Rasanya seperti hidup di dalam angan-angan, aku tidak memahami konsep takdir yang dirancang Tuhan untukku. Aku menutup kedua mataku untuk beristirahat setelah beraktivitas tapi tiba-tiba aku terbangun di zaman antah berantah. Aku terbangun di pinggir jalan seperti gelandang yang kelaparan, lalu seorang laki-laki yang entah darimana asalnya menawariku pekerjaan. Aku kira dengan aku bekerja aku bisa bertahan hidup di zaman yang tak ku kenal ini, ternyata aku salah besar.
Orang yang memperkerjakan ku ternyata adalah manusia kutukan penuh dosa yang terlihat baik dan ramah di luar namun busuk di dalam. Awalnya aku senang karena Tuan Hans menyekolahkan ku di HBS. Di situlah aku bertemu dengannya, Pieter Willem de Bosch seorang remaja Belanda yang tak asing bagiku karena dia adalah Kakekku.
Tak ku sangka aku satu kelas bersama dengan Kakekku Pieter dan wanita yang selalu ia cintai bahkan sampai ulang tahunnya sekarang ke 97. Wanita itu adalah gadis Pribumi sederhana yang sangat pintar, ramah, dan periang. Ia adalah Garningsih.
Aku baru mengetahui, Kakek mempunyai Kakak perempuan bernama Cornelia. Di sini aku sebut saja sebagai Nenek Cornelia. Kakek buyutku bernama Tuan Willem dan Nenek buyutku bernama Nyonya Liv mereka adalah orang-orang baik yang telah menyelamatkanku di zaman ini. Oh iya hampir lupa, Nenek buyutku juga bernama Garmin.
Tak lupa aku bertemu seorang pria baik hati namanya Edwin. Awalnya aku tidak menyukainya, ia sangat jutek dan ia sempat menghina Nenekku. Tapi ternyata ia sangat baik, ia rela di pukul demi memperingatkan ku akan mara bahaya. Sampai rasa ini muncul, aku menyukainya. Entah apa yang ada di pikiran ku, namun aku selalu gelisah jika tak bertemu dengannya, apakah aku sedang jatuh cinta? Entahlah yang terpenting aku menyukainya atas dasar cinta. Namun aku yakin kita tak akan bisa bersama.
Hidup di zaman ini tak mudah tentunya, aku harus banyak beradaptasi. Orang-orang di sini juga tak semuanya bisa aku percayai, aku hampir di jadikan budak seks oleh orang gila yang membeli ku.
Meskipun sekarang ini aku sudah terbiasa dengan lingkungan zaman ini, makanannya, cara hidupnya, bahasanya, bahkan pakaiannya tetap saja aku bukan berasal dari sini. Aku harus kembali ke masa depan, entah cepat atau lambat tapi aku harus kembali.
Terimakasih orang-orang baik yang sudah menjagaku selama aku di sini. Aku tak tahu bagaimana aku membalas budi kalian di masa depan, mungkin akan ku datangi anak cucu kalian. Eh tapi kan aku cucunya Pieter yaa...
Terimakasih Edwin atas bantuannya, atas rasa cinta yang sekarang sedang ku tanggung.
Terimakasih Nyonya Liv, Tuan Willem untuk perlindungannya selama aku di rumah.
Terimakasih Cornelia atas bantuannya karena mu aku tak lagi kesepian.
Terimakasih Pieter dan Garningsih atas pengalamannya.
Terimakasih Cakra dan Kartika sudah menjadi teman Garningsih yang baik, meskipun kita jarang berinteraksi.
Terimakasih Nyonya Elizabeth karena telah melahirkan lelaki baik seperti Edwin.
Terimakasih Tuan Hans, Tuan Joan, Nyonya Emma atas luka dan pelajaran nya. Aku membenci kalian tapi tanpa kalian aku tidak mungkin bertemu dengan orang-orang baik yang telah ku sebutkan satu-satu namanya di atas.
-ANNALLE VAN DER GRIET
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Destiny
Historical FictionTerdengar tak logis ketika kita mendengar kata menjelajah waktu, namun entah bagaimana caranya Annalee berhasil ditarik ke dalam kehidupan masa lalu Kakeknya. Tak ada misi penting ataupun pesan yang harus Annalee selesaikan di zaman itu ia hanya ing...