Papah Rahsya dan Papah Lian ternyata bersahabat bahkan mereka adalah pendiri perusahaan yang kini sudah menjadi perusahaan besar.
Akan tetapi setelah ibunya Naura meninggal, Pak Arkan memilih tinggal di Bandung bersama kedua anaknya dan hidup sederhana.
Hubungan persahabatan mereka masih terjalin baik, bahkan Pak Bagaskara selalu pergi ke Bandung. Hanya saja tujuan ke Bandung saat itu adalah kunjungan terakhir bertemu sahabatnya.
Rahsya pun kehilangan kedua orangtuanya dan keluarga Pak Arkan di kejar oleh orang misterius yang membuat mereka harus bersembunyi ke pelosok Bandung.
Kembali ke pembacaan wasiat Papahnya Rahsya, semua terkejut dengan satu nama yaitu Lian Putra.
"Dia bukan keluarga Pak Bagaskara, bagaimana mungkin ia masuk dalam wasiat?" Sanggah Pak Hardi.
"Tapi ini adalah wasiat dari Bapak Bagaskara bahkan di tulis langsung oleh beliau. Ia ingin mewariskan kepada Lian Putra anak dari sahabatnya." Ujar Pengacara.
Ibu Laras mencoba menenangkan suaminya itu yang sedang tersulut emosi karena tidak ada nama keluarganya dalam wasiat Papah Rahsya.
***
Naura sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Tapi tidak ada yang menjemputnya dari rumah sakit.
Tiba-tiba datang Adara yang tadinya berniat untuk menjenguk malah mengantarkan Naura pulang ke rumah Rahsya.
"Loh mau kemana Nau?" Tanya Adara.
"Gue mau pulang, tapi Rahsya belum datang." Ujar Naura.
"Kayanya dia masih ada acara deh, hari ini adalah hari ulang tahun dia dan juga hari dimana pembacaan wasiat dari Papahnya Rahsya dibacain." Tutur Adara.
"Hari ini ulang tahun Rahsya?" Batin Naura.
"Loh mau bantuin gue gak?" Tanya Naura.
"Apa?" Jawab Adara.
Naura meminta Adara agar menemaninya membeli kado untuk Rahsya. Mereka pun pergi untuk mencari kado.
Naura yang sedang memilah barang untuk kado Rahsya melihat Adara yang sedari tadi memegang Ukulele.
"Loh suka main Ukulele?" Tanya Naura.
"Ah enggak, gue gak bisa main Ukulele. Tapi Gibran jago banget." Ujar Adara.
"Loh suka sama Gibran ya?" Tebak Naura.
"Suka?, ya enggak lah Nau. Dia sahabat gue dari kecil." Elak Adara.
"Loh gak usah bohong Dar, mata loh gak bisa bohong." Ucap Naura.
Adara terdiam sejenak. Ia pun berkata jujur pada Naura tentang hatinya yang menyukai Gibran.
"Gue emang suka dia dari dulu, cuman dia suka sama orang lain.
Naura dapat menebak perempuan mana yang di sukai Gibran. Ia pun harus cepat mengambil keputusan untuk memberi jawaban pada Gibran. Menerima atau menolak cinta Gibran.
Di tempat lain, Rahsya dan Lian saling terheran. Ternyata ayah mereka adalah sahabat bahkan ternyata Rahsya dulu sering bermain dengan Lian dan Naura.
"Jadi loh itu anak Pak Bagas?" Tanya Lian.
Rahsya mengangguk.
"Loh Rahsya? Anak kecil yang ngeselin itukan? yang kubur anak ayam gue waktu itu?"
"Emang gue pernah kaya gitu?" Tanya Rahsya
"Loh anaknya bandel banget, ngeselin." Ucap Lian kesal.
Sedangkan Rahsya sama sekali tidak mengingat moment masa kecilnya bersama Lian dan Naura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naura Rahsya
FanfictionRasya terbangun dari koma, namun alangkah terkejutnya dia bahwa ini bukanlah raganya. Ia bergegas lari dari rumah sakit untuk menemui seseorang. Yakni Naura, yang kini hidup sebatang kara bahkan harus terusir dari rumahnya sendiri. Bertahan hidup ta...