"Nih"chika menyondorkan helemnya pada aran.
Aran mengambil helem itu, ia menatap chika, muka gadis itu ditekuk sedari tadi.
"Senyum kali, cemberut mulu"ujar aran.
"Diem deh, gw lagi kesel tau!"
"Kenapa lagi hm, masih gara gara gw pergi kesekolah bareng marsha?"tanya aran.
"Bukan!"
"Terus kenapa lagi sih chik.."ujar aran lelah.
"Lo semalem pdkt-an bareng si marsha masrsha itu kan?!"ujar chika menatap sinis aran.
Aran tersentak, kenapa chika bisa tau kalau dirinya semalam bersama marsha, padahal semalam gadis ini sedang pergi dengan zee nonton bioskop.
"Kenapa diem, jawab?!"
"Iya iya, tapi gw bukan pdkt-an sama marsha. Kita cuman makan siang doang"jelas aran.
"Nyenyenye. Terus kalau bukan pdkt, kenapa gw liat semalem suap suapan?"tanya chika.
Aran memijat pelipisnya, ia menghela nafasnya lelah. Melihat chika yang selalu posesif seperti ini membuat aran bingung.
Apa chika cemburu dirinya dekat dengan wanita lain. Apakah chika juga menyukainya?
"Ya udah gw minta maaf kalau buat lo kesel. Besok besok gw gak gitu lagi"ucap aran pasrah.
"Terserah. Udah sana pulang"usir chika.
Aran menghela nafasnya kasar, ia menatap chika yang sudah memasuki rumahnya.
***
Aran mengeliat kecil, ia membuka matanya secara perlahan. Pukul sudah menunjukan jam lima sore.
Aran memposisikan dirinya duduk bersdar di kepala ranjang. Ia mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan mandi sore.
"Tugas gw belum siap, mana pakai acara ketiduran lagi"gerutu aran.
Ia mengambil buku buku yang berserakan di tempat tidurnya. Aran menaruh buku pelajaranya di nakas.
Ting!
Handphone aran berbunyi, aran meraih handphonenya yang berada di nakas.
•••
Chika: kerumah, mama sama papa ajak maken malem barengAran: otiwi!!
•••Aran bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
***
Aran menyuapkan makanan kedalam mulutnya, matanya sesekali menatap ke arah chika.
Gadis itu nampak fokus dengan makananya. Aran menghela nafasnya, sedari tadi chika tak berbicara sepatah kata apa pun padanya.
Sepertinya gadis ini masih marah padanya. Pokoknya setelah makan nanti aran harus bisa membujuk chika agar gadis ini tidak marah lagi padanya.
"Aran nanti mau lanjut kuliah dimana?"tanya papa chika.
"Belum tau sih om. Aran juga belum kepikiran mau kuliah dimana"sahut aran.
Papa chika menganggukan kepalanya mengerti."tapi kata papa mu, kamu mau di kuliahkan di singapore ya?"
"Uhuk uhuk!"
Chika terbatuk mendengar ucapan papanya, buru buru ia menenggak segelas air putih.
Aran yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Chika menatap aran yang tengah berbicara pada papanya.
Oke, kali ini chika harus menurunkan sedikit egonya. Chika harus banyak membujuk aran agar pria itu tidak meninggalkannya sendiri di sini.
***
"Chik pelan pelan aja jalanya"ujar aran.
Chika tak menjawab ucapan dari aran. Ia terus menarik aran untuk mengikuti dirinya.
Aran hanya menghelanafasnya saja, ia mengikuti lngkah kaki chika. Sampai akhirnya mereka berhenti di taman belakang rumah chika.
Chika mendudukan dirinya di gazebo, aran yang melihat itu ikut duduk di samping chika.
"Kenapa, ada masalah?"tanya aran.
Chika menggelengkan kepalanya saja. Aran menghela nafasnya, tangan aran terulur mengelus kepala chika dengan sayang.
Chika menoleh menatap wajah aran, seketika chika memeluk tubuh aran sebari menangis. Aran tersentak, ia mengelus punggung chika menenangkan gadis itu.
"Kenapa kok nangis, gw ada salah?"tanya aran khawatir.
"Hiks, lo jahat kak!"
"Hiks, jahat banget mau ninggalin chika di sini hiks"tangis chika.
Chika menangis menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik aran.
"Itu kan masih rencana. Belum tentu jadi chik"jelas aran.
Namun chika masih tetap saja menangis, ia sangat takut di tinggal oleh aran. Cuman aran yang mempu membuat dirinya merasa aman saat di dekat nya.
Cuman aran yang bisa membuat dirinya memiliki seorang abang yang kadang suka nyebelin, kadang juga suka baik, dan kadang juga bisa buat chika senang.
Chika tidak mau aran jauh darinya, chika sangat membutuhkan aran sampai kapan pun di sisinya.
"Sssttt udah diem, jangan nagis lagi"ujar aran menarik chika agar melepaskan pelukan chika dari tubuhnya.
Chika memanyunkan bibirnya, pipi chubby milik chika basa akibat air mata gadis itu yang masih mengalir.
Aran menghapus jejak air mata chika, setelahnya dengan sebgaja aran mencubit pipi chubby chika.
Hal itu membuat chika kesal, ia memukul pelan lengana aran.
"Sakit tau!"kesal chika.
"Suru siapa tuh pipi tembem banget"ledek aran.
"Nyenyenye"kesal chika.
Aran tertawa, ia mengacak rambut chika pelan.
"Dah. Jangan nagis lagi lo, jelek tau gak kalau lo nangis. Kayak jarjit"ledek aran.
"Iiiiihhhh!!"chika mencubit perut aran pelan.
Aran meringis sembari mengelus bekas cubitan chika."parah lo ye, gak mau deh gw disini. Dah gw mau ke singapore aja. Bye!"
Chika melotot tak terima, aran yang ingin berjalan meninggalkan chika tidak jadi, karena chika langsung manarik aran untuk duduk kembali di sampingnya.
"Sumpah ya kak aran, kalau lo ninggalin gw..."ujar chika menatap tajam aran.
"Kalau apa?"tanya aran sedikit meringis karena chika mencengkram kuat pergelangan tangan aran.
"Gw tebas pala lo!"pekik chika.
"Hhuuaaa gak boleh pergi kakkkkk!"tangis chika kembali datang.
Gadis itu merengek tak jelas.
"Iya iya, gw janji gak bakalan ninggali lo"ujar aran membuat chika menghentikan aksinya.
"Nah gitu dong"ujar chika.
"Dah sana pulang"usir chika, ia berjalan meninggalkan aran di gazebo.
"Dih! Beneran gw tinggal baru tau rasa lo"desis aran.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Teen FictionMenyukai seseorang yang sudah menganggap mu sebagai abangnya, aran selalu membuang jauh jauh rasa sukanya terhadap Chika. Namun sialnya, perasaan konyol itu semakin bertumbuh besar. [SLOW UPDATE]