Bagian 16

1.3K 107 11
                                    

Lian terus mencoba membangunkan Rahsya yang masih dalam keadaan pingsan. Tak lama kemudian Rahsya perlahan membuka mata dan melihat sekitarnya.

Ia tersadar bahwa kini dia sedang berada di dalam gedung kosong dengan keadaan tangan terikat.

Lian merasa lega melihat Rahsya sudah sadar.

"Gue dimana? Kenapa gue bisa disini?" Tanya Rahsya.

"Maafin gue Sya." Ucap Lian.

Rahsya masih merasa kebingungan mengapa dirinya berada di gedung kosong bahkan dengan tangan di ikat.

Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan menemui Rahsya yang di sekap, dia adalah Pak Hardi.

Pak Hardi berjalan perlahan dengan wajah tersenyum puas kepada Rahsya.

"Udah aku duga, dalang dari semua ini adalah Om Hardi." Ujar Rahsya.

"Jadi selama ini kamu sudah mencurigai om kamu sendiri?" Ucap Pak Hardi.

"Om malah sangat sayang sama kamu Sya. Kamu pasti sangat rindu sama orang tua kamu kan? Om hanya ingin membantu kamu agar cepat bertemu dengan orang tua kamu. Sama seperti Lian."Ucap Pak Hardi.

"Dan mungkin selanjutnya kamu dan Naura." Sambung Pak Hardi.

"Naura?" Tanya Rahsya kaget.

"Tenang aja. Naura masih aman." Ucap Om Hardi.

"Sedikit aja Om nyentuh Naura, aku gak segan-segan buat nyakitin Om." Ujar Rahsya emosi.

"Tenang Sya. Kalian akan aman jika kalian mendatangi surat perjanjian ini." Ucap Pak Hardi.

Rahsya menatap serius kepada Pak Hardi. Ia kini tahu bagaimana liciknya Pamannya itu. Di tambah Lian mencoba menahan Rahsya agar tidak terbujuk oleh Pak Hardi.

Lian melihat isi surat tersebut, dimana surat tersebut adalah surat pengalihan harta warisan dari Rahsya kepada Pak Hardi.

"Naura akan selamat jika kamu mau menandatangani surat ini."

"Gimana bisa aku percaya sama om kalau aku belum bisa lihat Naura sekarang. Apakah dia baik-baik saja atau sebaliknya." Ujar Rahsya.

Pak Hardi pun membawa Naura ke ruangan yang sama dengan Rahsya.

"Naura." Panggil Rahsya.

Naura masih dalam keadaan terikat dan mencoba berontak dari orang-orang yang membawa itu. Akan tetapi ia masih merasa kesal kepada Rahsya gara-gara kejadian tadi bersama Mila.

Orang-orang yang membawa Naura berlaku kasar kepada Naura bahkan mendorongnya dan membuat Naura kesakitan.

"HEH, jangan kasar loh!" Bentak Rahsya.

"Gimana Sya, kita gak ada waktu lagi. Tanda tangan sekarang atau.." Ucap Pak Hardi sambil melihat ke arah Naura.

Rahsya pun melihat ke arah Naura yang berdiri di balkon yang siap di dorong oleh anak buah Pak Hardi.

"Jangan Sya, jangan loh tanda tangan surat itu." Ucap Naura.

"Gue gak bisa Nau, gue gak bisa ngebiarin loh celaka karena gue." Jawab Rahsya.

"Dia orang licik Sya, dia gak bisa kita percaya." Ujar Naura.

"Gue rela Nau kehilangan semuanya. Tapi gue gak rela kalau kehilangan loh." Ucap Rahsya.

Lian tertegun mendengar ucapan Rahsya yang tulus menjaga Naura. Akan tetapi tubuh Lian malah semakin memudar.

Tali yang mengikat Rahsya pun di lepas untuk menandatangani surat peralihan hak waris kepada sang paman.

Naura RahsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang