BAB TERAKHIR KISAH KITA

40 6 0
                                    

"Jadi Edwin telah tiada Kek?" tanyaku dengan gugup dan memandang ke sembarang arah sambil melamun.

Kakek menghela nafas pandangannya tertunduk ia mengangguk pelan, "Ia telah mengorbankan diri untukku" ucapnya dengan penyesalan.

Aku terdiam cukup lama, meskipun pertemuan ku dengan Edwin cukup singkat namun memori tentang nya masih terukir jelas di ingatanku. Kakek memegang kedua bahuku dengan suara yang lembut ia mencoba merangkai kata-kata.

"Tapi syukurnya aku telah menepati janjiku kepadanya, sekarang mungkin ia tengah tersenyum di alam sana" ungkap Kakek, mendengar itu entah kenapa hatiku sedikit lega.

Aku merasa takdir kini telah benar-benar mempermainkanku, aku yang semula hanyalah remaja biasa namun sekarang harus berhadapan pada peristiwa rumit di luar akal sehat. Seharusnya aku tak perlu memperdulikan masalah ini, namun hati kecilku masih terbayang-bayang kekasihku. Apa benar adanya dia telah tiada dengan cara yang tidak terhormat seperti itu.

"Annalle ada sesuatu hal yang harus kamu ketahui sekarang" ungkap Kakek dengan telah mempertimbangkan semua hal sebelum mengatakan demikian kepadaku.

"Ada apa Kek?" balasku yang ingin tahu lebih dalam.

"Sebenarnya kalung yang Kakek genggam ini mempunyai energi magis yang bisa membuat seseorang pergi ke masa lalu, kau boleh tak percaya namun pada kenyataannya Kakek sering menggunakannya untuk bertemu dengan Ningsih" ungkap Kakek, seketika itu aku langsung teringat sesuatu. Kalung itu berada di kamar tidurku yang berarti..

"Kakek juga tahu mengenai Edwin?" tanyaku dengan raut wajah yang serius.

Kakek terkekeh, "Itu sebabnya Kakek merancang ini dengan Ningsih. Kau tahu mengapa kau mempunyai nama Gendhis? Itu nama yang Ningsih berikan" ungkap Kakek, sejujurnya aku tak mengerti dengan apa yang Kakek maksud.

"Maksudnya Kek?" tanyaku.

"Kau telaah saja apa yang Kakek bicarakan, kelak kau akan mengetahui dengan sendirinya".

Aku termenung kembali memikirkan apa yang Kakek maksud, namun tiba-tiba Kakek tersenyum hangat dan memberikan kalung itu kepadaku. Aku terkejut ketika Kakek meletakkan kalung itu ke tanganku.

"Kau yang berhak untuk memilikinya" ucap Kakek, aku tak bisa berkata apa pun lagi yang jelas aku sekarang mengerti 'permata' Edwin itu adalah diriku.

"Kek, Kakek bilang kalung ini bisa membuat orang masuk ke dalam masa lalu, lantas bagaimana caranya? aku ingin bertemu dengannya kembali" ucapku masih dengan melihat liontin kalung itu.

Kakek tersenyum ia menggelengkan kepalanya perlahan, ekspresi wajahku yang semula tersenyum kini perlahan menjadi ekspresi kecewa.

"Masa kekuatan kalung ini telah habis ketika pemiliknya sudah mencapai tujuannya, lagipula kau jangan terpaku dengan masa lalu kau harus fokus dengan masa depanmu yang masih panjang. Masa lalu itu cukup untuk dikenang tetapi tidak untuk diulang"

Aku hanya mengangguk pada Kakek dan memakai kalung itu.

Sejujurnya aku masih mencerna dengan peristiwa ini, kejadiannya sangat cepat seolah-olah tak memberiku ruang untuk bernafas. Tapi terimakasih untuk Kakek dan Nenek yang telah mengenalkanku kepada kekasih masa laluku. Edwin jika kamu mendengarku, percayalah aku masih tak bisa melupakanmu, aku tak bisa melupakan senyummu yang indah pada saat di danau tempo hari, aku tak bisa melupakan pelukanmu saat kau mengunjungiku di rumah Nyonya Liv. Tapi bagaimanapun hari ini adalah bab terakhir kisah kita. Terimakasih telah hadir dengan indah dalam hidupku.

The Secret Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang