Delima dan Takdirnya (15)

16.2K 1.2K 92
                                    

Semoga kalian juga gak bosen sama cerita ini, Jangan lupa vote dan komen!!

Semenjak aku bekerja paruh waktu di restoran Sunda milik bu Rahma yang mana adalah kakak dari bang Emran. Semenjak itu pula, intensitas pertemuanku dengan bang Emran bertambah. Hari-hari pertama aku bekerja, bang Emran selalu menggangguku. Entah menyuruhku mengepel lantai yang tidak kotor, membuatkannya minum, dan memaksaku untuk pulang bersamanya.

Untungnya bu Rahma segera menegur bang Emran ketika mengetahui semua kelakuannya. Tentunya teguran dari bu Rahma membuat bang Emran tidak lagi memaksaku untuk pulang bersama. Akupun selalu menolak tawarannya, dengan alasan tidak enak jika dilihat tetangga sekitar.

Walaupun rumah makan akan tutup pukul 10 malam, para pekerja baru akan pulang sekitar jam 11 malam. Sebagai perempuan yang tinggal di daerah pemukiman padat dengan tetangga yang amat "Perhatian", pulang pada jam malam seperti itu, pasti akan memicu gunjingan. Apalagi jika diantar laki-laki. Siang hari saja sudah banyak yang menggosipkan, apalagi malam hari, bisa-bisa aku masuk akun lambe turah lokal.

Tapi itu semua memang resiko dari pekerjaanku, daripada aku tak bayar hutang dan malah menyusahkan orang lain lagi seperti kata mbak Ganis. Selagi pekerjaannya halal pasti akan aku kerjakan. Meskipun saat pulang aku akan terus mengeluh karena semua persendianku rasanya minta untuk dilepaskan. Apalagi jika rumah makan sedang ramai-ramainya.

Seperti malam ini, rumah makan lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena malam ini adalah malam minggu. Para manusia akan keluar sejenak dari tempat persembunyiannya. Sekedar menikmati udara malam yang aku rasa tak sepenuhnya menyegarkan, dengan teman, pacar, ataupun keluarga.

Mayoritas pelanggan di sini adalah rombongan keluarga yang terdiri sedikitnya 4 orang. Tidak hanya untuk acara keluarga saja, acara kantor, reunian, dan ulang tahun sering diadakan di rumah makan ini. Sebagai pekerja rumah makan ini, tentu aku menikmati kegembiraan yang biasa pelanggan tunjukkan. Walaupun tak sedikit juga pelanggan menyebalkan, yang malah meredupkan suasana nyaman di rumah makan ini.

"Selesai!"

Aku merasa puas saat piring terakhir yang ku cuci sudah terbilas dengan sempurna. Badanku rasanya sungguh tak karuan dan ingin segera rebahan pada kasur kamar. Namun aku masih harus bersepeda dengan membawa beban ransel di punggung.

Selain pulang lebih malam, kebiasaan baruku semenjak bekerja di rumah makan ini adalah, selalu membawa baju ganti dan peralatan mandi. Aku yang biasanya hanya membawa tas selempang ukuran sedang, sekarang harus membawa tas ransel berisi baju ganti dan peralatan mandi.

Jadi akan kuurutkan rentetan kegiatanku dalam satu hari.

Pagi hari aku akan pergi ke tempat kerjaku di klinik. Sebelum pergi ke rumah makan, aku menyempatkan diri mandi dan berganti baju di klinik. Setelah itu, baru aku menuju ke rumah makan.

Aku juga merasakan berat badanku sedikit turun akibat aktivitas baru ini. Tapi tak apalah, selama tidak menjadi tengkorak hidup tidak masalah. Lagipula harusnya aku bersyukur, di luar sana banyak orang yang susah menurunkan berat badan sedangkan aku malah dengan cepat kehilangan berat badanku.

Kuncinya adalah hutang.

Harusnya aku membuat tips diet efektif menurunkan berat badan dengan cepat, yaitu dengan cara berhutang.

Bukan hanya kehilangan berat badan saja, tapi mungkin akan kehilangan BPKB motor, sertifikat tanah dan bahkan anak sendiri untuk digadaikan.

Delima dan TakdirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang