07. He is a Killer ?

6.8K 406 46
                                    

Kalau makin banyak silent readersnya
Mami nggak janji bakal bisa ngetik Long Chapter ya nder 🤭🤭
Mikir alur juga susah wkwk

(18+ tipis )


Jaemin tuh, suka salah tingkah kalau di tatap sama yang lebih ganteng. Kan Jaemin manis, Jeno ganteng,—kalo menurut Haechan sih klop lah ya. Memperbaiki keturunan.

Apalagi Jaemin dengan rasa percaya diri di atas rata-rata, menyelinapkan tangannya pada lengan kekar Jeno. Mau di bilang genit atau murahan, ya nggak papa asal cukup sama satu orang.

"Jeno yaa,, aku pikir kamu bakalan pulang beberapa hari lagi" Jaemin berkata lembut, Hyunjin langsung pasang muka gumoh.

"Pekerjaan saya sudah selesai, bawa anak saya pulang"

Merasa ketampar kan si Hyunjin? Setelah mendengar penuturan Jeno yang katanya garang tapi ternyata lunak juga kalau sama Nana.

"Euhm,, baiklah" Jaemin membenarkan kerah Jeno, jiwa pelakor memang sudah mendarah daging.

Jadi maafin Jaemin ya prend!

"Chan, Njin kalian boleh pesen apa aja. Gue yang bayar tenang aja"

Gayanya kaya udah jadi ratu aja Jaemin, walau baru calon ratu. Ya berdoa saja mudah-mudahan doanya di ijabah.

Sambil nahan perih di belahan pantatnya, jalannya Jaemin tetep harus sensual. Membuntuti Jeno yang saat itu menggendong ransel besar di pundaknya.

Tidak hanya tajir, namun sosok Jeno banyak yang mengenali. Hampir semua makhluk atau pengunjung di shopping mall itu menunduk hormat jika berpapasan dengannya.

Walau Jeno acuh dan tidak mengurangi kecepatan langkahnya.

"Kak, tungguin nana Kak" si manis tiba-tiba teriak sampai di ketawain. Mungkin batin mereka, kok ada ya sosok cewek tomboy yang asal ceplos sama Mafia kejam modelan Jeno.

Padahal Jaemin kan cowok, kelewat manis sih kaya yang baca.

Rok Jaemin berayun, tangannya mendorong kuat stroller bayi Chenle. Pemandangan paha berbalut stoking tipis membuat dada Jeno ser-seran, siap untuk tembak dalam.

Ya memang Jeno ketagihan lubang Nana. Semua karena Nana, selingkuhan yang maunya di ratukan. Hehe

Pintu penghubung dapur telah tersorot oleh netra mereka. Jaemin berjalan dengan memegangi pinggul Jeno entah apa tujuannya, membiarkan tubuh di sampingnya mendorong stroller Chenle dan menggendong tas ranselnya.

"Jadi, tugasnya udah selesai??"

"Ngomong sama siapa??"

"Sama kamu lah, masa sama Chenle"

Jeno berhenti di ambang pintu kamar, menatap sosok pendek di sampingnya dengan lirikan yang bisa membuat jantung siapa saja berdebar kencang.

"Masuklah, saya mau menemui istri saya dulu" pamit Jeno, langsung di hadiahi senyum kecut Na Jaemin.

Langkahnya malas menuju kamar. "Kalau mau bertemu istri kenapa harus menjemput saya, biarkan saya bebas di luar sana. Jadi saya tidak mendengar kata-kata itu!" Tatar Jaemin, tidak takut lagi.

Jaemin belum tau ya ngamuknya seorang Jeno, seperti yang di lakukan pada Somi siang ini.

"Kamu membantah saya?"

"Nggak ngebantah, jealous iya!"

BRAK

Entah ego dari mana yang ia dapat, Jaemin ngebanting pintu kamar itu kuat. Bayi Chenle sampai terbangun dari tidurnya, kemudian bayi itu menangis.

BINAL 03 || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang