Mark, Zhenle dan Chenle terdiam mematung saat melihat beberapa video dan juga beberapa foto dari flash disk yang tadinya dilemparkan Jeno pada mereka.
Di dalam video tersebut, terdapat banyak video masa kecil mereka dan bahkan Haechan tampak terlihat begitu senang di video itu. Mereka benar-benar bahagia dan begitu lengkap sebelum Haechan benar-benar pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Bukan hanya video masa kecil mereka, di sana juga ada foto Haechan yang tengah tertawa bahagia sambil terus memegang sebuah gantungan kunci pada tas ranselnya.
Mata ketiga pemuda itu langsung menatap pada sebuah screenshot, screenshot yang berisikan beberapa chat antara Hakkum dan Haechan.
"Seharusnya lo sadar diri kalau di sini lo enggak dibutuhkan sama keluarga lo, Haechan! Mereka semua percaya kalau gue adalah lo dan lo adalah gue."
"Selamanya lo enggak akan bahagia dan gue yang selalu berada di atas penderitaan lo. Kalaupun mereka benci sama gue atau mereka amat sangat marah sama gue, seenggaknya mereka punya penyesalan kalau tahu lo ternyata orang yang dicari mereka selama ini."
"Sekarang semuanya berpihak sama gue. Mark yang bahkan notabenenya sayang banget sama lo, sekarang udah berbalik untuk sayang sama gue."
"Gue pinjam nama lo yang kotor itu. Seenggaknya gue udah pernah ngerasain pacaran sama cowok yang selama ini bikin lo selalu merindu buat balik ke Indonesia."
"Semua perhatian Adik lo ada sama gue dan semua perhatian keluarga lo juga ada sama gue."
"Lo nggak akan pernah bahagia dan lo bakalan selalu berada di bawah gue, Haechan! Selamanya Hakkum yang akan terus berkuasa, walau pada hakekatnya Ibu lo yang pernah disayangi banget sama Ayah Johnny."
"Penderitaan yang dialami sama Mama gue harus lo yang tanggung karena kehadiran Mama lo itu."
"Mama gue harus nahan cemburu karena Papa Johhny dulu lebih memprioritaskan Mama lo dibandingkan Mama gue."
"Sebab Mama lo yang udah meninggal. Jadi, lo yang harus tanggung penderitaan itu. Lo harus gantiin penderitaan yang pernah ditanggung sama Mama gue, Haechan!"
Tiga pemuda tampan itu langsung menangis setelah membaca deretan pesan itu. Mereka saja yang membacanya sudah sangat sesak dan juga sakit hati. Apa kabar dengan Haechan yang menjadi korban Hakkum?
Kali ini, dalam keadaan terisak mereka kembali membuka salah satu screenshot chat antara Aeri dan Haechan.
"Gimana rasanya difitnah sama drama gue dan Abang gue? Lo udah lama banget mau dapat perhatian layaknya saudara dari gue, kan? Siang tadi gue udah ngelakuin itu sama lo, kan? Ya ... Walaupun gue bermain drama kalau lo adalah Abang gue."
"Sialan..." lirih Zhenle setelah membaca kedua pesan saudara sialan itu.
Chenle memilih untuk melihat salah satu screenshot pesan dari Johhny untuk Haechan.
"Dasar anak kurang ajar dan tidak tahu diri! Bagaimana bisa kamu melarikan diri ke Indonesia tanpa sepengetahuan saya?!"
"Terserah apa yang mau dilakukan kedua saudara kamu untuk kamu. Itu memang karma untuk kamu yang pergi ke negara lain tanpa seizin Papa."
"Hiduplah di sana sebatang kara dan melihat betapa bahagianya Kedua saudara kamu. Papa tidak akan pernah menolong kamu walaupun kamu difitnah oleh Hakkum dan Aeri!"
"Bangsat!"
Teriakan frustasi baru saja keluar dari mulut pemuda beralis camar itu.
Zhenle bahkan sudah menangis meraung-raung karena dia yang merasa sangat bersalah telah memperlakukan kakaknya itu dengan tidak baik.
Sedangkan Chenle, dia hanya terdiam mematung sambil menatap kosong ke arah depan. Bisa-bisanya dia tidak bisa membedakan kakak kandungnya sendiri dan juga orang lain. Ya ... Walaupun dari awal dia merasa ragu kalau sebenarnya Hakkum adalah Haechan. Tapi, ada saja hal yang bisa dilakukan oleh Hakkum sehingga dia langsung yakin kalau memang pemuda itu adalah kakak kandungnya.
"Sialan! Haechan ... Maaf..." lirih Mark.
•••
📍Sekolah, 06:12 -
Jeno berjalan di koridor sekolah dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa. Pakaian pemuda itu benar-benar begitu lusuh dan bahkan bisa dikatakan dia berdandan tidak rapi.
Mulai dari bajunya yang begitu kusut karena mungkin tak disetrika. Bibirnya yang tampak sedikit memucat dan bahkan wajahnya juga tampak begitu lesu dan seperti tak terawat.
Hakkum dan Aeri tak sengaja lewat di depan Jeno, membuat sepasang saudara itu seketika tertawa meledek melihat bagaimana fashion orang yang paling diidam-idamkan di HMS.
"Wow! Kenapa orang yang paling diidam-idamkan di HMS tiba-tiba berpakaian enggak rapi kayak orang gila gini?" ledek Hakkum.
"Mungkin dia udah merasa menyesal karena datang ke Indonesia dan pindah sekolah demi Haechan. Kasihan banget," ledek Aeri.
"Daripada tinggal di sini dan malah nyampah buat kita berdua. Mending lo balik aja ke New York dan nggak usah ikut campur urusan kita! Lo itu enggak diajak dan lo itu nggak dibutuhkan di sini!" sinis Hakkum.
Jeno yang mendengarkan itu langsung tersenyum tipis.
"Berbahagialah dan hina gue karena drama yang kalian buat itu. Bagaimanapun cara lo buat nutup bangkai yang kalian sukai itu, baunya juga bakalan tercium sama semua orang! Lo bakalan tersiksa lebih dari apa yang dirasakan Haechan! Karma yang bakalan lu dapat lebih besar biar setimpal sama apa yang lu bikin sama Haechan!" sinis Jeno.
Hakkum terkekeh.
"Lo kemarin menang lotre sampai mimpinya kejauhan banget? Karma nggak datang sama gue karena sekarang gue itu ditinggikan sama keluarga Haechan! Haechan cuma dianggap orang asing sama keluarganya sendiri!" ledek Hakkum.
"Daripada lo ngebelain sahabat lo itu di sini dan lo malah nambah beban. Mending lo kembali ke New York bareng dia dan jadi babu lagi di sana! Indonesia bukan tempat orang sampah kayak kalian," ledek Aeri.
Jeno tertawa sinis saat mendengarkan penghinaan kedua orang yang ada di hadapannya itu.
Merasa malas untuk meladeni dua orang itu, Jeno memilih untuk berjalan pergi meninggalkan mereka berdua tanpa minat untuk terus berdebat.
Hakkum melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap kepergian Jeno yang perlahan hilang dari pandangannya.
"Selamanya dia nggak akan bahagia. Apa yang pernah dilakukan Mamanya buat Mama gue harus bisa dia tebus. Karena Mama sialannya udah meninggal, seenggaknya dia yang bakalan nanggung semuanya!" gumam Hakkum.
Aeri tersenyum sinis sambil membenarkan apa yang diucapkan oleh kakaknya itu. Dia juga berpikiran yang sama.
Mereka tidak akan bahagia bila Haechan belum benar-benar menyerah dan membunuh dirinya pada dunia. Baginya, Haechan adalah sosok Irene yang menjadi prioritas Johnny waktu itu.
- 🤍🤍🤍 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Antagonist | MarkHyuck
Genç Kurgu"Ini aku, Haechan! Dia bukan Haechan!" -Lee Haechan "Gue bipolar." -Mark Lee ------------------------------------------ Entahlah, Haechan tak tahu apakah dunia sedang mempermainkannya atau memang dia ditakdirkan untuk menjadi penjahat di dalam cerit...