Renjun menghela nafas panjang. Sudah dia tebak kalau tak baik bila bermain tim seperti ini. Dia sangat yakin kalau timnya akan dicurangi.

"Mending kita istirahat aja di pinggir lapangan. Gue mau beli air buat kita dulu, sekalian ngambil beberapa obat di UKS buat ngobatin luka lo. Takut infeksi," jelas Renjun.

Haechan hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, lalu berjalan menuju tepi lapangan dengan keadaan pincang bersama Renjun.

"Sini!"

Jaemin yang baru datang langsung berteriak memanggil dua sahabatnya itu.

"Gue ada beliin kalian air botol masing-masing," ucap Jaemin sambil memberikan satu botol air untuk Haechan dan Renjun.

"Makasih," ucap Haechan dan Renjun bersama.

Jaemin menganggukkan kepalanya dengan singkat sebagai jawaban.

"Jelas banget tadi kalian dicurangi waktu main. Mereka kenapa suka banget nyari masalah, sih?!" heran Jaemin.

"Mereka licik dan picik. Adik kakak emang sifatnya nggak jauh beda!" kesal Jaemin.

Haechan hanya tersenyum tipis saat mendengarkan ucapan kesal yang keluar dari mulut Jaemin, lalu membuka tutup botol air mineral itu dan meminumnya.

"Tapi, lu enggak apa-apa waktu jatuh tadi, Chan?" tanya Jaemin.

"Enggak apa-apa, kok. Cuma kegores sedikit doang," jawab Haechan lembut.

"Kalian ngobrol berdua aja dulu. Gue mau ke UKS dulu ngambil Betadine sama kain kasa. Biarpun luka Haechan gak parah, seenggaknya kita nyoba buat bersihin lukanya supaya nggak infeksi," ucap Renjun.

Jaemin dan Haechan mengangguk, sedangkan Renjun langsung berjalan cepat menuju ruang kesehatan sekolah.

"Chan ... Gue kebelet pipis. Lo bisa nunggu di sini sendiri, gak? Kalo gak bisa, gue temani lo sampai Renjun datang," ujar Jaemin.

"Gue nggak apa-apa sendiri, kok. Lo pergi aja. Enggak baik nahan pipis," ucap Haechan.

Jaemin mengangguk, lalu dengan cepat dia berlari menuju toilet.

Haechan mengeluarkan ponselnya dan mulai menelpon sebuah nomor yang selama ini dia simpan.

Tak lama dia menelepon nomor tersebut, panggilan teleponnya akhirnya tersambung.

"Siapa?"

"Echan."

"ASTAGAAAAA! KENAPA BARU TELEPON SEKARANG, SIH?!"

"Lo lupa kalau lo ada orang di sini yang nunggu kabar lo?"

"Gue khawatir setengah mati tentang keadaan lo, Chan..."

Im Not Antagonist | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang