Prologue(?)

1.6K 125 25
                                    

Kalau belum baca endingnya di part sebelumnya, baca dulu yaa!!!




Aku gak suka sad end guys. Tapi buku ini udah aku rencanain dari awal kayak gtu. Aku udah planing, tapi pas nanya kalian kemaren aku jadi ragu bikinnya wkwk. Soooo mau nunggu lanjutannya kann? Sampe mereka bareng? Aku janji gada sad end di buku kedua.

Tapi gak langsung up. Aku selesain book ku yg lain dulu. Salah satunya aja. Rencananya desember ini udah up part satu di buku kedua. (Rencananya)

Sayang sayangku masih bisa interact samaku di book lain nanti kokk
Kasih aku saran bagusnya selesain yg mana dulu book nya?? Apa bareng aja?

Sekali lagi terimakaci udah mau nemanin aku dalam suka duka hari hariku di setiap part IDS

Yours faithfully,
Lia
















Oke ini sedikit penggalan 6 tahun kemudian

Happy reading!!

.
.
.
.
.

____________

"Paaaa mau adek! Rain mau adek!" Teriak anak kecil berumur enam tahun itu sambil menghentak-hentak kaki. Rain termasuk anak kecil yang jarang tantrum dari dulu, tapi gatau kenapa belakangan dia jadi nuntut dan minta aneh-aneh.

"Papa bisa ngasih saham. Tapi kalau adek, harus ada mamanya dulu." Kayak udah biasa, Resan nanggepin santai sambil asik baca berkas-berkas dimejanya. Rain emang sering dia bawa ke kantor.

"Yaudah cari mama!"

"Mamanya Rain belum ketemu."

"MAMA BARU KALAU GITU"

Masih dengan Resan yang lama, yang kesabarannya setebal dinding beton, dia letakin berkas-berkasnya terus nyamperin Rain.

"Kamu diapain lagi sama elhwa? Disuruh apalagi?"

"Disuruh minta adekk! Papa ih jangan gitu liatnya!" Rain sedikit terintimidasi denger suara rendah sama sorot tajam Resan ke dia.

"Kamu gamau mama yang lama?" Sedikit, Resan sedikit berharap ada alasannya untuk terus menunggu kembalinya Wiya dengan penolakan Rain terhadap ibu baru. Sekalipun, mungkin Rain lupa gimana kasih sayang Wiya dulu.

"Kata elhwa, papa bakal bahagia kalau ada mama baru sama adek baru. Rain kangen tiap liat foto mama lama, soalnya kata papa Rain sering dielus sebelum bobo. Tapi senengnya papa, senengnya Rain juga paa."

Resan senyum. Ini jelas mereka berdua masih mencintai dan merindukan orang yang sama. Cuma emang banyak banget yang pengaruhi Rain buat bujuk Resan nyari mama baru.  "Sini peluk dulu. Papa minta maaf ya sayang?"

"Kenapa minta maaf pa? Papa kan gak salah. Gak bakal Rain ukum."

"Papa minta maaf aja sayang. Dah main lagi."

Sohwa yang daritadi ngintip didepan pintu beranjak masuk. Matanya langsung bertemu sama mata lelahnya Resan. Semenjak kehilangan Wiya dan mutusin semua karir singkatnya di entertain, Resan bantai dirinya sama kuliah dan kerja. Ditawari belajar keluar negri pun dia gak mau.

Alasannya, Rain butuh dia disini. Perusahaan juga butuh dia ditengah kedua abangnya yang sibuk ngurus bidang lain. Padahal, dia cuma takut sewaktu-waktu Wiya bakal kembali dan mukulin dia karena gak berusaha nyari dia lebih keras.

"Iya deh, kakak salah. Tapi kayaknya HRD kamu mau ketemu. Mau ngenalin anggota baru perusahaan."

"Yaa terus?"

"Kali aja suka."

"Kak please–loh?"

___________________

See you soon di era Wiya Resan adult era

I Don't Stepping | Sanwoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang