Sepanjang kegiatanku bekerja hari ini, aku sangat susah untuk berkonsentrasi. Bukan hanya karena masalah tenggat pembayaran hutang bang Emran, tapi karena perkataan mas A'ang pagi ini.
Sampai-sampai aku tak sadar sudah keliru mengetik laporan.Total Hak dan kewajiban : Rp. 50.000.000
Dan segera saja mbak Lala yang berada di sampingku berteriak tentunya.
"Del lo buat laporan apaan?! Kok ada hak dan kewajiban segala?!"
Mataku spontan melihat pada layar komputer di depanku. "Astaghfirullah Mbak!!" Buru-buru aku menghapus baris kalimat itu dan menggantinya dengan laporan yang benar.
"Lo cuci muka dulu deh Del!" Tangan mbak Lala mengibas di depan wajahnya sendiri.
Aku tidak sedang mengantuk, hanya kebanyakan pikiran saja. Mencuci muka sampai 100 kalipun tidak akan mengurangi isi pikiranku.
"Mbak gue mau tanya nih," Tanyaku hati-hati.
Tubuhku merapat pada mbak Lala.
"Apaan lagi nih? Gue sekarang udah mempersiapkan jantung gue Del, kalo lo udah ngomong kayak gini."
"Ciri-ciri cowok suka sama kita tuh gimana sih Mbak?"
Raut mbak Lala tidak terkejut saat mendengar pertanyaanku, mungkin memang benar mbak Lala sudah mempersiapkan jantungnya tetap tenang. Malah kini dia tersenyum penuh makna kepadaku.
"Apa ya Del? Bentar gue inget-inget dulu."
Dahi mbak Lala mengerut, alisnya tampak menyatu. Rautnya sudah seperti memikirkan pelunasan hutang negara saja. Apalagi gerakan jari telunjuknya yang kini berada di bawah dagunya, bergerak ke kanan dan ke kiri. Membuatku malah makin penasaran.
Tiba-tiba jari mbak Lala mengacung ke atas. Jika bisa ditambahi efek, akan ada sebuah bohlam terang di samping jari mbak Lala.
"Yang ngancem bayar utang, tapi bayarnya diganti nikah!"
Mendengar jawabannya aku spontan menampar lengan mbak Lala. Mbak Lala lalu mengaduh kesakitakan sambil mengelus bekas tamparan tanganku di lengannya.
"Beneran ini Mbak!"
"Ya emang bener Del, ini ... maksud lo orang yang kemaren kan? nih ya ... mana ada orang yang ikhlas duit 50 jutanya bablas terus cuma minta diganti nikah sama dia? Udah duitnya gak balik, masih biayain nikahan, eh ... pas udah jadi istri kan masih harus nafkahin lo!"
Padahal yang aku maksud di sini bukan bang Emran, tapi mas A'ang. Bukannya mau kepedean, tapi tingkah mas A'ang padaku akhir-akhir ini membuatku merasa ada yang berbeda dari biasanya.
Pertanyaan ku akan kuganti saja, kini aku merapatkan posisi kembali ke mbak Lala.
"Kalo gini Mbak, seumpama ada cowok kan mbak, cuek....banget. Jarang ngobrol juga sama aku. Terus tiba-tiba nih, tingkahnya gak jelas gitu, pengen ditemenin ngobrol, suruh nemenin belanja, atau ngajak berangkat bareng. Pokoknya aneh deh! Itu gimana Mbak? "
Lagi-lagi mbak Lala memberikan gestur berfikir, kali ini jarinya naik pada dahinya. Nampaknya ini lebih berat daripada yang sebelumnya. Kalau tadi pelunasan hutang negara, mbak Lala saat ini seperti memikirkan kesejahteraan anak-anak di negara perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delima dan Takdirnya
RomanceRepost ulang. "Nomor saya udah saya simpan di hp kamu, kalo ada apa-apa kamu hubungi nomor saya aja." Setelah mengatakan itu mas A'ang beranjak berdiri hendak keluar dari rumah, namun langkahnya terhenti dan berbalik menatapku. "Oh iya, satu lagi D...