Delima dan Takdirnya (21)

12.2K 1K 78
                                    

Jangan lupa komen dan votenya!!

----

"Kenceng banget sih Del volumenya... sampe kedengaran di gue nih! Takut abis ini lo jadi budeg," ujar mbak Lala sambil mencabut paksa penyuara telingaku.

Padahal aku sedang asik-asiknya mendengarkan lagu Annie's Song dari John Denver. Kedengarannya selera musikku ini memang agak ketinggalan jaman, tapi lagu Annie's Song ini membuatku merasa menjadi wanita paling dicintai di dunia ini. Agak berlebihan memang, tapi memang begitulah adanya. Setiap lagu pasti menimbulkan suatu perasaan dalam diriku, seolah aku seorang pemeran utama dalam skenario yang kubuat sendiri. Entahlah, apakah ada orang yang mempunyai kebiasaan yang sama denganku ini. Kadang kala ketika mendengarkan lagu sedih, aku ikut menangis walaupun liriknya tak ada hubungannya dengan pengalaman hidupku.

"Ih... Mbak Lala ganggu orang lagi seneng aja," ujarku sambil pura-pura kesal pada mbak Lala.

"Wedeh ...wedeh ... Ati-ati Del, senang-senang dahulu susah kemudian! Ehh... Tapi kan lo udah banyak susahnya ya?"

"Mbak...." Aku hendak memperingatkan mbak Lala, tapi karena perkataannya ada benarnya juga, kuurungkan niatku.

"Jadi...apa yang membuat Delima Maheswari ini senang, kalau hamba boleh tahu?"

Tanganku menekan tombol pause pada aplikasi pemutar musik di ponselku yang masih berputar. Kulepas juga penyuara telinga bagian kiri, yang masih tersangkut pada telingaku. Badanku menyerong ke arah mbak Lala.

"Aku..." Mbak Lala menatap penasaran dengan kalimatku selanjutnya,"Nerima lamaran mas A'ang Mbak," ucapku dengan senyum malu-malu.

Jari telunjuk mbak Lala berkali kali dia arahkan padaku sembari berujar. "Ini nih... yang gue tunggu-tunggu." Posisinya kini kembali tenang."Terus kapan Del?"

Senyumku terhenti. "Apanya?"

"Ya nikahnya lah Del ... Kan abis lamaran biasanya nentuin tanggal. Belum ya? gue kirain lo seneng-seneng gini, udah nentuin tanggal, terus tinggal gas ke KUA."

Mbak Lala rupanya mengira bahwa lamaran yang ku maksudkan adalah lamaran resmi. Padahal kenyataannya, nanti malam kalau tidak ada aral melintang, mas A'ang baru akan mengatakan rencana lamaran resmi pada bapak, dan tentunya kedua orang tuanya. Untuk tanggalnya, ya menunggu lagi.

"Belum lamaran yang bawa-bawa seserahan gitu Mbak," ujarku.

"Yaelah Del... ini masih lanjutin yang dulu? Terus lo udah ketemu sama calon mertua lo Del?"

"Ya kalo ketemu ma udah sering... kan kita satu kampung Mbak. Cuma semenjak aku kerja part time udah jarang."

"Makanya Del keluar ajalah... emang lo masih harus bayar utang? Kan udah mau jadi suami lo juga."

Aku menggelengkan kepalaku."Mas A'ang udah bilang ikhlas juga sih, rencananya emang hari ini aku mau keluar aja."

Kemarin aku sempat menanyakan pendapat tentang pekerjaan part timeku pada mas A'ang, dan seperti saran yang barusan diberikan oleh mbak Lala, mas A'ang memintaku untuk berhenti dari pekerjaan part timeku. Aku sih tidak masalah jika harus berhenti dari pekerjaan part time ku, asal jangan di suruh berhenti dari klinik ini saja.

Delima dan TakdirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang