Di pagi hari, tidak seperti biasanya Tuan Hans dan Nyonya Elizabeth sudah tidak ada di rumah, aku menganggap hal ini wajar, tak sedikitpun rasa curiga menyertaiku. Tiba-tiba aku di tarik oleh seseorang ke area belakang rumah.
Aku memberontak dan menyangka orang yang menarik ku adalah pencuri.
"Sttt.. sttt... Ann.. Ann.. Annalee ini aku, Edwin!"
Ternyata orang yang menarik ku dengan paksa adalah Edwin, aku melangkah mundur ketakutan karena Edwin terlihat tergesa-gesa seperti hendak menerkam ku.
Edwin mendekat dan berusaha berbicara tenang kepadaku.
"Ann.. Dengar! Aku tidak akan menyakitimu! Orang.. orang tuaku sebenarnya.. adalah otak di balik perdagangan budak dan gundik!" ucap Edwin dengan tergesa-gesa.
Aku terkejut dan berusaha mencerna apa yang Edwin katakan.
"Kau tau kenapa para pekerja orang tuaku semuanya pria? Karena gadis-gadis yang bekerja kepada orang tuaku telah di jual semua kepada tuan tuan Belanda dan dijadikan budak mereka!" ucap Edwin lagi.
"Ke... Kenapa kamu baru berbicara sekarang?" ucapku dengan gemetar hebat.
"Orang tuaku tau jika aku mengetahui tentang rahasia ini, jika sampai kau lepas, aku yang akan di aniaya oleh mereka. Hari ini, mereka pergi untuk mempersiapkan semuanya. Kau cepat pergi dari sini sebelum matahari naik jika sudah terlambat akan ada seorang tuan bejad yang akan membelimu"
Aku semakin ketakutan ketika Edwin menyuruhku untuk pergi, entah dimana aku tinggal nantinya dan entah bagaimana nasib Edwin selanjutnya.
"Edwin aku tak bisa meninggalkan mu" aku ketakutan dan hampir menangis.
"Kau tenang saja, aku aman disini kau cepat pergi"
Aku menggenggam tangan Edwin dan menganggukkan kepala seolah memberikan salam perpisahan.
Aku berlari tanpa arah, tanpa alas kaki, aku lantas berpikir apakah aku terlalu gegabah untuk kabur dari rumah orang telah merawatku dengan baik selama aku tinggal di zaman ini? Apakah ini hanya akal-akal an Edwin saja demi mengusir ku dari rumahnya?.
Di pinggir jalan, aku menemukan sobekan dari sebuah surat kabar yang menampilkan berita gadis-gadis yang hilang misterius.
Aku membacanya sebisaku karena bahasa yang ada di surat kabar itu menggunakan ejaan lama sehingga aku sedikit sulit untuk membacanya.
Judul daripada surat kabar itu adalah "Poeloehan Gadis Menghilang Misterioes" Setelah membaca beritanya aku baru menyadari sesuatu jika gadis-gadis yang hilang itu semuanya gadis yang dari latar belakang tidak mampu ataupun yang tidak mempunyai keluarga.
Apa jangan-jangan ini yang Edwin maksud, dan apa jangan-jangan gadis-gadis itu adalah korban dari Tuan Hans dan Nyonya Elizabeth?.
"Oiii Annalee sedang apa kamu di sini?"
Aku terkejut bukan main ada seseorang yang memanggilku, dan suaranya tidak terdengar asing sampai aku menyadari itu adalah suara Tuan Hans.
Aku menoleh ke asal suara itu, ternyata betul ada Tuan Hans bersama Nyonya Elizabeth yang baru saja turun dari mobilnya.
Tanpa aba-aba aku langsung berlari, tak peduli apapun. Tuan Hans yang melihat keanehan ku langsung dengan sigap mengejarku.
Kaki ku tertusuk tusuk batu lancip jalanan, di karenakan aku berlari tanpa menggunakan alas kaki. Sementara Tuan Hans masih mengejarku. Aku begitu panik dan terus berlari, aku tak peduli telapak kaki ku berdarah-darah yang terpenting adalah selamat dari kejaran Tuan Hans ini.
Tuan Hans terlihat mulai kelelahan, tapi berbarengan dengan itu kaki ku tersandung batu yang sedikit besar. Aku terjatuh, punggung kaki dan lutut ku berdarah.
Karena hal itu, aku tak sanggup lagi untuk berlari. Tuan Hans tersenyum sumringah dan mendekatiku pelan-pelan.
Aku berusaha menghindar dengan menyeret tubuhku menggunakan tenaga tangan. Tuan Hans menertawai ku.
"Ahahaha lihatlah putriku sedang berusaha menghindari ayahnya, ono opo nduk" ucap Tuan Hans dengan senyum lebarnya.
Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku, aku terus mencoba menyeret tubuhku, namun tiba tiba tangan Tuan Hans mencengkram keras kedua pipiku.
"Aku tau kau sudah tau rahasiaku".
Setelah itu aku di gendong paksa olehnya, dan di masukkan ke dalam mobilnya.
Disana ada Nyonya Elizabeth duduk di bangku depan dengan menatap tajam ke arah ku.
"Jangan kau pikir makan mu selama ini gratis Annalee" ucap Nyonya Elizabeth tersenyum tipis.
"Bajingan anak mu itu, berani sekali dia membeberkan rahasiaku" Tuan Hans terus menerus marah karena Edwin membocorkan semua ini kepadaku.
"Sudahlah, toh sebentar lagi pembeli akan mengangkut anak ini" ucap Nyonya Elizabeth.
Aku terkejut, "pembeli?" "Mengangkut anak ini?" Jangan jangan apa yang disampaikan Edwin benar benar nyata, ternyata mereka menjual gadis gadis untuk para elit Belanda.
Sesampainya di rumah, Tuan Hans langsung mendobrak pintu dan mendapati Edwin yang tengah membaca koran.
Tanpa aba-aba Tuan Hans langsung memukul Edwin tepat pada kepalanya yang membuat Edwin langsung tersungkur.
Aku menangis melihatnya, "Edwin maafkan aku".
Edwin bangkit, namun belum sempat ia berdiri, Edwin kembali mendapatkan pukulan keras dari tuan Hans.
"Banj**gan kau as*, sudah mending saya memungutmu!".
Edwin terus di pukul dan di tendang oleh Tuan Hans, tak henti-hentinya aku menangis tak tega melihat Edwin tergeletak tak berdaya dengan tubuh yang penuh darah dan lebam.
"Ann.. Jaga dirimu baik baik" ucap Edwin dengan nada yang terbata bata.
Edwin mulai tak sadarkan diri akibat luka yang terlalu parah, Tuan Hans terlihat seperti tidak takut jikalau Edwin terluka parah atau mati. Sementara Nyonya Elisabeth hanya terdiam sambil menutup matanya dengan nafas yang tak beraturan.
"Masri, cepat kau panggil dokter jika di tanya bilang saja dia abis mabok dan berkelahi" dengan santai dan tak ada rasa bersalah sedikitpun Tuan Hans berkata demikian kepada pembantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Destiny
Historical FictionTerdengar tak logis ketika kita mendengar kata menjelajah waktu, namun entah bagaimana caranya Annalee berhasil ditarik ke dalam kehidupan masa lalu Kakeknya. Tak ada misi penting ataupun pesan yang harus Annalee selesaikan di zaman itu ia hanya ing...