Aran menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Setelah selesai ia menggendong tas ranselnya.
"Mah, aran berangkat"ucap aran menyalim tangan shanju.
"Bro brangkat duluan ya"ucap aran pada ayahnya.
"Oke bro, hati hati"ujar Shane.
Aran mengacungkan jempolnya menjawab ucapan dari sang ayah.
"Kenapa abang mangil ayah bro, freya boleh manggil ayah bro juga gak?"tanya freya polos.
"Eh, enggak boleh nak, gak sopan"ucap Shanju.
"Gak boleh, tapi abang boleh?"sahut freya.
Shanju menatap sinis ke arah Shane, hal itu membuat shane terbatuk ringan.
"Ini nih, kebiasaan ngajarin anak yang gak bener"cibir shanju.
Shane hanya diam tak menanggapi ucapan istrinya.
Aran menjalankan motornya, namun ia kembali menghentikan motornya tepat di deoan rumah tetangganya.
"Minggir! Mau di tabrak?!"ucap aran kesal.
"Nebeng kak aran, boleh ya...."mohon chika.
Gadis itu menjegat motor aran membuat aran mengerem mendadak. Untung saja gadis ini tidak ia tabrak.
"Gak, pergi sendiri sana"
"Ayo lah kak, chika gak ada kendaraan, papa udah pergi duluan"ujar chika memelas.
Aran berdecak, dirinya menatap kasihan ke arah chika yang memohon di hadapanya.
"Ck, ya udah buruan naik!"
Chika tersenyum senang, ia berjalan mendekati motor aran.
"Tinggi banget motor kak aran, aku gak bisa naik!"kesal chika.
"Bawel lo! Tinggal naik doang. Gw tinggal juga lama lama"
"Iiiihhh jangan, bantuin chika naik"ujar chika memanyunkan binirnya.
Dengan malas, aran mengulurkan tangannya membantu chika naik ke motornya.
Setelah chika naik, aran menjalankan motornya. Chika memegang bahu aran cukup kencang, ia sangat takut jatuh karena sebelumnya tidak pernah naik motor.
"Lo mau bikin punggung gw patah, kuat banget megang nya!"kesal aran merasa sakit di kedua bahunya.
"Maaf kak aran, chika takut jatuh"ujarnya.
Aran yang mendengar itu memutar kedua bola matanya malas.
"Peluk pinggang gw aja, jangan remes bahu gw sakit tau!"
Dengan cepat memeluk pinggang aran sangat erat. Aran tersentak saat tangan chika melingkar dengan sempurna di perutnya.
"Sialan"batin aran.
"Sekolah lo diamana, jangan diem aja!"teriak aran.
"Di depan, dikit lagi itu sekolah aku"ucap chika, ia berkali kali memejamkan matanya karena takut jatuh.
Aran menghentikan motornya di sekolah SMP Negri. Ia menatap chika dati kaca sepion motornya, gadis itu masih betah memeluk pinggang aran.
"Lo mau sekolah apa tetep meluk gw"ucap aran datar.
Chika yang mendengar itu reflek melepas pelukannya pada pinggang aran. Ia menatap area sekitar, terbyata dirinya sudah sampai sekolah.
"Hehe, maaf kak aran, chika takut jatoh tadi"
Aran hanya berdecak mendengar jawaban dari chika.
"Ya udah turun, gw mau sekolah"ujar aran.
"Iya iya sabar"
Chika turun dari motor aran."makasih kak aran"ucapnya tersenyum manis ke arah aran.
Aran hanya berdehem saja, ia menatap chika yang pergi menjauhi dirinya. Mata aran sedikit melotot melihat chika yang tiba tiba di seret oleh beberapa murid.
Aran melepas helemnya, ia menatap chika yang seperti ketakutan.
"Dia di bully?"gumam aran.
Aran turun dari motornya, dengan langkah sedikit cepat ia menghampiri para murid yang sedang membully chika.
"Ngapain kalian?!"tanya aran sedikit membentak.
Keempat gadis yang tengah membully chika itu tersentak kaget, mereka menatap ke arah aran dengan tatapan sedikit takut.
Aran menatap chika yang menundukkan kepalanya sembari menagis. Ia sedikit meringis melihat rambut chika yang berantakan karena di jambak oleh salah satu murid.
"Kakak siapa?"
"Saya. Kakaknya chika, kenapa kalian bully adik saya, mau saya laporkan ke guru kalian?"ucap aran sikit mengancam.
Keempat gadis itu menatap takut ke arah aran. Mereka berempat berlari kabur.
"Hai mau kemanam kalian!"teriak aran.
Aran menoleh ke arah chika yang masih menangis. Aran berjalan menghampiri gadis itu.
"Lo gak papa kan, ada yang sakit?"tanya aran.
Chika menggelengkan kepalanya,"gak ada, makasi ya kak aran"ucap chika tersenyum, namun air mata gadis itu masih mengalir deras membasahi pipinya.
Aran yang melihat itu mendadak kasihan, ia jadi teringat ucapan chika semalam, chika benar benar tidak memiliki teman sepertinya.
"Kenapa lo gak ngelawan di bully sama mereka?"tanya aran.
Chika hanya diam tak menjawab, aran yang melihat itu berdecak. Memang sih dari tampilan chika yang seperti ini, gadis itu terlihat tampak culun.
Rambut di kepang dua, memakai kaca mata berbentuk oval, ahk... memang pantas jadi sasaran bully.
"Lo takut ya sama mereka?"tanya aran.
Chika mengangguk kepalanya kecil menjawab ucapan dari aran.
Aran menghela nafasnya, dengan berani aran menghapus jejak air mata chika yang mengalir di pipi gadis itu.
"Mulai sekarang, kalau lo di bully, lo ngelawan, kalau lo gak berani lo bilang sama gw, oke?"ucap aran.
"Iya, makasih ya kak"ucap chika yang di balas anggukan oleh aran.
"Jadi kita temenan kan?"tanya chika menaik turunkan alisnya.
Aran yang mendengar itu memutar kedua bola matanya malas."iya iya, udah sana lo masuk. Gw mau pergi sekolah"
"Oke, hati hati ya kakak aku!"teriak chika kemudian ia berlari masuk kedalam gedung sekolahnya.
Aran yang mendengar teriakan chika hanya terkekeh kecil. Ada ada aja kelakuan gadis polos itu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Teen FictionMenyukai seseorang yang sudah menganggap mu sebagai abangnya, aran selalu membuang jauh jauh rasa sukanya terhadap Chika. Namun sialnya, perasaan konyol itu semakin bertumbuh besar. [SLOW UPDATE]