Banyak hal-hal di alam semesta ini yang belum terungkap.
Salah satu contohnya adalah teori Multiverse. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta yang kita tinggali, hanyalah salah satu dari banyak alam semesta yang mungkin ada. Kalau aku tidak salah, sampai sekarang para peneliti masih membuktikan kebenaran teori tersebut.
Tapi mungkin sampai aku masuk liang lahatpun, teori tersebut belum terjawab. Teori yang mungkin bisa terungkap saat ini, adalah misteri tentang keluargaku kandungku.
Kata-kata dari bang Emran beberapa hari yang lalu, malah membuatku melupakan sejenak hal-hal mengenai acara lamaranku dengan mas A'ang. Ingin sekali aku memastikan kembali ucapan bang Emran yang begitu ambigu, tetapi sampai sekarang, orangnya belum juga menampakkan diri.
Sudah seperti potongan kuku, kalau tidak mau dipakai ada di mana-mana, giliran mau dipakai, tiba-tiba hilang entah ke mana.
"Kamu tau lagu Pak Ketipung gak Del?"
Gara-gara memikirkan ucapan bang Emran, aku sampai melupakan laki-laki rupawan yang ada di sampingku. Aku dan mas A'ang saat ini duduk di sebuah foodcourt sebuah pusat perbelanjaan. Kami beristirahat sejenak, setelah berbelanja beberapa kebutuhan untuk hantaran lamaran.
"Tau Mas ... yang di film sang pemimpi kan?"
Aku mengingat-ingat lagu dengan alunan khas melayu yang aku tahu saat menonton film sang pemimpi saat masih SD dulu. Zaman itu penjual CD bajakan masih melalang buana, jadi mudah saja menonton film tanpa harus pergi ke bioskop. Jaman saat aku TK dulu sih malah masih ada layar tancap di lapangan pemukiman ini. Tapi biasanya hanya ada saat malam 30 september untuk menonton film G-30S PKI. Aku sering diajak bapak saat itu, membeli kacang rebus yang dibungkus dengan kertas koran yang dibentuk kerucut, lalu duduk bersama warga lain yang menikmati film yang di hanya di putar setahun sekali.
"Tau liriknya juga? yang gini, janganlah suka dek, duduk melamun, melamun itu banyak susahnya."
Jangan di pikir mas A'ang mengatakannya sambil bernyanyi, tentu tidak! Aku malah jadi lupa lagunya yang mana sangking datarnya ucapan mas A'ang.
"Bisa aja sih Mas ... gak ngelamun kok, cuma kepikiran omongannya bang Emran aja. "
"Emran? Dia ngomong apa lagi? Marahin kamu?" tanya mas A'ang sedikit menuntut.
"Enggak! cuma ... "
Mataku tak fokus dan bergerak kesana-kemari. Sementara itu mas A'ang malah semakin mendekatkan wajahnya ke arahku.
"Cuma?"
"Aku mirip gak sih Mas sama bang Emran?"
Tepat setelah aku mengungkapkan pertanyaanku, mas A'ang kembali memundurkan wajahnya.
Bukan tanpa sebab aku bertanya perihal ini pada mas A'ang. Sejak pertemuan ku terakhir kali dengan bang Emran. Aku terus-terusan berkaca dan mencari jejak kemiripan di wajah kami.
Buah kan tidak jatuh jauh dari pohonnya, malah bisa jatuh sepohon-pohonnya.
Namun, aku merasa tak ada kemiripan antara wajahku dengan bang Emran. Lalu aku mengingat bagaimana bu Rahma yang melihat kemiripan wajahku dengan tante Mara yang mana masih satu darah dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delima dan Takdirnya
RomanceRepost ulang. "Nomor saya udah saya simpan di hp kamu, kalo ada apa-apa kamu hubungi nomor saya aja." Setelah mengatakan itu mas A'ang beranjak berdiri hendak keluar dari rumah, namun langkahnya terhenti dan berbalik menatapku. "Oh iya, satu lagi D...