TUAN JOAN

53 7 0
                                    

"Cepat kenakan ini!"

Aku didorong dan dipaksa untuk memakai baju yang bagus serta berhias untuk menemui pembeli yang akan membeliku. Aku menangis dan berfikir kenapa aku harus terjebak disini.

"Nenek, aku hanya ingin bertemu Nenek bukan terjebak di zaman Nenek" dalam hatiku.

Aku keluar dari kamarku, aku mengenakan baju putih renda dan rambut terurai rapi, nyonya Elizabeth tersenyum sumringah.

"Tuan Joan pasti sangat suka ini".

Akhirnya aku mengetahui orang yang akan membeliku bernama Tuan Joan.

Tanpa sepengetahuan Tuan Hans dan Nyonya Elizabeth, aku pergi ke kamar Edwin. Terlihat Edwin masih tertidur dan terdapat banyak balutan perban memenuhi tubuhnya akibat banyak luka yang ia alami.

Aku menggenggam tangan Edwin,

" Edwin, maafkan aku ini semua karena ku. Sekarang aku baru sadar apa arti kalimat yang tempo hari kau katakan kepadaku. Maaf karena ku kau harus mengalami ini semua. Aku telah dijual kepada Tuan Joan, aku sama sekali tidak mengenal dia siapa, aku takut Edwin! Aku takut tidak bersamamu, aku takut sendiri. Mungkin ini hari terakhirku ada di rumah ini, selamat tinggal! Tapi aku berharap suatu saat nanti kau pergi menyelamatkanku" aku mengatakan hal demikian sambil menangis tersedu sedu dan setelah itu aku mengusap air mataku dan keluar dari kamarnya Edwin.

Tanpa aku sadari, sedari tadi Edwin telah bisa mengedipkan matanya yang berarti semua ucapanku didengar olehnya.

Aku menemui Tuan Joan dengan raut wajah yang pasrah. Pria tinggi, berkulit putih itu tersenyum ketika melihatku. Aku memperkirakan bahwa usia Tuan Joan jauh lebih muda dibandingkan usia Tuan Hans.

"Cantik sekali kau Nona" ucapnya mengelus lembut pipiku.

Aku sama sekali tak bisa berontak, aku terlalu takut untuk itu.

Sembari menahan tangisku, aku keluar dari rumah Tuan Hans dengan menaiki delman milik Tuan Joan menuju kediamannya. Aku diam sepanjang jalan memperhatikan jalanan yang ramai, sesekali Tuan Joan mengajakku berbicara namun aku hanya menjawab seperlunya.

"Siapa namamu gadis cantik?" ucap Tuan Joan menatapku.

"Annalee" ucapku singkat.

"Annalee kau cantik, tak sia-sia aku membelimu dengan harga mahal" ucapnya lagi sambil mengelus lembut pipiku.

Aku tak tahan dengan perlakuannya, ingin sekali aku memukulnya hingga mati. Namun tidak, bisa-bisa aku yang akan mati diadili di negeri ini. Aku harus mencari celah untuk keluar dari sini.

"Kita telah sampai, ini rumahku anggap saja seperti rumahmu".

Aku dipersilahkan masuk oleh Tuan Joan, rumahnya sangat mewah pada zaman itu. Ada beberapa pembantu dan juga tukang kebun. Hal yang tak terduga yang aku dapatkan adalah, ternyata Tuan Joan ini sudah memiliki istri.

Wanita yang mengenakan kain renda putih dengan rambut panjang terurai menatap sinis ke arah ku. Ia berjalan dengan anggun menghampiri ku, entah ada aura apa yang terselip pada dirinya hingga aku tak tahan dan merasa tak nyaman ketika ia melihatku dengan tatapan seperti itu.

"Oh ini gadis yang engkau beli dari rumah bordil itu? Terlihat seperti masih anak-anak!" ucapnya dengan sinis.

"Dia akan ku pakai ketika aku bosan memakaimu" ucap Tuan Joan sambil memegang kedua bahu ku.

Aku sedikit berontak, namun tenaga Tuan Joan terlalu kuat sehingga aku kesulitan untuk keluar dari cengkraman nya.

Aku terus memberontak hingga Tuan Joan terlihat kesal dan menampar ku, tamparan itu begitu keras dan kasar yang membuatku terdiam seketika. Kesempatan itu dipakai Tuan Joan untuk mengikat ku di sebuah kursi kayu.

Aku di tempatkan di kamar kecil dan sempit. Kamar itu letaknya terpisah dan jauh dari rumah utama sehingga tak akan ada yang tau keberadaanku. Tanganku diikat ke belakang dan kaki ku juga diikatkan pada kursi kayu.

Istri dari Tuan Joan menghampiri ku dan mengangkat dagu ku dengan tangan kiri nya.

"Gadis kecil, namaku Emma. Aku istri dari Tuan Joan. Gadis sepertimu tidak ada apa-apa nya dengan ku, kau bukanlah tandingan ku. Kau di sini hanya pemuas sementara Tuan Joan, lalu kau akan di buang kembali!" ucapnya.

Aku begitu ketakutan mendengar ucapannya, aku berharap lebih baik aku di buang lebih cepat saja.

Tak lama Nyonya Emma meninggalkan ku sendiri di dalam ruangan kecil itu. Aku mencoba untuk tenang dan melihat-lihat sekeliling, ternyata ada banyak barang yang tertumpuk tak beraturan di dekat tubuhku.

Dengan perlahan, aku menggeserkan kursi kayu yang menahanku. Aku mengobrak-abrik barang acak yang ada di sekeliling dan akhirnya aku menemukan pecahan beling di antara barang-barang acak itu.

Dengan cepat aku memotong tali yang mengikat kedua tanganku dan kedua kakiku meskipun telapak tangan kiri ku sempat tergores beling. Aku mencoba membuka pintu yang ada di ruangan itu namun tak bisa aku dobrak. Untunglah dinding ruangan itu terbuat dari bilik bambu.

Aku menyobek nya dengan segenap tenagaku, meskipun konsekuensinya telapak tanganku terluka. Aku sudah tak memperdulikannya yang terpenting adalah aku bisa kabur dulu.

Akhirnya bilik bambu itu pun sobek, dengan hati hati aku keluar dari celah yang sobek itu. Namun tiba-tiba pintu terbuka, dan itu adalah Tuan Joan yang sudah siap 'memakai' ku.

The Secret Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang