XX

447 38 3
                                    

Jeongguk sudah mau turun dari ranjang jika tangan Taehyung tidak menahan nya dengan cepat.
Sepertinya anak itu mau pergi saja dari tempat Taehyung. Mungkin memang bukan pilihan yang terbaik. Tapi mengingat jawaban Taehyung beberapa saat yang lalu, Jeongguk rasanya tidak punya nyali lebih untuk mendengar kata apa setelah itu.

Apalagi melihat luka di tangan Taehyung. Diam-diam si manis mulai menyalahkan diri sendiri. Apakah selama ini banyak tingkah laku yang tidak dia sadari telah melukai pria itu. Lalu bertambah satu menjadi dua dan tiga kemudian menumpuk dan hancur berkeping ketika sudah melewati limitnya.
Jeongguk merasakan kengerian yang besar susupi hati. Bagaimana bisa dia berfikir untuk menuntut sebuah penjelasan jika akar dari masalah itu juga justru sebenernya adalah dirinya.

"Mau kemana?"

"Kemana aja asal nggak di sini."

"Kenapa harus? Aku belum selesai bicara, Gguk."

Jeongguk menoleh sekilas demi pertemukan tatap matanya dengan binar Taehyung.

"Kayaknya udah segitu aja deh Tae, aku nggak bisa denger yang seterusnya. Udah jelas kan katamu juga kalo aku penyebab nya. Terus ngapain lagi aku di sini."

"Aku tidak mengijinkan kamu pergi."

"Kamu siapa? Punya hak apa?"

Taehyung diam sebentar mendengar jawaban Jeongguk, dia lalu tersenyum tipis dan menjawab, :"aku calon suamimu, benar?"

Kedua mata bulat itu sontak melotot terkejut, "apa-apaan?!"
Tanpa sadar meninggikan suara hingga Taehyung sempat memejam mata. Jeongguk tersedak ludahnya sendiri saat mendengar ucapan Taehyung yang jelas seperti melantur.

"Makanya jangan pergi dulu, Gguk. Ayo kita selesaikan semuanya sekarang."

Entah bagaimana cara kerjanya tapi yang pasti untaian kata yang baru saja Taehyung ucapkan itu membuat tulang punggung Jeongguk terasa seperti baru saja di siram seember air es.

"Selesaikan?.."
Lirih Jeongguk.

"Ya, selesaikan. Semuanya tanpa sisa."

"Kamu yakin Taehyung?"

"Yakin, aku ingin semua nya cepat tuntas."

Jadilah Jeongguk berusaha menahan telapak tangan nya yang mulai bergetar halus. Menyembunyikan dalam kepal kuat dan memilih mengalah lalu duduk kembali di atas ranjang Taehyung dengan fikiran yang nyaris kosong. Matanya bahkan hanya memaku pada selimut tebal Taehyung yang berwarna hitam yang menjuntai panjang sampai kelantai.

Setelah semua nya, jika saat ini yang Taehyung inginkan adalah selesai, maka Jeongguk pun tidak punya hak untuk menolak. Bukan tidak ingin memperjuangkan, tapi sejak awal pun tidak pernah ada kata jadian untuk sebuah kepastian hubungan atau kata-kata untuk ikatan lain nya diantara mereka.
Keduanya hanya terjebak dalam perasaan satu sama lain yang tidak bisa di hindari. Nyaman dan aman di kehadiran dari pertemuan yang luar biasa tidak di rencanakan. Tadinya berniat menjalani apa yang ada dan tidak akan repot memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan baik itu manis atau pun pahit.

Tapi Jeongguk, dia tidak pernah mengira jika dampak nya akan sebegini hebat pada dirinya sendiri ketika tahu jika akhir mereka kini justru kemungkinan adalah kepahitan.

Lalu si manis merasa jika ranjang itu bertambah beban dan sisi di kanan nya memberat pertanda jika Taehyung mungkin kini duduk di sana. Menghadap pada nya yang total kehilangan minat pada apapun dan jujur saja hanya ingin menangis saat ini.

Segalanya kacau. Kacau luar biasa dan Jeongguk tidak tahu bagaimana cara membereskan nya.

Lalu dia merasa punggung tangan nya di usap lembut sebelum di raih pelan oleh jemari Taehyung dan di buat satu genggaman dengan telapak lebarnya. Lalu di tarik pelan menuju bibir pemuda itu dan di bubuhkan kecupan sehalus bulu yang membuat seluruh tubuh Jeongguk merinding dengan cara yang aneh.

AGAIN (Taekook) END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang