Tiga Puluh

9.3K 736 26
                                    

Sudah satu hari Sabiru tidak sadarkan diri, kemarin dia sempat kritis karena kehilangan banyak darah. Gavin sudah selesai menyeka tubuh kecil anaknya yang masih saja enggan untuk membuka matanya.

"Mas adek masih belum bangun?" Tanya Arabella, Gavin memang sengaja menyatukan Sabiru dan Arabella di satu kamar agar dia bisa terus menemani anak dan istrinya.

"Belum sayang, kayanya adek mimpinya indah banget sampai gak mau bangun, padahal Papa sama Mamanya udah kangen banget" ucap Gavin

"Mas aku minta maaf ya, aku ga bisa jagain adek sampai adek jadi seperti sekarang" ucap Arabella yang masih diselimuti rasa bersalah.

"Bukan salah kamu sayang, aku yang salah. Harusnya aku lebih cepat nemuin adek pasti adek gak akan kaya sekarang. Udah yaa jangan menyalahkan diri kamu terus menerus" ucap Gavin sambil mengusap rambut sang istri tak lupa memberikan ciuman di kening istrinya.

"Kamu makan dulu ya, udah waktunya makan siang. Kamu harus cepat sembuh karena adek pasti sedih liat mamanya sakit" ucap Gavin, Arabella mengangguk dan Gavin mulai menyuapi Arabella makan.

"Ngghhh" Arabella langsung menengok ke arah kanan dimana Sabiru tertidur dan Gavin langsung menghampiri anaknya.

"Adek sayang syukurlah akhirnya kamu bangun sayang" ucap Gavin sambil menciumi kening anaknya. Tapi Gavin dikagetkan dengan Sabiru yang tiba-tiba menangis.

"Hikss... Hikss janan... Syatiittt. janan. O..omm syatiitt" ucap Sabiru yang tangisnya semakin menjadi.

"Sabiru, adek ini Papa sayang, adek kenapa? apa yang sakit sayang bilang sama Papa?" ucap Gavin yang panik melihat anaknya menangis dan merintih kesakitan begitupun dengan Arabella yang menangis melihat anaknya yang kini memberontak dipelukan suaminya. Tak lama Ners datang bersama dokter karena memang sudah waktunya memeriksa Sabiru. Dokter dan ners langsung membantu Gavin memenangkan Sabiru tapi anak itu malah tambah berteriak ketakutan sehingga dokter menyuntikkan obat penenang yang perlahan membuat kedua mata Sabiru kembali terpejam.

"Pak Gavin sepertinya kita harus merujuk Sabiru ke psikiater, saya khawatir jika Sabiru terkenal PTSD, lebih baik kita memeriksakan sedini mungkin agar jika benar lebih cepat mendapatkan penanganan, saya akan hubungi dokternya agar Sabiru segera ditangani sepertinya sore ini juga sudah bisa dilakukan pemeriksaan. Kalau begitu saya pamit Pak Sabiru ibu Arabella." ucap dokter.

Gavin mengangguk pikiran Gavin benar-benar ketakutan bagaimana jika anaknya benar-benar mengalami stress pasca trauma, anak sekecil Sabiru harus mengalami kejadian menyakitkan ini hatinya benar-benar sedih anak yang dia jaga dirusak mentalnya oleh orang tidak bertanggung jawab.

"Mas maafin aku" ucap Arabella yang melihat suaminya benar-benar kacau

Gavin menghampiri istrinya memeluk istrinya yang masih menangis dan terus-menerus menyalahkan dirinya.

"Bukan salah kamu, bukan salah kamu sayang. Udah ya jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Sekarang kamu harus sembuh dulu aku dan adek butuh kamu, adek juga pasti sedih liat mamanya sakit" ucap Gavin yang masih memeluk Arabella.

Dua jam dari Sabiru mengamuk kini anak itu kembali membuka matanya.

"Hhh... Papa minum" ucap Biru pelan, Sabiru merasa kehausan tenggorokannya begitu kering.

"Sebentar ya sayang Papa ambilkan" Gavin langsung memberikan minuman untuk anaknya.

"Adek ada yang sakit nak? Bilang Papa yaa kalau sakit"

"Papa tanan adek pedal" ucapnya sambil menunjukan tangannya yang terpasang infus.

"Papa usap-usap aja yaa biar tangannya ga pegal lagi" ucap Gavin sambil mengusap pelan tangan mungil anaknya dengan hati-hati.

"Mama mana?" Tanya Sabiru

"Mama baru aja bobo tuh" Gavin menunjuk Arabella yang tertidur.

"Mama syatiitt?" Tanya Sabiru yang melihat mamanya memakai perban dan juga infus sama seperti dirinya.

"Iya mama juga sakit"

"Tenapa?" Gavin bingung menjawabnya anaknya seperti lupa kejadian yang menimpanya bahkan Sabiru seperti melupakan jika tadi dia menangis.

"Gapapa sayang, nanti adek kiss Mama yaa biar mama cepet sembuhnya"

"Setalang? Tiss mama?" Gavin benar-benar gemas pada anaknya padahal anaknya tidak melakukan apapun tapi Gavin merasa Biru begitu menggemaskan saat bertanya dengan matanya yang berbinar.

"Nanti ya adek kalau mama bangun kita kiss mama sama-sama" ucap Gavin Sabiru mengangguk.

"Permisi" ucap seorang dokter yang baru saja masuk Gavin langsung mempersilahkan dokter itu untuk masuk.

"Halo adek, om dokter namanya dokter Bayu kalau adek namanya siapa?" Tanya dokter Bayu

Biru menatap ayahnya karena merasa takut. "Gak apa sayang, om dokter baik kok. Adek kenalan dulu sama dokter sayang" ucap Gavin menenangkan Sabiru.

"Sabiyu Adiyasa dipandilna biyu" ucap Biru pelan

"Oke Biru, Eh om dokter tadi beli permen biru mau gak?" Tanya dokter Bayu sambil memperlihatkan 2 batang permen lolipop.

"Papa boyeh?" Tanya Biru pada Papanya

Gavin mengangguk "boleh sayang" ucapnya.

"Biyu mawu om dotel" ucap Biru

"Boleh ini kan memang buat Biru, nih permennya. Nanti jangan lupa gosok gigi ya biar gak sakit giginya" ucap Dokter Bayu setelah permennya berada di genggaman Sabiru dokter Bayu langsung mengelus rambut Biru.

"Eh kita kan baru kenal, om dokter boleh tanya Biru kan?" Biru mengangguk sambil meminta Papanya membukakan permennya.

"Biru sekarang sudah sekolah atau belum?"

"Syudah om dotel"

"Oh jadi biru udah sekolah, eh disekolah biru punya teman tidak?"

"Puna biyu puna teman hmm tida" ucap Sabiru sambil memperlihatkan 3 jarinya.

"Wah banyak sekali temannya, oh iya om dokter juga mau tanya Biru kok bisa ada disini boleh om dokter tau Biru sakit apa?" Tanya dokter Bayu, biru yang ditanya terdiam hingga beberapa menit sampai anak itu mulai menangis dan terus terusan bilang sakit.

"Syatiittt... Oomm syatiitt udah"

"Sabiru tenang yaa gak ada yang akan menyakiti kamu disini hanya ada om dokter dan Papanya Sabiru" ini adalah kata-kata yang berkali-kali diucapkan dokter Bayu pada Sabiru hingga anak itu mulai berhenti menangis.

"Papaaa"

"Iya sayang papa disini nak" ucap Gavin memeluk anaknya yang perlahan tertidur mungkin karena lelah menangis.

"Saya gak tau apa yang orang itu lakukan pada anak saya dokter, sampai anak saya terus menerus memohon untuk jangan disakiti. Saya mohon untuk sembuhkan anak saya, saya tidak ingin hidup anak saya penuh ketakutan"

"Saya hanya membantu pak, dukungan dari orang-orang terdekat akan sangat membantu proses penyembuhan, oh iya mulai Minggu depan kita lakukan terapi ya pak" ucap dokter Bayu yang kemudian pamit.

"Adek papa akan lakukan apapun untuk kesembuhan kamu. Papa janji mulai hari ini gak akan ada lagi orang yang nyakitin kamu" ucap Gavin pada Sabiru yang tertidur.












Maaf yaa lamaaa bangetttt ngilangnya :( jujur aku bingung banget mau lanjutnya gimana part ini udah beberapa kali aku ganti karena ngerasa gak sreg aja bahkan yg sekarangpun masih banyak banget banget kurangnya maaf yaaa 🥲

SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang