6. Jeon Somi

7.7K 448 70
                                    

Votement! Jangan kaget, ini khusus 18 ke atas
Tapi kalau kalian masih di bawah umur itu, anteng bacanya ya?!! Jangan report, dosa !














Pagi masih buta, Jeno berjalan menuju kamar Jaemin. Oh lihatlah bayi Chenle yang menelungkup di dada telanjang Jaemin yang saat ini menyender pada headboard ranjang.

Mereka berdua tertidur, rupanya Jeno tidak salah memilih babysitter yang menjadi simpanan nya juga.

"Ekhm"

Rupanya Jaemin bisa mendengar deheman lirih tersebut. Kedua tangannya mengusap pantat bulat Chenle, kemudian ia letakkan di sampingnya,—dan beruntung Chenle tidak memberontak ketika harus berpindah dari dada nyaman Jaemin.

"Semalam anakmu tidur pulas, dan,—selamat pagi suami orang"

Jaemin membuka lebar tangannya, jujur penampilan Jeno membuat perutnya hangat.

"Saya akan pergi ke luar kota, jangan macam-macam" mulutnya berbicara namun raga Jeno mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya akan pergi ke luar kota, jangan macam-macam" mulutnya berbicara namun raga Jeno mendekat.

Ia membiarkan Jaemin memeluknya, mengusap punggung lebarnya. "Suami orang, sudahkah kau makan?"

"Saya bilang jangan menggoda saya, atau kamu tau akibatnya" ancam Jeno, meremas pantat Jaemin.

"Baiklah, apa kau akan menepati janjimu??" Jaemin melepas peluknya, menyenderkan kepalanya di dada Jeno.

Menahan pinggulnya agar Jeno tetap duduk di sana, tangan Jeno meremat pinggul kecilnya.

"Kau bisa mengambil apa saja di nakas itu" Jeno menunjuk sebuah lemari nakas, tempat uang dan kunci mobil sport yang ia janjikan pada Jaemin.

"Jaga anak, saya. Menyingkirlah, aku harus bekerja"

"Sebentar, aku ingin di peluk"

"Kamu sangat terobsesi pada tubuh saya, mengapa hmm?" Jeno mendorong dada Jaemin, mengecup dengan brutal bibir tipis Jaemin sesekali menggigit bibir bawahnya.

Jaemin hanya bisa menikmati seraya memejamkan mata. Cukup lama hingga Jeno meninggalkan benang saliva di ujung lidah Jaemin.

"Karena saya tidak pernah merasakan pelukan"

"Aku tidak percaya, kau ini penggoda. Biasanya penggoda suka ngangkang dimana-mana untuk mendapat kehangatan"

"Anda salah, anda adalah orang yang merebut kesucian saya. Bukankah itu juara" Jaemin menumpu lututnya di atas ranjang, beralih memeluk Jeno dari belakang dan membisikkan sesuatu pada telinganya. "Semangat kerjanya,,—"

Cupp

Jeno menatap Jaemin dari ujung matanya, mengangguk dan tersenyum tipis.

"Kita bertemu lagi, dan memadu kasih seperti saat itu" Jaemin melepaskan rematan terakhirnya pada pundak Jeno.

BINAL 03 || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang