X

271 40 1
                                    



Dua jam lagi adalah waktu keberangkatan pesawat yang akan Taehyung tumpangi. Sekarang, Jeongguk, Ibu dan juga Taehyung sudah bersiap untuk pergi. Berkumpul di rumah Ibu, Kedua nya kini masih berdiam di kamar Taehyung, dimana pria itu yang meminta pelukan pada si manis sebagai penenang gelisah.

Mereka harus berpisah, dan itu pasti.

Pelukan ini terasa lebih melankonis, entah bagaimana. Walau pun begitu, Taehyung jujur saja merasa Jeongguk benar-benar apik menyembunyikan raut emosi di wajahnya.

Tidak ada kesedihan atau kehampaan yang seperti Taehyung perkirakan sebelumnya. Bahkan, si manis malah lebih ceria dan terus berusaha mengalihkan kesedihan Ibu pada berbagai hal semenjak pemuda itu sampai di rumah Taehyung bersama pria Kim.

Sekarang pun, binar hitam nya tetap lah cemerlang. Dimana kedua tangan nya melingkar apik di bahu dan kepala Taehyung kala pria yang lebih tua sembunyikan rupa di ceruk lehernya.

Tegar sekali, Taehyung tahu Jeongguk tidak ingin terlihat sedih sedikitpun.

"Janji jaga diri baik-baik, ya Tae. Jangan banyak fikiran. Ibu aman sama aku di sini."

"Iya, Gguk."

"Harus pulang dengan berhasil ya, bener-bener sembuh kaya apa yang kamu mau."

"Iya, Gguk. Aku janji."

"Satu lagi, Taehyung."

"Apa?"

"Aku mau satu hal,"

"Iya apa?"

"Sembuh buat diri kamu sendiri, okay. Sembuh karena keinginan kamu buat sembuh, bukan karena ada alesan lain. Bukan karena aku, bukan karena hubungan kita. Bukan karena aku yang nunggu kamu pulang atau apapun itu. Tapi sembuh karena emang kamu bener-bener mau sembuh."

Taehyung menarik diri, membuat duduk nya tegak dan dia menatap lurus-lurus mata berkilau itu di depan nya.

Taehyung tidak berkata apapun, tidak menjawab ucapan Jeongguk dan tidak memberikan jeda sedikit pun ketika tangan nya memanjang begitu saja demi meraih tengkuk yang lebih muda. Lantas secepat kedipan mata menyatukan bilah mereka dan mengecup nya penuh puja.

Jeongguk melenguh lirih, imbangi lumatan Taehyung dalam keadaan waktu yang semakin nyata di mata mereka.

Perpisahan ini sebentar lagi, sebentar lagi akan terjadi.

Lalu, entah saliva milik siapa yang menjuntai memanjang diantara labium kedua nya. Sama-sama menyatukan kening dan bernafas masai dengan wajah Jeongguk yang memerah.

Bersama dengan hal itu pula keadaan tetap hening, bungkam seribu bahasa seakan tidak ada yang berniat bicara sedikitpun.

Kedua nya cukup mengerti, sentuhan
Sederhana ini sudah lebih dari menjadi puluhan cara mengucapkan selamat tinggal yang manis.

Lautan mata hazel dan bulat cemerlang itu punya ribuan cerita yang tidak akan begitu mudah di selami orang lain. Hanya mereka berdua, hanya Taehyung dan Jeongguk yang pahami dan mengerti tanpa repot bercerita bahkan hanya dengan bertatap mata.

Lalu keadaan waktu menjadi terasa begitu cepat dan dekat, ketika mobil yang Jeongguk dan Taehyung juga Ibu tumpangi kini sudah terparkir apik di parkiran Bandara.

Kaki Jeongguk menjadi begitu sulit di gerakan, terasa ada paku tidak kasat mata yang membuatnya menancap di bumi. Berat sekali. Apalagi kala matanya menangkap pemilik punggung itu berjalan pelan di depan nya sembari menarik koper.

Riak wajah nya masih saja sama, penuh ceria dan senyum lebar yang manis. Bahkan ketika Taehyung mendengar nama pesawat yang akan dia tumpangi di umumkan keberangkatan nya, Jeongguk tidak sedikit pun terlihat bersedih.

Anak itu malah mendekat dan memeluknya erat sekali. Mencium pipinya dan suguhkan senyum manis yang penuh dengan keindahan.

"Mau peluk dulu sebentar, boleh?"

Taehyung mengangguk, merentangkan tangan dan Jeongguk tanpa ragu melemparkan tubuhnya pada dekapan tersebut. Kecupan-kecupan kecil Jeongguk tedima di pucuk kepala nya dari Taehyung. Bahkan Ibu sempat terkekeh kecil sambil mengusap pipinya yang di hujani air mata, interaksi dua anak muda di depan nya itu benar-benar manis namun menyesakan.

Lalu, pelukan mereka pun mengudar, Taehyung menyimpan tangan nya di pipi Jeongguk yang bersemu. Mengelus nya pelan dan berkata, " kamu cantik sekali jika tersenyum. jadi jangan sedih apalagi sampai menangis, okay?"

Jeongguk menjawab ucapan Taehyung dengan anggukan.

"Kamu tau aku sayang banget sama
Kamu 'kan, Tae?"

"Ya, aku tahu. Aku juga."

Kemudian, Taehyung pun menarik diri, sempatkan memeluk Ibu dan menatap Jeongguk lagi.

"Aku pergi ya, jaga dirimu baik-baik di sini."

"Iya Tae, kamu juga."

"See you Jeongguk."

Lantas, satu langkah, dua langkah, tiga langkah, empat dan seterusnya, Jeongguk menghunus langkah pria itu yang semakin membawa tubuh nya menjauh dari Jeongguk dengan getir.

Tepat ketika wujud Taehyung tidak lagi bisa di tangkap matanya, nafas Jeongguk tercekat kuat, sesak kuasai diri dan satu air mata jatuh begitu saja tanpa sanggup lagi dia tahan.

Menggigit bibir bawahnya guna menahan isakan, bahu Jeongguk sedikit tersentak ketika Ibu menepuk nya dari arah belakang.

Kemudian, fitur wajah yang hampir di wariskan seluruh nya pada rupa Taehyung itu tersenyum lembut kepada Jeongguk, menarik anak itu pada pelukan dan mengusap punggung nya pelan.

"Tidak apa, Nak. Taehyung sudah pergi, kamu bisa melepaskan apa yang sedari tadi kamu tahan tanpa anak itu ketahui."

Maka selanjutnya, bahu Jeongguk berguncang kuat, tangisnya tumpah. Air mata nya meluruh dan isakan itu terdengar pilu di bahu Ibu. Sesaknya sudah memaksa untuk meruntuhkan dinding sok kuatnya yang sejak tadi dia pertahan kan.

Pada nyatanya, ditinggalkan memang semenyakitkan itu.

.
.
.

Tbc

AGAIN (Taekook) END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang