Delima dan Takdirnya (11)

15.8K 1.2K 29
                                    

Aku sering bermimpi buruk setiap malam. Padahal, aku ini anak yang rajin merapalkan do'a setiap hendak tidur. Dari do'a tidur, surat-surat pendek, sampai ayat kursi, semua selalu kubaca tanpa ada yang terlewat. Tapi entah kenapa, mimpi buruk selalu mengunjungi malam-malamku.

Sampai-sampai aku curiga ada dosa besar yang tak sadar sudah kulakukan hingga do'aku tertahan di dunia.

Ah… tapi bisa saja saat aku melantunkan do'a, ucapanku keliru dan artinya pun jadi berbeda sehingga malaikat bingung untuk mencatatnya.

Tapi tak mengapa sih, itu kan hanya mimpi. Lagipula seburuk-buruknya mimpi buruk yang kualami, lebih buruk kenyataan yang kuhadapi di dunia nyata ini.

Aku terbangun sekitar pukul setengah 4 pagi, tentu adzan subuh masih sekitar satu jam lagi. Namun aku sudah mendengar bunyi krasak-krusuk dari luar kamar, yang kutebak dari arah dapur bu Rosidah. Karena sudah terlanjur bangun begini, biasanya aku memang tak bisa untuk tidur kembali. Untuk itu kuputuskan untuk keluar kamar dan menuju ke arah sumber suara.

Benar saja dugaanku. Saat sudah keluar kamar, aku menemukan bu Rosidah yang sibuk berkutat dengan kegiatan memasaknya dan kini berdiri membelakangiku.

"Bu," Ucapku pelan.

Bu Rosidah yang merasa terpanggil kini membalik badannya ke arahku.

"Eh ... kok udah bangun Del, ibu berisik ya?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Enggak kok bu, saya emang udah kebangun."

"Nyenyak enggak tidurnya? suka ada nyamuk Del di kamar."

Gerakan tangan bu Rosidah saat mengiris bahan makanan tidak terganggu sama sekali saat mengobrol denganku. Tangannya seperti sudah terlatih mengiris, tanpa melihat ke arah benda yang dipegang.

"Nyenyak kok Bu," Aku mendekat ke arah bu Rosidah, "mana Bu, biar saya bantu," Tawarku.

"Enggak usah Del, masa tamu malah di dapur. Udah kamu lanjut tidur aja, subuhnya kan masih lama, lagian kamu kerja nanti."

"Gak papa Bu, saya kalo udah kebangun susah tidur lagi."

Bu Rosidah tampak menimang. Tapi aku yang tidak mau menunggu keputusannya, langsung saja menuju wastafel dapur untuk mencuci beberapa piring yang menumpuk di sana.

"Saya bantu cuci piring ya Bu?"

Pertanyaan ku ini bukan lagi permintaan, karna tanganku sudah lebih dulu meraih sabun pencuci piring dan memulai kegiatanku ini.

"Kalo kamu maksa ma Del, Ibu bisa apa?"

Kalimat bu Rosidah membuat kami tertawa. Obrolan kami kemudian mengalir begitu saja. Bu Rosidah menanyakan seputar pekerjaanku, keseharianku dan hal-hal lain lagi. Sampai akhirnya beliau menanyakan keberadaan bapak yang tak kunjung datang.

"Bapakmu lama juga ya Del di kampung, di sana baik-baik aja kan?"

Memang di kampung baik-baik saja makanya bapak pulang ke sana. Yang tidak baik-baik saja itu malah di sini.

Ingin sekali aku menjawab pertanyaan bu Rosidah dengan jawaban itu, namun lagi-lagi jawabanku hanya,

"Gak papa kok Bu."

Delima dan TakdirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang