Hari ini adalah ulang tahun kakek yang ke-87, kami sekeluarga mengunjungi rumah kakek untuk merayakan ulang tahunnya sekaligus bersilaturahmi.
Terakhir aku bertemu kakek sekitar 4 tahun yang lalu, wajar jika aku lupa wajah dan suaranya.
Aku sampai ke Yogyakarta pukul 16.30 WIB, Ayah segera membuka bagasi dan membawa koper koper ku masuk kedalam rumah.
Ibuku masuk, langsung ia bersalaman dan berperlukan dengan Kakek. Ibuku senang akhirnya bisa bertemu dengan kakek lagi.
"Bagaimana kabarmu sekarang Nak?" ucap kakek sambil memeluk ibu erat.
"Aku baik-baik saja, Papa"
Aku di suruh bersalaman dengan Kakek,
"Annalee?" tanya Kakek yang tersenyum ramah sambil menatapku.
"Iya Kakek, aku Annalee"
"Kamu sudah besar sekarang ya.. Makin cantik saja" kakek tertawa dan memujiku, aku hanya membalasnya dengan tersenyum.
Aku pun masuk kedalam rumah itu, rumah yang begitu banyak barang antik, interiornya seperti pada masa kolonial, di rumah itu pula ternyata Kakek memperkerjakan seorang ART untuk membersihkan seisi rumah. ART tersebut bernama Ratna.
Aku sedikit berbincang dengan Ratna, Ratna adalah seorang wanita berusia 39 tahun dan telah bekerja sebagai ART di rumah Kakek selama 3 tahun terakhir. Beliau bercerita kalau Kakek adalah orang yang cuek namun penyayang. Sesekali Kakek suka memberi makan kucing liar yang mampir di depan rumah. Kakek juga sangat suka menceritakan seorang wanita bernama Garningsih. Kakek pernah bilang kepada Ratna kalau Ningsih adalah wanita paling dicintai di dalam hidupnya dan tak bisa terganti hingga hari ini.
Kemudian, aku dipanggil oleh kedua orang tuaku untuk berbincang dengan kakek setelah sekian lamanya.
"Papa, ku lihat kau sangat menyukai kota ini" ucap Ibu duduk di samping kakek.
Kakek tertawa dalam duduknya,
"Senang rasanya tinggal disini, tetangganya ramah, udaranya sejuk, kalian tidak usah khawatir. Ayah disini di jaga oleh Ratna" ucap Kakek sambil tersenyum hangat.
"Kakek, itu foto siapa? " aku menunjuk ke arah figura yang terdapat foto sepasang suami istri.
"Ahh itu foto Ningsih, Nenekmu!" jawab Kakek dengan tersenyum.
"Cantik..".
Aku takjub melihat kecantikan seorang wanita Jawa yang sedang duduk dengan mengenakan kebaya putih dan sanggul yang anggun, wanita itu tersenyum manis. Yaa itu Garningsih, Nenekku!
Kakek tersenyum melihatku yang sedang memandang lama foto istrinya.
"Annalee, wanita yang sedang duduk di samping Kakek itu adalah Ningsih! cinta pertama dan terakhir Kakek!".
" Cantik sekali Nenek" ucapku masih memandang foto jadul itu.
Kakek terbangun dari duduknya, ia mengambil sebuah foto yang ada di lemari. Itu adalah foto wanita yang sama, itu foto Garningsih.
"Ini foto Garningsih saat masih sekolah di HBS, Garningsih adalah salah satu pribumi yang beruntung bisa bersekolah di HBS karena kepintarannya. Garningsih tidak pernah malas saat di sekolah, ia rajin berangkat pagi pagi buta. Selain itu, Garningsih juga cantik. Banyak pejabat yang ingin meminang Garningsih, namun semuanya ia tolak sampai ketika Kakek melamarnya, ia menerima Kakek" Kakek menceritakan sedikit tentang Garningsih dengan penuh antusias.
Garningsih di foto yang dipegang Kakek adalah seorang wanita muda ber usia sekitar 17 tahun, berambut hitam, berkulit sawo matang, matanya coklat terang, serta bibirnya manis tersenyum dan mengenakan kebaya putih dan jarik khas tahun 1940an.
Kakek begitu senang ketika ia sedang menceritakan sosok Garningsih, sampai-sampai ia lupa kedatangan kami untuk menyambut ulang tahunnya.
Matahari mulai turun, malam pun tiba. Kami sekeluarga berkumpul di meja makan yang cukup untuk empat orang.
Ratna datang dan hendak berpamitan,
"Pak, saya pamit pulang dulu"
"Iya Ratna, hati hati"
"Mari Pak, Bu"
Ayah bertanya tentang keberadaan Ratna kepada Kakek,
"Papa Ratna..itu siapa? Dia pembantu di sini? " ucap ayah penasaran.
Kakek hanya tersenyum, dengan lembut ia menjawab menggunakan bahasa Indonesia,
"Iya, dia pembantu disini tapi dia tidak menginap. Dia akan pulang sekitar jam 7 mungkin aku akan menyuruh dia menginap jika aku sedang kambuh. Dia anak yang baik! Dia adalah sepupu jauh Ningsih" jawab kakek tersenyum.
Setelah percakapan mengenai Ratna, Ibu turun dari kursinya dan berjalan menuju kulkas. Ibu membawa kue ulang tahun yang sangat indah untuk Kakek.
Kami pun mulai merayakan ulang tahun kakek,
"Ayah, make a wish!" ucap ibu sambil merekam momen tersebut menggunakan ponselnya.
"Ayah tidak ingin banyak hal, Ayah hanya ingin kalian sehat, sejahtera, dan lindungi oleh yang Maha Kuasa. Ayah juga ingin menyapa Ningsih di setiap malam, di setiap mimpi yang Ayah jalani karena meskipun Ningsih telah tiada namun sosoknya masih melekat dalam jiwa"
Sontak aku, Ayah, maupun Ibu terdiam mendengar permohonan Kakek. Namun beberapa saat kemudian kita memilih untuk tak menghiraukan permohonan tadi dan melanjutkan untuk makan malam bersama.
"Tahun kemarin, saat aku berulang tahun rasanya sepi sekali kalian tidak datang" ucap kakek kecewa.
"Maaf Yah, tahun kemarin Mas Thomas kan lagi ada kerjaan di Belanda. Aku mana boleh ke Jogja sendiri" ucap Ibu sambil mengelus tangan Kakek.
"Tidak apa-apa, toh yang penting hari ini kalian datang. Jadi Ayah tidak sendiri lagi, pasti kalau Ningsih masih ada dia senang sekali bertemu dengan kalian".
"Ibu kalau masih ada pasti dia masak pepes ikan sama telur balado yang enak banget" lanjut Ibu sambil tersenyum.
"Masakan Nenek pasti enak ya?" ucapku penasaran.
"Nenek itu pinter banget masak, bahkan saat di Belanda dia selalu masak makanan Indonesia, mangkanya Kakekmu ini lidahnya lidah orang Jawa!"
Semuanya tersenyum mendengar ucapan Kakek, hari ini terasa menyenangkan terlebih cerita tentang seorang wanita bernama Garningsih lebih tepatnya Nenekku. Ternyata beliau adalah wanita yang luar biasa. Aku jadi penasaran bagaimana dia jika masih ada disini.
Aku pun tidur di kamar yang telah di sediakan Kakek, rumah kakek memiliki empat kamar tidur. Aku menempati tempat tidur yang berada dekat dengan ruang televisi.
Tak ku sangka, aku bermimpi tentang Nenek!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Destiny
Fiction HistoriqueTerdengar tak logis ketika kita mendengar kata menjelajah waktu, namun entah bagaimana caranya Annalee berhasil ditarik ke dalam kehidupan masa lalu Kakeknya. Tak ada misi penting ataupun pesan yang harus Annalee selesaikan di zaman itu ia hanya ing...