📍Mansion Haechan, 20:12 -
"Akhir-akhir ini Mama jarang lihat Mark sama kamu. Biasanya kalian berdua itu nempel kayak perangko," ucap Irene usai menyuap sesendok sup jamur ke dalam mulutnya.
Haechan yang tadinya sedang makan dengan khidmat, langsung saja dia menghentikan aktivitasnya.
"Adek juga mikir yang sama, Ma. Bang Mark yang biasanya selalu nempel sama Bang Haechan sekarang udah gak kelihatan hampir seminggu. Kenapa, Bang?" tanya Zhenle ikut angkat suara.
"Abang ada masalah sama Bang Mark ya?" tebak Chenle.
Haechan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sebenarnya cuma masalah sepele-"
"Masalah sepele sampai Mark nangis sama gue dan jugde dirinya kalau dia itu nggak baik?"
Semuanya mengalihkan pandangan ke arah sumber suara yang bergabung.
Di sana ada Jeno yang tengah berdiri bersama Jaemin.
"Halo Tante. Halo Zhenle, Chenle, Haechan!" sapa Jaemin sambil tersenyum lebar.
Semuanya tersenyum kecuali Haechan yang diam sambil menggigit bibir bawahnya.
"Mark bilang kalau dia belum sempurna dan dia cowok jelek di mata lo," ucap Jeno sambil sekilas melirik ke arah Haechan.
"Dia nangis sama gue dan bilang bakalan relain lo. Dia nggak mau bikin lo menderita dua kali, Chan."
"Dia ngerasa rendahan banget harus bersanding sama orang yang sempurna kayak lo. Dia bilang kalau dia sadar tentang dia yang enggak sepatutnya berdiri di samping lo."
"Alasan dia seminggu lebih ini nggak dekat sama lo, itu karena dia berniat buat ngasih jarak di antara kalian."
"Dia mau pergi ninggalin lo secara perlahan. Dia mau ngerasain sakit daripada harus lo yang ngerasain rasa tertekan saat sama dia."
Kedua bola mata bulat milik Haechan seketika memanas saat mendengarkan ucapan Jeno.
"Hari di mana sebelum dia ngajak lo buat bawa hubungan kalian ke jenjang lebih serius ... Dia datang sama gue dan minta izin sama kedua orang tuanya. Tapi, katanya lo lagi nggak mau kalau kalian ke jenjang yang lebih serius," jelas Jeno.
"Awalnya dia mau bawa lo ke suatu tempat yang di mana dia udah nyiapin semuanya buat lamar lo. Tapi, karena sebelum sampai perjalanan, dia enggak sengaja bahas itu dan secara nggak langsung lo bilang nggak mau ngelanjutin hubungan kalian ke jenjang lebih serius. Bukannya gak mau, lu cuma nggak bisa buat ngelanjutin hubungan kalian saat ini. Tapi, Mark takut kehilangan orang yang sempurna kayak lo, Chan."
Haechan menangis saat mendengarkan semua apa yang dikatakan oleh Jeno.
"Ayo makan malam dulu, Jen!" sahut Chenle mengalihkan pembicaraan sebelum sang kakak menangis.
Dia tak suka bila kakaknya menangis.
"Hari ini Mama masak banyak banget," lanjut Chenle.
Jeno tersenyum tipis saat sadar kalau sebenarnya Chenle mengalihkan topik pembicaraan.
Jeno akhirnya mengalah dan menarik Jaemin dengan lembut agar ikut makan malam bersama keluarga Haechan.
"Sebenarnya gue bukannya nggak mau menikah sama Mark. Gue cuma takut ngejalin hubungan yang serius lebih cepat. Gua trauma dengan hubungan keluarga gue, Jen. Itu seakan-akan membekas di dalam otak gue, Jen..." lirih Haechan.
"Gue takut kalau kejadian yang ditimpa Mama juga ikut terjadi sama gue, Jen. Gue takut. Gue sadar kalau gue nggak sekuat Mama," lanjutnya.
"Kepercayaan."
Irene menyahut.
"Kamu harus percaya pada diri kamu sendiri," ucap Irene lagi.
"Tapi-"
"Perasaan seseorang bisa berubah, Sayang. Mama tahu kalau kejadian yang kita alami berhasil buat trauma di dalam kepala kamu. Tapi, kamu nggak sadar kalau seberapa cintanya Mark sama kamu?" tanya Irene memotong sebelum Haechan protes.
"Ma ... Apa Mama lupa kalau Mark pernah jadi orang yang brengsek di dalam kehidupan, Echan?"
Haechan terdiam beberapa saat sambil menundukkan kepalanya dengan dalam.
"Kata orang-orang, brengsek tetaplah brengsek," lanjutnya.
- 🤍🤍🤍 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Antagonist | MarkHyuck
Ficção Adolescente"Ini aku, Haechan! Dia bukan Haechan!" -Lee Haechan "Gue bipolar." -Mark Lee ------------------------------------------ Entahlah, Haechan tak tahu apakah dunia sedang mempermainkannya atau memang dia ditakdirkan untuk menjadi penjahat di dalam cerit...