22

547 54 7
                                    

Proses belajar mengajar sedang berlangsung, tetapi kepala sekolah tiba-tiba masuk ke kelas Haechan. Tak lama, seorang siswa berjalan di belakang sang kepala sekolah.

"Karena hari ini tak ada guru yang masuk mengajar di kelas ini, Bapak akan menginfokan kalau hari ini Bapak yang akan mengambil mata pelajaran kali ini! Tidak ada tolak menolak dan tidak ada protes! Ah ... Satu lagi, Bapak akan memperkenalkan siswa baru yang akan masuk ke kelas kalian!"

Kepala sekolah menjelaskan dengan begitu rinci, lalu mengarahkan siswa yang ada di sampingnya untuk memperkenalkan diri.

"Wow! Gue nggak bohong sama apa yang gue lihat sekarang, Chan! Siswa barunya nggak berhenti terus natap ke arah lo, Njir! Kayaknya kalian berdua kenal!" seru Renjun.

"Kenal dari mananya, sih? Lo lupa kalau gue itu pindahan dari NY. Apa lupa juga kalau keluarga gue di sini nggak perduli sama gue?" tanya Haechan malas dengan mata yang masih fokus untuk menulis beberapa rumus angka matematika pada buku tulisnya.

"Gue nggak bohong, sumpah! Murid barunya terus natap ke arah lo, sampai-sampai anak kelas kita kelihatan kesal banget dan ngerasa iri sama lo," jelas Renjun.

Haechan hanya bisa tersenyum tipis karena kemungkinan buruknya, murid baru itu merupakan salah satu orang yang akan merundungnya.

"Salam kenal semuanya! I hope you all want to be friends with me!"

"Let me introduce myself. Maaf kalau saya berbicara dan dicampur dengan bahasa Inggris. My Bahasa is not very good yet."

"Kenalkan, nama saya Lee Jeno atau kalian bisa memanggil saya dengan panggilan Jeno."

"Saya senang bisa bersekolah di sini dan diterima dengan baik oleh guru-guru, begitupun dengan saya yang berharap agar bisa berteman baik dengan kalian."

"Saya pindahan dari Horace Man School di New York!"

Haechan refleks mengangkat pandangannya saat samar-samar dia mendengar sosok murid baru itu memperkenalkan dirinya.

Haechan membulatkan matanya dengan lebar saat tahu siapa murid barunya.

Jeno tersenyum lebar sambil menatap Haechan dengan usil.

"Jeno, silakan kamu duduk di belakang Haechan," ucap sang kepala sekolah.

"Dia juga salah satu murid HMS yang disini sedang melakukan sistem pertukaran pelajar," jelas kepala sekolah lagi.

Jeno mengangguk dengan senang hati dan buru-buru jalan ke tempat yang ditunjuk oleh sang kepala sekolah.

Sepanjang pelajaran, Jeno selalu berusaha untuk menarik perhatian Haechan. Tapi, sepertinya Haechan tak perduli dengannya. Ck! Membuat Jeno kesal saja.

"Ck! Pantesan dari tadi dia liatin lo terus, ternyata asalnya dari sekolah yang sama kayak lo di NY. Apa dia kenal sama lo ya?" gumam Renjun bertanya pada Haechan.

Haechan hanya memutar kedua bola matanya dengan malas untuk menanggapi pertanyaan Renjun.

Pelajaran berlangsung sekitar 4 jam lebih, lalu bel tanda istirahat berbunyi dan membuat semua warga sekolah berbondong-bondong untuk mengisi perut mereka di kantin.

Haechan tak tinggal diam dan langsung dengan cepat menuju kantin tanpa menyapa Jeno sedikitpun, membuat pemuda bermata bulan sabit itu langsung merasa kesal dan dengan segera mengikuti Haechan dari belakang.

"Kenapa tiba-tiba datang dan nggak ngasih kabar?!" tanya Haechan on point.

"Namanya juga kejutan! Kalau gue langsung bilang sama lo, itu udah bukan kejutan lagi namanya," jawab Jeno.

"Harusnya lo senang karena gue ke Indonesia dan ngasih kejutan besar buat lo. Jujur aja kalau lo senang karena kedatangan gue," ledek Jeno.

"Gak ada senangnya! Kaget sama kecewa yang ada. Harusnya Jeno bilang sama Echan kalau emang mau datang ke Indonesia dan bahkan sampai pindah sekolah. Nanti biar Echan jemput Jeno di Bandara bareng teman-teman Echan!" kesal Haechan.

Tak terasa mereka sudah sampai di kantin sekolah, tetapi mata Haechan yang tadinya menatap kesal Jeno, kini berubah menjadi tatapan suram dan lesu.

Jeno mengalihkan arah pandangan nya untuk menatap ke arah pandangan Haechan.

Jeno mengerutkan keningnya saat di sana dia tengah melihat Hakkum bersama beberapa siswa lainnya.

Jeno mengangkat alis kanannya dengan tinggi saat Hakkum memeluk salah satu di antara tiga pemuda itu.

"Mark suka banget sama makanan Western ya? Kalau Echan sih gak terlalu suka. Sukanya Mark!"

Tangan Jeno seketika mengepal saat mendengarkan ucapan Hakkum. Jeno langsung paham dengan apa yang terjadi.

Jeno hendak menghampiri Hakkum, tetapi Haechan menahannya.

"Nggak usah perduliin mereka, Jeno. Mereka nggak tahu apa-apa tentang masalah ini..." lirih Haechan karena paham dengan apa yang dilakukan oleh Jeno nantinya.

Haechan memilih meja kantin yang ada di pojok.

"Gimana bisa Bajingan itu disini?! He's completely obsessed with seeing you hurt! Gila banget tahu nggak?!" marah Jeno.

"Echan gak tahu kenapa bisa Hakkum sama Aeri di Indo. Tapi, intinya, mereka emang mau biar Echan sama keluarga Echan yang ada di Indo nggak baikan. Lebih tepatnya, mereka fitnah Echan seakan-akan Echan ini adalah Hakkum dan Hakkum adalah Echan."

Haechan menjelaskan dengan air mata yang sudah mengalir deras dari kedua bola matanya.

"Aeri?" tanya Jeno karena merasa kalau nama Aeri belum ikut andil.

"Dia berperan sebagai dirinya sendiri. Dia akan bertingkah laku dan memperlakukan Echan selayaknya Echan itu Kakak kandungnya, Hakkum. Bahkan Aeri dengan terang-terangan fitnah Echan di depan orang dan bilang kalau Echan itu Kakak tersayangnya," jelas Haechan menjawab penuh pedih.

"Holly fucking shit! This is very outrageous!" marah Jeno.

Tak lama, Renjun dan Jaemin datang.

"Si ... Siapa?" tanya Jaemin.

"Lee Jeno, murid pindahan dari HMS di NY. Sekolah Haechan," jawab Renjun.

"Kenalan gih," ajak Haechan.

Jaemin mengulurkan tangannya dan disambut dengan sekilas oleh Jeno.

Jaemin menatap Jeno gugup, tetapi tak lama rasa gugupnya hilang karena tiba-tiba saja Haechan memukul lengan Jeno.

"Kok dipukul sih, Chan?!" kesal Jeno dengan suara meninggi.

Semua orang refleks menatap ke arah mereka berempat, termasuk Hakkum serta Mark dan teman-temannya.

Hakkum kaget saat melihat Jeno di sana, pandangan matanya dan Jeno bahkan sempat bertemu beberapa detik.

"Bangsat! Gimana bisa Jeno di sini?!" batin Hakkum panik.

"Bangsat! Gimana bisa Jeno di sini?!" batin Hakkum panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 🤍🤍🤍 -

Im Not Antagonist | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang