Kehidupan di sekolah masih terlihat biasa saja sampai di suatu pagi Pieter membawa kue yang di taruh ke dalam wadah makanan alumunium dan menaruhnya di meja Garningsih.
Garningsih cukup terkejut melihat sikap Pieter yang sangat terang-terangan. Ia menatap lama Pieter seolah memberikan kode namun Pieter membalasnya dengan senyuman, ia tak peduli perhatian satu kelas itu tertuju pada mereka berdua.
Kejadian itu membuat Garningsih banyak dicibir oleh para perempuan yang berada di kelasnya. Mereka beranggapan bahwa Garningsih adalah wanita gatal yang menggoda Pieter untuk sebuah kewibawaan dan juga harta.
Kartika dan Cakra terus saja membela sahabatnya itu meskipun pada kenyataannya Kartika dan Cakra tak mengetahui hubungan rahasia Garningsih dengan Pieter.
Garningsih sudah muak dari tadi pagi hingga matahari tepat di atasnya ia terus saja menjadi buah bibir para wanita Belanda yang ada di kelasnya.
Akhirnya Garningsih memberanikan diri untuk menghampiri Pieter di bangkunya dan mengajaknya berbicara.
"Saya ingin berbicara denganmu" ucap Garningsih dengan nama yang lugas.
Pieter terdiam melihat ekpresi Garningsih yang sangat serius, terlihat ia mulai cemas akan hal apa yang Garningsih katakan.
Garningsih membawa Pieter ke belakang gedung sekolah, ia menatap kesal wajah Pieter. Pieter merasa gugup sekaligus takut ditatap dengan begitu tajam oleh Garningsih.
"Kita kan sudah sepakat untuk tidak mengungkapkan hubungan kita" ujar Garningsih dengan kesal.
"Ning aku kan tidak memberitahu mereka, aku hanya memberimu makanan" sanggah Pieter merasa tak bersalah.
"Loh ya itu masalahnya orang-orang mengira aku itu wanita gatal dan berusaha menggodamu" ucap Garningsih sambil membelokkan arah matanya.
Pieter terkekeh kecil, "Seharusnya mereka bilang bahwa akulah si pria gatal" ungkap Pieter sambil tertawa kecil.
Garningsih ikut terkekeh namun ia tak ingin larut dalam suasana dan melanjutkan pembicaraan serius dengan Pieter.
"Pokoknya jangan kamu ulangi seperti tadi lagi, kita akan jadi buah bibir masyarakat Pieter" ungkap Garningsih.
Pieter masih dengan sikap tenangnya ia menggenggam tangan Garningsih dan meyakinkan kekasihnya itu bahwa hubungan mereka tak akan goyah.
"Ning yang menjalankan hubungan itu kita berdua bukan orang lain lantas mengapa mereka mempermasalahkannya?" tutur Pieter dengan menatap mata Garningsih dalam.
"Tapi aku takut, kau adalah orang Belanda".
"Tidak ada orang yang bisa menggoyahkan hatiku sekalipun itu adalah Ratu Wilhelmina" ungkap Pieter.
Garningsih hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Pieter yang itu rasa melebih-lebihkan.
"Aku ingin tanya, apa alasanmu menyukaiku?" tanya Garningsih dengan niat hati bercanda.
"Kau baik, rajin, ramah dan murah senyum. Pertama kalinya aku bertemu denganmu di sekolah ini, kamu sangat pintar dan rajin itu yang membuatku menyukaimu" jelas Pieter.
Pieter memegang kedua pundak Garningsih, lalu ia menatap Garningsih dalam dan mengatakan sesuatu yang membuat Garningsih sedikit terkejut.
"Ning aku akan menunggumu hingga kau dewasa, setelah itu aku akan mempersunting mu. Aku tidak ingin kau menikah terlalu cepat karena aku tak ingin merusak masa mudamu. Aku akan menikah dengan mu secara resmi jika kau telah siap" jelas Pieter yang membuat Garningsih tak dapat lagi berkutik.
Ternyata sedari tadi para perempuan di kelas Garningsih mengintip dan menguping pembicaraan Garningsih dan Pieter sehingga mereka dapat mendengar dan tahu apa hubungan antara Garningsih dan Pieter.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Destiny
Ficção HistóricaTerdengar tak logis ketika kita mendengar kata menjelajah waktu, namun entah bagaimana caranya Annalee berhasil ditarik ke dalam kehidupan masa lalu Kakeknya. Tak ada misi penting ataupun pesan yang harus Annalee selesaikan di zaman itu ia hanya ing...