Brak!
"Anjir anjir! Gw di keroyok asu!"pekik aran berlari kasuk kedalam bengkel milik ollan.
Semua orang yang berada di bengkel ollan tersentak kaget, saat aran membuka pintu dengan sangat kuat.
"Siapa yang ngroyok lo?"tanya aldo bingung.
Pasalnya mereka batu saja membuat geng motor ini, bahkan tak ada masalah yang mereka ciptakan.
"Ga tau anjay, tadi gw lawan sih. Tapi makin lama maikin berkembang biak anjir"ucap aran ngos ngosan.
"Terus, orangnya mana, masih ngikutin lo?"tanya ollan.
"Enggak kayaknya, soalnya pas mereka makin banyak gw langsung kabur tancap gas. Walupun gw jago tapi gak mungkin gw ngalahin mereka"ucap aran bergidik ngerih mengingat ada sekitar 15 orang yang ingin menghajarnya.
"Duh ran, gak ganteng lagi deh lo. Bonyok semua tuh muka"ujar deo.
"Nih obatin!"ujar deo melempar kota P3k pada aran.
Aran menangkapnya, tetapi ia memilih tak mengobatin luka lebamnya.
***
Aran membuka pintu rumahnya secara perlahan, ia mengintip dalam rumahnya terlihat sepi.
Wajahnya ia tutupi oleh jaketnya agar kedua orang tuanya tidak tau kalau wajahnya sedang babak belur.
Di rasa aman, aran berjalan masuk kedalam rumahnya. Ia menutup kembali pintu rumahnya dengan secara perlahan.
Pukul masih jam delapan malam, tetapi rumah suda sepi saja. Tidak apa, setidaknya aran bisa menghindari omelan kedua orang tuanya.
Saat kakinya ingin menaiki anak tangga, aran di buat kaget oleh chika ya tiba tiba memegang punggungnya.
"Kak aran"
"Allahhuakbar!"kaget aran, hal itu membuat jaket yang menutupi wajah aran terlepas.
"Kenapa sih kak aran kayak maling gitu jalannya?"tanya chika heran.
Aran tidak menjawab, ia membelakangi chika agar gadis itu tidak dapat melihat wajahnya.
"Iihhh kak aran! Chika lagi ngomong malah di belakangin gini!"ketus chika menepuk bahu aran.
"Y-ya gak papa, emang kenapa kalau gw jalannya begitu, salah?"ucap aran masih memunggungi chika.
Chika memicingkan matanya menatap gelagat aneh dari aran. Dengan tiba tiba chika memutar balik tubuh aran membuat pria itu tersentak kaget.
"Astaga kak aran... ini kenapa mukanya kayak gini?!"panik chika, ia meraba pelan luka dan beberapa memar di wajah aran.
Aran meringis saat tangan chika menyentuh lukanya.
"Ayo sini, chika obati dulu"ucap chika menarin aran untuk duduk di sofa ruang tv.
"Kotak obat dimana?"tanya chika.
"Lemari bawa tv"sahut aran.
Chika berjalan membuka lemari itu, ia mengambil kotak obat.
"Kenapa bisa gini sih kak?"tanya chika, ia membersihkan luka aran dengan alkohol, lalu setelahnya ia beri betadine.
"Tadi ada yang ngejagat gw di jalan, pertamanya itu cuman ada tiga orang, ya gw lawan, pas udah tepar semua malah tambah banyak yang dateng. Kena pukulan banyak sih, tapi untungnya gw bisa kabur"jelas aran.
"Kenapa gak kabur aja dari awal, sok jago banget sih!"kesal chika, ia menekan kuat luka aran, membuat aran meringis kesakitan.
"Sakit chika!"pekik aran.
"Biarin, suruh siapa sok jago!"ketus chika.
Ia menyimpan kembali kotak obat itu lalu berjalan pegi meninggalkan aran.
"Lah, salah gw apa sih, kok dia marah..."bingung aran.
***
Aran masih terus berusaha membujuk chika agar gadis itu tidak marah padanya.
Aran berjalan mengintili chika dari belakang, gadis itu berjalan pulang menuju rumahnya.
"Ngepain ngikuti chika kak?!"kesal chika.
Aran menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, ia menatap chika dengan wajah melasnya, berharap gadis itu tidak lagi marah padanya.
"Maafin gw ya, gak lagi lagi deh gw sok jago kayak tadi"ucap aran memohon.
Dengan terpaksa chika menganggukan kepalanya, melihat wajah memelas aran membuat dirinya merasa kasihan.
"Beneran di maafin kan?"tanya aran.
"Iya, di maafin"
Aran memeluk tubuh chika senang, dirinya sangat tidak bisa kalau di cuekin oleh gadis ini.
"Jangan cuekin gw lagi ya, gw gak suka tau"ucap aran.
Chika mengelus punggung tegap aran."gak bakal chika cuekin kalau kak aran gak bandel"
Aran melepaskan pelukanya."aman itu"
Aran menatap jam tanganya, pukul sudah menunjukan jam setanga sepuluh malam.
"Em, besok pulang sekolah free gak?"tanya aran.
"Em, free deh kayaknya, tapi gak tau juga kalau ada tugas dadakan dari guru"sahut chika.
"Kalau besok free, gw mau ngajak lo mancing. Mau?"
Chika menganggukkan kepalanya semangat."mau banget, chika dari dulu pengen banget mancing tau..."
"Oh ya, terus udah pernah mancing dong?"
Chika menggelengkkan kepalanya lesu."belum pernah"
"Kenapa belum?"
"Chika ajak papa tapi papa sibuk terus"ucap chika memanyunkan bibirnya.
Aran tersenyum lalu mengelus lembut kepala chika.
"Ya udah besok kalau kamu free kita pergi mancing"
"Yey! Makasih kak aran. Chika makin sayang deh sama kak aran"ucap chika memeluk erat tubuh aran.
Aran yang mendengar itu hanya tersenyum tipis.
"Gw juga makin sayang sama lo. Tapi sayang, lo gak bisa gw miliki"batin aran.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Teen FictionMenyukai seseorang yang sudah menganggap mu sebagai abangnya, aran selalu membuang jauh jauh rasa sukanya terhadap Chika. Namun sialnya, perasaan konyol itu semakin bertumbuh besar. [SLOW UPDATE]