2. Na Binal Jaemin

19.1K 649 38
                                    

Jangan sampai ini fiksi mami unpub!

Katanya mau di banyakin Ngewe!
Tapi kenapa pada pelit vote ? !












Hari pertama kerja, masih aman bagi Jaemin yang saat ini sedang menikmati eskrim di kantin. Cuaca begitu terik, Jaemin menikmati eksrim itu sendirian.

Memang sih, wajahnya yang manis selalu ngundang perhatian. Tapi, Jaemin kan pekerja baru masa iya harus  secepat itu bergaul sama orang asing.

Minimal jual mahal lah, kaya harga skincare yang selalu ia aplikasikan pada sekujur tubuhnya. Selalu mahal dan bermerk, emang nya kaum hawa doang yang bisa seperti itu?? Jaemin juga bisa, walau hidupnya miskin. Hehe

"Hay cantik,,"

"Buta mata lo? Gue cowok!"

"Aish? Galak amat, ya gue tau lo cowok? Yang bilang lo waria sape?? Kenalin , gue Renjun!!"

Lelaki bersurai biru itu mengulurkan tangannya. Jaemin yang masih di buat dongkol karena keterkejutannya pun membalas jabat tangannya.

"Jaemin, panggil aja Nana"

"Nama yang indah, gue boleh duduk di sini?" Renjun menunjuk bangku kosong di samping Jaemin, tentu saja Jaemin mengangguk.

Cukup lama mereka terdiam, namun ada sesuatu yang membuat Renjun tiba-tiba memekik kencang.

"Anjir, gue lupa! Kedatangan gue ke sini tuh buat manggil elo Na! Pak Jeno nyuruh lo ke ruangannya?"

Jaemin hampir tersedak, namun mendengar kata ' Pak Jeno' membuatnya langsung panik.

"Ngapain dia manggil gue? Mau ngasih gue kompensasi?" Jaemin pura-pura dongo di balik hatinya yang berpesta pora.

Kalau pagi ini cuma berpapasan di lift, kali ini bisa lah ya langsung ngajakin ngobrol sambil tatap muka.

"Gue tinggal ya Na!" pamit Renjun, di hadiahi seringaian khas Na Jaemin.

Langkah Jaemin begitu santai, menuju ruang bos besar. Di ketuknya pintu berbasic kayu itu.

"Ya masuk, pintu tidak saya kunci!"

Jaemin melangkah masuk, kepalanya sedikit menunduk sebagai formalitas seorang pegawai yang di panggil menghadap atasannya.

"Ada apa bapak memanggil saya?"

"Duduklah,, jangan tegang seperti itu" padahal Jaemin tidak tegang sama sekali, seakan Jeno itu bukanlah siapa-siapa?

Hanya rekan kerja yang terobsesi pada parasnya, mungkin.

Jaemin duduk kan ya, tangannya mengambil permen di atas meja kerja bossnya. Ia kupas, seraya menerima tatapan Jeno yang begitu dalam ke arahnya. Seakan mengerti apa maksudnya, Jaemin tersenyum simpul.

"Ada apa bapak, kenapa menatap saya seperti itu??" Tanya Jaemin, jemari lentiknya ia gunakan untuk membenarkan dasinya sendiri.

"Kamu cantik,,"

"Ekhmmm,, ingat reputasi pak. Apakah anda seorang lelaki kesepian"

BINAL 03 || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang