Bagian 4

1.8K 135 3
                                        

Rahsya memeriksa semua tagihan kartu kredit namun tak ada satupun yang ia ingat apakah ia yang membeli barang-barang itu.

Saat hendak makan malam pun, asisten rumah tangga nya menaruh dua piring kosong di meja makan.

"Piring satu lagi buat siapa?" Tanya Rahsya.

"Buat mbak Naura mas." Jawab Art.

"Naura? Emang dia ada disini?"

"Tadi kan mas Rahsya meminta saya untuk menyiapkan kamar untuk mbak Naura. Berarti mbak Naura masih disini kan?"

"Bawa piringnya ke dapur, dia gak ada disini." Ucap Rahsya.

"Baik Mas."

Rahsya yang merasa penasaran pun mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya.

Ia menghubungi semua toko tempat dimana barang belanjaan itu di beli. Dan meminta rekaman cctv yang di dalamnya terdapat dirinya.

Rahsya terkejut, semua rekaman terdapat dirinya dan Naura sedang berbelanja, bermain di time zone bahkan ketika mereka sedang makan pun terlihat Rahsya begitu bahagia.

"Ko, gue bahagia banget sama Naura? Kapan gue jalan sama dia?" Ujar Rahsya masih tak percaya.

Tak lama kemudian Gibran datang membawa Naura.

"Sya, loh gimana sih. Masa Naura lagi sakit loh tinggalin di pinggir jalan." Ucap Gibran geram.

"Loh mending pulang, ada yang harus gue urus sama dia." Ucap Rahsya serius.

"Enggak, gue gak mau. Gue gak percaya sama loh." Tolak Gibran.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain dia. Gue cuman pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi." Bentak Rahsya.

"Bran, loh tenang aja. Tinggalin gue sama Rahsya." Ucap Naura.

"Tapi Nau."

"Udah gak apa-apa."

Gibran yang sedikit emosi mencoba bertahan demi Naura. Ia pun memutuskan pergi dari rumah Rahsya.

"Oke apa yang mau loh omongin sama gue?" Tantang Naura.

Rahsya pun melemparkan struk belanjaan dan tagihan kartu kredit ke atas meja.

"Coba loh liat itu."

Naura pun mengambil beberapa struk tersebut. Dan sedikit mengerutkan dahinya.

"Ini maksudnya apa?" Tanya Naura.

"Loh hipnotis gue kan?" Ucap Rahsya.

"Hah, hipnotis? Kapan gue punya ilmu begitu?" Ujar Naura tertawa.

"Terus kenapa gue bisa jalan sama loh, bisa belanjain loh, bisa ngajak loh makan?" Ucap Rahsya.

"Seharusnya itu jadi pertanyaan gue. Loh itu jadi aneh semenjak kecelakaan. Tiba-tiba loh baik banget sama gue, ngejaga gue, sayang sama gue dan cuman gue yang loh inget. Sedangkan loh gak inget sama Gibran, Adara bahkan tante sama om loh." Ujar Naura.

"Gue capek Sya, gue lagi gak mau debat sama loh. Hati gue lagi patah Sya, gue gak punya siapa-siapa lagi." Ucap Naura meneteskan air mata.

"Orang yang sayang sama gue udah gak ada, orang tua gue, kakak gue, tinggal gue sendiri yang harus bertahan hidup. Gue udah di usir dari rumah gue sendiri, malam-malam gue di kejar sama orang jahat, nyawa gue terancam. Please Sya jangan bikin berat pundak gue. Gue udah gak punya pundak buat bertahan Sya." Ucap Naura semakin bersedih.

Rahsya terdiam, Ia merasa bahwa dirinya dan Naura memiliki kesamaan yakni sama-sama tidak mempunyai kedua orang tua.

"Gue udah gak mau debat sama loh, loh cari tau sendiri apa yang terjadi sama loh. Kenapa loh bisa baik banget sama gue, kenapa loh bisa belanjain gue, kenapa loh bikin gue happy hari ini."

Naura RahsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang