Tiga

23.1K 1.3K 19
                                    

Setelah selesai sarapan Gavin, Arabella dan Naren langsung pergi menuju ke panti. Sesampainya di panti ketiganya langsung di sambut oleh pengurus panti.

"Selamat pagi Tuan, Nyonya"

"Pagi Bu"

"Mari saya antarkan melihat-lihat Tuan"

"Kita mau langsung melihat anak yang masih bayi boleh Bu?" Tanya Arabella

"Tentu nyonya. Mari ikut saya"

"Mama aku mau kesana boleh?" Ucap Naren tiba-tiba

"Mau kemana Na?"

"Kesana" tunjuk Naren pada seorang anak laki-laki yang sedang duduk sendirian. Mata Arabella dan Gavin langsung tertuju pada anak laki-laki itu.

"Boleh" ucap Gavin yang langsung membuat Naren berlari untuk menghampiri anak itu.

"Mari Tuan, Nyonya"

"Ah iya"

Mereka bertiga saat ini ada diruangan bayi dari bayi berusia 1 Minggu sampai 1 tahun ada di ruangan ini.

"Bayi ini namanya Angel usianya baru 2 bulan Tuan Nyonya, kalau yang itu namanya Adit usianya baru 5 bulan. Tuan dan nyonya ingin usia bayi berapa bulan?"

"Bu kalau anak yang tadi duduk sendirian itu siapa namanya?" Tanya Arabella

"Oh, itu Sabiru, biasa dipanggil Biru. Dia disini sudah dari usia 1 bulan"

"Kenapa dia bisa ada disini?" Tanya Gavin

"Ibunya meninggal saat melahirkannya karena mengalami pendarahan dan ibunya mempunyai penyakit hemofilia membuat pendarahan sulit untuk dihentikan sampai akhirnya meninggal dunia. Karena ibu sabiru tidak mempunyai keluarga Sabiru dipindahkan kesini"

"Ibu boleh kita lihat Sabiru?"

"Sebelumnya saya mau memberi tau dulu bagaimana kondisi Sabiru, karena kebanyakan yang datang memutuskan untuk mengambil anak lain saat mengetahui keadaan Sabiru. Sabiru mempunyai penyakit yang sama dengan ibunya dan juga gangguan pada pernapasan karena Sabiru lahir prematur"

"Sekarang berapa usia dia?" Tanya Gavin

"Sabiru berusia 3 tahun tapi dia sangat pintar Tuan, Nyonya"

"Mas aku mau Sabiru" ucap Arabella

"Iya sayang kita bawa Sabiru yaa, tapi kita tanya Sabiru dulu yaa" Arabella dan Gavin tidak mengerti bagaimana bisa anak bernama Sabiru itu begitu menarik perhatian mereka padahal awalnya Arabella ingin mengadopsi bayi di bawah 1 tahun.

"Tuan dan Nyonya yakin dengan keputusan untuk membawa Sabiru saya hanya takut jika gagal lagi Sabiru akan merasa putus asa"

"Kita berdua yakin" ucap Arabella

"Kalau begitu mari kita temui Sabiru"

Sedangkan di lain tempat Naren yang tadi berlari langsung menghampiri Sabiru yang duduk sendirian dibangku taman sambil memainkan bola plastik kecil ditangannya.

"Hai gue Naren nama Lo siapa?" Biru yang tidak mengerti orang didepannya berbicara apa hanya menatap orang itu sambil mengerjapkan matanya.

"Biyu?!" Ucap biru sambil menunjuk dirinya seakan menanyakan pada orang didepannya apakah orang itu berbicara padanya.

"Oh biyu" ucap Naren

"NoNoNowww!! Biyuuuu!!!"

"Iya cil gue tau nama Lo Biyu"

"NoNoNowww!! Biyuuu walnaaa!!!"

"Oh biruuuu... Ngomong dong cil yang bener"

"Biyu nomong benel"

"Iyalah cil gimana Lo aja. Ngomong-ngomong kenapa Lo sendiri disini?"

"Biyu diliii??"

"Iya kenapa sendiri?! Cape deh gue ngomong sama bocil kaya Lo"

"Tata tape??"

"Tata?! Siapa Tata? Nama gue Nares Cil"

"Tata Nana"

"Terserah deh cil. Eh Lo mau gak jadi adek gue? Mama sama Papa lagi cari anak soalnya?"

"Nonoww Biyu lepot"

"Kok jadi Lo yang repot sih cil?"

"Ishhh... Tata damawuu biyu lepot"

"Lah kok jadi Lo yang repot sih cil padahal kan Lo tinggal diem aja mama sama papa yang ngurusin nanti kita minta uang sama Mama Papa sama Papi Mami juga terus nanti kita beli mainan yang banyak nanti Lo minta Papa supaya kamarnya di sebelah gue. Pokonya Lo cukup jadi anak yang penurut aja sama gue gimana gak repot kan"

"Tata isshhh!! Biyu lepoooottt hikkss" biru menangis karena kesal orang di depannya tidak mengerti terus maksud dari omongannya.

"Eh!!eh!! Cil jangan nangis dong gue ada salah ngomong ya?" Tanya Naren yang kaget melihat biru menangis.

"Naren yang bener dong ngomong sama adeknya masa gue-lo gue-lo sih. Ini juga kenapa adeknya dibikin nangis?!"

"Hehe maaf ma, tapi adek beneran gak tau kenapa dia nangis. Adek cuma nawarin dia jadi adeknya adek" setelah mengucapkan itu Naren langsung terdiam "kok gak enak ya Mama adeknya adek. Hihh.. adek gak mau dipanggil adek lagi" ucap Naren

"Jadi kenapa adeknya nangis Naren?" Tanya Gavin sedangkan Arabella langsung menggendong Biru yang masih saja menangis.

"Oh iya Papa akukan nawarin dia buat jadi adeknya aku kan. Tapi dia jawabnya biyu repot terus, padahal kan jadi adeknya aku ga repotkan Papa semuanya Papa yang urusin?"

"Maaf Tuan Naren maksud biru bukan biru yang repot menjadi adik anda tapi biru takut merepotkan jika menjadi adik anda tuan Naren"

"I..iyaa" lirih biyu yang ada di gendongan Arabella.

"Udah ya sayang nangis nanti sesek lok napasnya. Biru Tante mau nanya sama biru boleh"

Setelah melihat biru menganggukkan kepalanya Arabella mengusap air mata Biru.

"Biru mau gak jadi anaknya Tante sama om jadi adeknya Abang Naren juga"

"Tata Nana" ucap Biru pelan

"Iya jadi adeknya Kakak Naren"

"Tapiii biyu lepoooottt"

"Tuh kan mah jawabnya gitu terus" protes Naren

"Kamu diem dulu deh Na biar mama yang ngomong" ucap Gavin

"Kenapa biru bilang kalau biru merepotkan?" Tanya Arabella

"Biyu cakiiittt"

"Kalau sakit nanti kita obatin jadi biru gak usah merasa kalau biru merepotkan Kitakan sudah jadi keluarga. Biru jadi anaknya Tante mau??"

"Mawuuu"

~~~

Ini waktu Naren liat Sabiru duduk sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini waktu Naren liat Sabiru duduk sendirian.

SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang