Chika terbangun dari tidurnya, ia menatap jam dinding. Pukul sudah menunjukan jam empat pagi.
Chika menoleh kesana kemari, bukanya aran semalam menginap di sini untuk menjaganya.
Kemana pria itu sekarang?
Chika turun dari kasurnya, pintu kamarnya masih terbuka. Chika dengan perlahan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
Lampu ruang tv masih menyala, chika berjalan ke sana. Ia menatap aran yang tengah tertidur telentang di kasur.
"Kasian banget tidur di sini"gumam chika.
Chika kembali berjalan masuk kedalam kamarnya untuk mengambil selimut untuk aran.
Ia menyelimuti tubuh aran, chika tersenyum melihat wajah polos aran saat tidur.
"Lo kalau lagi tidur adem banget ya kak, coba kalau bangun pasti ngeselin banget"gumam chika.
Chika mengelus pucuk kepala aran dengan lembut."gw sayang banget sama lo kak, makasi udah mau jadi temen dan abang yang baik banget buat gw"
***
Chika turun dari motor aran, ia melepas helemnya lalau memberikannya pada aran.
"Kak, gw duluan ya. Udah di tungguin ashel sama eli tuh"ujar chika yang di balas anggukan oleh aran.
Aran melepas helemnya, ia menatap ke arah sahabatnya.
"Buset makin cantik bet princes geng famor"ucap deo.
Aran melempar batu krikil keci ke arah deo.
"Adoh! Siapa yang ngelempar ke gw?"tanya deo kesal.
"Gw, kenapa? Berani lo sama gw?!"tanya aran menantang.
Nyali deo langsung menciut, ia langsung memberikan cengiran konyolnya.
"Hehe, ampun puh"ucap deo.
***
Di tengah pelajaran, chika meringis memegangi perutnya. Perutnya kembali sakit seperti tadi malam.
Ashel yang sebangku dengan chika menatap aneh sahabatnya.
"Kenapa sih chik, muka lo kayak orang lagi nahan berak tau gak"bisik ashel.
Chika menatap tajam sahabatnya itu. Chika memejamkan matanya erat, rasanya ia ingin menangis karena rasa sakit yang luar biasa di perutnya.
"Jawab ege, kalau kebelet berak permisi aja"bisik ashel lagi.
"Apa sih lo kebelet berak mulu yang lo bilang"
"Gw gak kebelet berak!"desis chika, lalu kembali meringis memegangi perutnya.
"Ya terus kenapa lo met?"
"Gw lagi dateng bulan. Sakit banget shel"ujar chika, matanya mulai berkaca kaca.
"Mau gw naterin ke uks gak?"
Chika hanya menganggukkan kepalanya saja, ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit di perutnya.
Ashel meminta izin kepada guru yang sedang mengawas. Setelah mendapatkan izin, ashel membawa chika menuju uks.
Chika bebaring meringkuk sembari memegangi perutnya.
"Lo tunggu sini bentar ya, gw mau ke kantin beli teh anget buat lo minum obat"jelas ashel.
Chika hanya menganggukkan kepalanya saja. Ashel menutup tirai lalu keluar dari ruangan uks.
Saat ingin memejamkan matanya kembali, chika mendengar suara pintu uks kembali terbuka. Chika mendudukan dirinya, ia mengerutkan keningnya.
Seingat chika ashel baru saja pergi meuju kantin, kenapa sekarang sudah kembali.
"Shel, lo udah balik?"tanya chika pelan.
Tak ada jawaban apa pun dari sana. Tubuh chika mendadak merinding, ia takut jika tadi adalah ganguan mahkluk halus.
Dengan sedikit keberanian, chika membuka tirai yang menutupi baranka nya.
"Aaaaaaaa!!!"
Chika berteriak sangat kencang karena kaget melihat seorang pria tengah berdiri di lemari obat.
Pria itu tersentak kaget mendengar teriakan chika, ia langsung membalikan tubuhnya menatap ke arah chika yang tengah menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
"Lo kenapa teriak?"
Chika membuka kelopak matanya, ia meringis menatap malu ke arah pria yang kini menatap bingung ke arahnya.
"L-lo bukan setan kan?"tanya chika pelan.
Pria itu terkekeh kecil mendengar pertanyaan konyol dari chika.
"Ya enggak lah, mana ada setan tampan kayak gw"ucap pede pria itu.
Chika memutar kedua bola matanya malas, tapi kalau di pikir pikir, emang sih pria ini sangat tampan. Kulit putih, memiliki senyum yang manis, dan tinggi tubuh yang sangat idela. Pria ini sangat sempurna.
Chika menggelengkan kepalanya, ia kembali menatap pria itu yang kini tengah sibuk mengobrak abrik lemari obat.
"Lo ngepain ke sini, bolos ya?"
Lagi lagi pergerakan pria itu terhenti, ia kembali menatap ke arah chika, tetapi hanya sekilas.
"Menurut lo gerak gerik gw kayak orang yang lagi bolos gitu?"
"Enggak sih"ucap chika pelan.
Pria itu menghentikan aktifitasnya setelah mendapatkan obat yang ia perlukan. Pria itu menatap ke arah chika yang tengah terduduk sembari mengayunkan kakinya.
"Lo ngepain ke sini?"tanya pria itu.
Chika mendongakkan kepalanya, ia bingung harus menjawab apa. Jika dirinya jujur, itu membuat dirinya malu.
"Sakit perut"sahut chika.
"Karana apa?"
Chika diam tak menjawab, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain karena mata pria itu telalu dalam menatap dirinya.
"Owh gw tau..."ujar pria itu tersenyum.
Chika yang melihat pria itu tersenyum mendadak malu.
"Santai, itu kan hal bisa"
"Kalau gitu gw duluan ya, cepet sembuh"
"Sampai jumpa lain waktu"
"Achika Atmaja"ucap pria itu membaca nametag chika. lalu setelahnya ia keluar dari ruang uks.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Teen FictionMenyukai seseorang yang sudah menganggap mu sebagai abangnya, aran selalu membuang jauh jauh rasa sukanya terhadap Chika. Namun sialnya, perasaan konyol itu semakin bertumbuh besar. [SLOW UPDATE]