Chapter 9

223 31 10
                                    

Minggu ini keluarga Ester dan Javi akan datang berkunjung ke rumah mereka. Ester sudah di halaman belakang untuk menyiapkan makanan dan acara BBQ bersama. Saat di rasa sudah beres, Ester kembali ke kamarnya untuk melihat Javi apakah sudah selesai mandi atau belum tapi saat akan menaiki tangga Javi sudah turun. Pria itu sudah tampan dengan kaos oblong dan celana abu-abu semakin menambah ketampanan suaminya.

Ya, suaminya, Ester sekarang tidak akan ragu lagi untuk memanggil Javi dengan sebutan suaminya. Menurut nya mau sampai kapan ia malu menyebut Javi semuanya, umurnya juga sudah tua sangat tidak cocok untuk nya menjadi wanita pemalu.

"Tadinya aku ingin ke atas." kata Ester.

"Nicole mana?" tanya Javi

"Dia di ruang tamu, Nicole tidak sabar bertemu dengan Revan dan Rehan." kekeh Nicole mengingat tadi saat Nicole bersemangat bertemu dengan kedua keponakan nya.

Mereka pun ke ruang tamu untuk melihat Nicole. Javi mengendong putrinya dan memberikan kecupan di pipi nya. Nicole seperti biasanya selalu ceria dan banyak bicara dan itu membuat keheningan di antara mereka sedikit berkurang karena keberadaan Nicole. Ia bersyukur sekali Nicole mau menerima nya meski dia belum memanggil nya Mommy. Ester berharap suatu saat Nicole akan memanggilnya Mommy.

Deru mobil terdengar dan keluarga mereka sudah hadir, sontak saja Ester langsung bergegas menuju pintu untuk menyambut keluarga mereka. Setelah menyambut keluarga Javi, giliran keluarga nya yang datang. Ester memeluk Peter dan adiknya Miranda. Mereka semua duduk di ruang tamu dan berbincang santai. Pertemuan mereka sangat baik, Esrer bersyukur keluarga Javi menerima keluarganya terutama Daddy nya yang dulu terkenal dengan mata duitan. Daddy nya bahkan sanggup menikahkan anaknya dengan pria tua untuk melancarkan bisnis nya.

Maura, Mommy mertua nya juga sangat baik kepadanya, dia selalu mengajaknya mengobrol dan menelpon nya kalau membutuhkan bantuan. Lalu mereka semua ke halaman belakang untuk BBQ, Steve dan Javi di tugaskan untuk membakar sosis. Awalnya mereka menolaknya mentah-mentah tapi Miranda dan Maura memaksa mereka berdua untuk melakukan nya.

"Apa kau bisa membakar sosis? Kenapa hitam begini? Kalau tidak bisa pergilah, biar aku saja sendiri." hardik javi kesal kepada Steve.

Steve menoleh dan menatap tajam Javi tak terima mendengar ucapan pria itu.

"Aku seorang CEO bukan ahli membakar sosis. Sepertinya kau ahli membakar sosis maka aku sarankan kau berjualan sosis." seru Steve tak kalah sarkas nya.

Kedua pria itu saling berpandangan dengan permusuhan, lalu Ester datang di antara mereka.

"Ada apa ini? Kalian berdebat?" tanta Ester karena dari kejauhan ia melihat kedua pria itu saling melemparkan tatapan permusuhan.

"Est, beritahu kepadamu suamimu kalau aku CEO Steve Frederick Mateo bukan ahli pemanggang sosis seperti dia."

"Ester, beritahu kepada mantan kekasihmu kalau aku juga CEO Steve Javierro. Aku ahli dalam berbagai hal, termasuk memanggang sosis."

Kepala Ester rasanya pusing sekali mendengar perdebatan mereka berdua. Biasanya para wanita yang akan berdebat atau bertengkar melainkan para pria CEO yang bertengkar hanya karena pemanggang sosis?

"Hanya soal siapa yang ahli atau tidak kalian seakan ingin saling melahap." sungut Ester.

Steve dan Javi memalingkan wajahnya.

Miranda datang dan bertanya ada apa ini karena ia melihat seperti ada pertengkaran.

"Mira, kalau kau tidak memakasaku ke sini, aku tidak sudi datang ke tempat dia." kata Steve mendelik tajam ke arah Javi.

"Apa kau pikir aku sudi kau menginjakkan kaki kotormu di rumahku?" sinis Javi tak mau kalah.

"Sudah, sudah. Apa-apaan kalian ini. Apa kalian tidak malu sudah tua malah bertengkar.

My Wedding Dream (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang