Aku beranjak dari ranjang dan menatap diriku sendiri di depan cermin sambil meraba-raba wajahku. Aku tak merasa ada yang berubah dari diriku namun aku kembali teringat akan peristiwa yang baru-baru ini terjadi padaku, ini mimpi namun mengapa begitu nyata. Bahkan jika ini mimpi mengapa aku mengingat semua hal yang terjadi di sana.
Aku termenung beberapa saat memikirkan apa sebenarnya maksud dari mimpi panjangku itu, apakah benar itu adalah masa lalu Kakek dan Nenek atau itu hanya sebatas bunga tidur saja karena Kakek selalu saja menceritakan tentang Nenek sampai-sampai terbawa mimpi olehku.
Pikiran itu membuatku seperti orang yang kehilangan akal sehatnya, berulang kali kaki ku melangkah mondar-mandir sambil memikirkan hal yang sama namun meskipun begitu aku tak menemukan jawabannya.
"Apa aku tanya saja kepada Kakek tentang siapa saja yang ada di mimpiku?" Pikir ku namun seperti ada hal yang mengganjal yang membuatku enggan untuk bertanya kepada Kakek.
"Gendhis kamu masih tidur?! Ayo kesini sarapan bersama" teriak Ibu dari luar.
Aku pun bergegas untuk keluar kamar lalu sesuatu jatuh dari kantong celana ku. Sesuatu itu adalah sebuah kertas lama yang sudah menguning, aku membukanya saat itu juga aku terkejut bukan main.
Tulisan yang tertulis di kertas itu seperti tulisan orang jaman dulu, aku membacanya tapi tak sampai satu paragraf Ibu kembali memanggil ku.
"Gendhis pilih kamu kemari atau Ibu yang kesana?!"
Aku langsung melipat kembali kertas itu dan segera pergi menuju ruang makan untuk sarapan.
Di meja makan terdapat 5 kursi, Kakek tentunya duduk di tengah. Aku duduk di samping Kakek dan Ratna sementara Ayah dan Ibu duduk di depan ku. Aku masih memikirkan surat yang terdapat di kantong celanaku, meskipun aku tak yakin tapi aku berpikir itu adalah surat dari Edwin.
Aku menyantap makananku dengan pelan-pelan sambil memikirkan sesuatu, Kakek yang sedari tadi memperhatikan ku akhirnya bertanya padaku.
"Annalle ada apa? apa makanannya tidak enak?" tanya Kakek menatapku, sontak aku menjadi canggung kepadanya dengan sedikit gugup aku menyanggahnya.
"Enak kok Kek, sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku tanyakan" ucapku, sebenarnya ada rasa penyesalan mengapa aku berbicara seperti itu tapi yasudahlah aku juga sebetulnya penasaran.
Kakek meletakkan sendok makannya dan menatapku dengan senyum hangatnya, "Ada apa, kamu ingin bertanya apa" ucap Kakek dengan lembut.
"Kakek kenal dengan seseorang yang bernama Edwin Smith de Vokker?" ucapku dengan lugas.
Setelah aku mengatakan itu, entah mengapa Kakek saling tatap-tatapan dengan Ratna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Destiny
Ficción históricaTerdengar tak logis ketika kita mendengar kata menjelajah waktu, namun entah bagaimana caranya Annalee berhasil ditarik ke dalam kehidupan masa lalu Kakeknya. Tak ada misi penting ataupun pesan yang harus Annalee selesaikan di zaman itu ia hanya ing...