Delima dan Takdirnya (16)

14.9K 1.2K 131
                                    

Sejak kalimat yang keluar dari mulut mas A'ang saat di atas motor tadi. Beberapa indra tubuhku mendadak tidak berfungsi dengan semestinya, aku layaknya balon toko cat yang hanya bergerak, tapi tak punya otak.

Bahkan untuk  masuk dan duduk ke dalam tenda nasi goreng ini, aku juga harus ditarik oleh mas A'ang karena tak kunjung bergerak.

"Mas ...."

"Del ...."

Suara kami akhirnya terdengar secara bersamaan. Aku tak sengaja menatap mata mas A'ang dan langsung saja kualihkan pandanganku ke sekitar.

"Mas duluan aja."

Sebagai lelaki gentleman, aku menebak mas A'ang akan berkata "ladies first". Maka dari itu, aku menyuruhnya untuk menyampaikan terlebih dahulu saja. Karena mendadak juga, aku tidak ingat apa yang akan aku sampaikan ketika mendengar suara mas A'ang yang memanggil namaku.

"Soal omongan saya tadi ... saya serius."

"Ha? yang mana Mas?"

Pura-pura bodoh adalah taktik memancing gebetan agar menjelaskan terlebih dahulu apa yang dia maksudkan, daripada kita langsung iya-iya saja dan berakhir kepedean.

"Yang suka sama kamu."

Giliran terus terang begini, aku malah jadi gelisah tak beraturan. Aku tak sempat membaca buku Panduan Menghadapi Gebetan atau sekedar melihat video Tips Menjawab Perasaan Dari Gebetan, Dijamin Antimainstream.

Aku sungguh tidak berpengalaman! Kenapa sih aku dulu tidak berpacaran? Setidaknya kan bisa mengantisipasi serangan semacam ini.

"Oh ...."

Rasanya aku ingin menguburkan diriku ke dalam termos nasi panas milik tenda makan ini. Dari semua kata, mengapa kata "oh" yang keluar dari mulutku?

Aku melihat mas A'ang yang melihatku dengan tatapan kaget.

"Oh?"

"Oh enggak itu ... Emm ... Apa sih Mas tadi?"

Mengulur-ulur waktu untuk menjawab begini, kuharap mas A'ang masih sabar menghadapi. Kursi plastik yang mas A'ang duduki dia tarik lebih dekat dengan meja, kedua lengan mas A'ang berada di atas meja, dan bersiap mengulangi kembali ucapannya. Telingaku kini sudah sangat siap mendengar kata "suka" dari mulut mas A'ang untuk yang ketiga kalinya.

"Misi Mas, tangannya bisa geser dulu. Buat naruh piring."

Halah! Malah iklan!

Mas A'ang yang tadinya sudah bersiap, kini mendongak ke atas dan sedikit memundur kan tubuhnya ke belakang sembari mengucapkan terima kasih pada pelayan nasi goreng.

"Ayo Del makan dulu."

Tak berniat meneruskan kalimatnya lagi, mas A'ang malah memintaku untuk menikmati nasi goreng yang sudah tersaji. Kami makan dalam diam, sesekali aku melirik mas A'ang yang terlihat khusyuk saat makan. Sibuk melirik mas A'ang yang makan, aku sampai lupa dengan nasi goreng dihadapanku. Tiba-tiba mata mas A'ang menatap ke arahku.

"Kamu gak makan?"

Aku yang ketahuan menatapnya saat makan, lalu tergagap dan segera menyendokkan nasi ke dalam mulutku.

Delima dan TakdirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang