XVII

300 36 1
                                    






"Bangsat"

Sekali lagi Jeongguk mengumpat lirih. Matanya terasa memanas dengan cara yang tidak dia sukai. Melajukan motor besarnya menuju bandara setelah memesan tiket hari itu juga. Tentunya ketika dia berhasil mendapatkan alamat Kim Taehyung dari Ibu. Meminta dengan sedikit paksaan kala Jeongguk memperlihatkan kolom chatt Taehyung yang tidak bisa dikatakan waras sama sekali.

Ibu tentu panik, tapi Jeongguk bilang dia bisa menangani ini walau tidak janji tidak akan ada perkelahian diantara keduanya.

Sejenak Ibu merasa ragu, bukan rahasia lagi jika Ibu tau Jeongguk masihlah pemuda labil dengan emosi menggebu yang bisa meledak kapan saja. Apalagi beberapa bulan kebelakang Ibu juga memang merasa jika pemuda itu sedikit berubah dalam sikap dan kontras sangat berbeda di hal tertentu walau dia sama sekali tidak pernah memperlihatkan atau menceritakan nya pada Ibu.

Lalu Ibu juga tau bagaimana Kim Taehyung. Putra semata wayang nya yang mulai menutup diri semenjak keluarga kecil mereka hancur belasan tahun yang lalu. Taehyung kecil yang sudah kehilangan kehangatan rumah dan beberapa kali di hadiahi siksaan dari sang Ayah. Taehyung kecil yang Ibu tahu habis-habisan di bully tapi tetap pulang ke rumah dengan binar mata riang dan memeluk Ibu dengan erat, walau setelah nya pasti terisak.

Ibu cukup memahami dua pemuda yang kini sudah Ibu anggap menjadi putra kedua diantara salah satunya.
Maka karena alasan itu pula Ibu menyimpan ragu.

Tapi ketika melihat badai kemelut yang menggulung di netra Jeongguk, Ibu merelakan alamat Taehyung tanpa banyak lagi bertanya.
Percaya pada anak itu bisa membuat putra nya berfikir lebih jauh sekali lagi dan mengurai segala apa yang selalu putranya telan sendirian.

Jeongguk pergi sendiri ke bandara, motor besarnya nanti akan di ambil Jimin setelah Ibu yang meminta bantuan pada lelaki itu.

Lalu tahu-tahu dia sudah duduk di kursi pesawat yang melesat gagah di langit. Melamun diam bersama kemelut fikiran nya yang berantakan. Jeongguk hanya berharap apapun kemungkinan terburuk yang otak nya coba ciptakan, Taehyung tidak akan melakukan itu dengan suka rela.

Dia juga bersumpah akan hadiahi satu bogeman mentah setidaknya di pipi pada pria tua itu. Berani sekali membuat Jeongguk sebegini kacau hanya karena pesan sialan yang sumpah mati tidak ingin Jeongguk terima untuk ke dua kali.

Kemudian entah karena lelah benar atau memang matanya saja yang butuh terpejam, Jeongguk merelakan sadar nya menguap beberapa saat. Beradu dengan layar ponsel yang di biarkan begitu saja tanpa niat di matikan. Menampilkan sepenuh nya isi chattan Jeongguk bersama pria itu beberapa saat yang lalu sebelum dia nekat menyusulnya ke negri dimana Kim Taehyung kini menghirup nafas.

 Menampilkan sepenuh nya isi chattan Jeongguk bersama pria itu beberapa saat yang lalu sebelum dia nekat menyusulnya ke negri dimana Kim Taehyung kini menghirup nafas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah karena apa Jeongguk harus membuka dan membaca pesan itu sekali lagi dengan rinci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah karena apa Jeongguk harus membuka dan membaca pesan itu sekali lagi dengan rinci. Menikmati segala kemelut emosi yang berbaur menjadi satu di hati nya. Tentang betapa kurang ajar nya pria Kim Taehyung kepada perasaan nya. Apakah semudah itu dia mengambil keputusan?

Ini bukan tentang Jeongguk yang menghakimi pada segala yang Taehyung alami. Tidak sama sekali dan bukan itu poin utama nya. Berani bertaruh, jika saja Jeongguk yang mengalami hal itu semua, dia belum tentu setegar Taehyung sampai saat ini. Hanya saja, ya, hanya saja, Jeongguk ingin juga di mengeri. Ingin juga sekali saja Taehyung tidak sebegitu egois hanya karena merasa kebahagiaan Jeongguk lebih utama dari apapun.

Membuat dirinya terlihat sangat arogan di mata Jeongguk dengan selalu menganggap semua akan berjalan enteng dan sesuai dengan semestinya. Dengan sesuai rencana nya.

Padahal Jeongguk tidak ingin seperti itu. Dia juga ingin di libatkan. Ingin di ikutsertakan. Ingin dia juga ada dan mendapat peran di setiap kehidupan Taehyung. Andil pada semua seluk beluk nya tanpa terkecuali.

Terbuka, apa adanya pada Jeongguk tanpa harus memasang ratusan topeng lagi seakan mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu.

Sebelumnya Jeongguk merasa jika Taehyung pasti jauh lebih mengerti, jauh lebih pahami apa arti ikatan kuat yang akan terjalin diantara mereka jika keduanya sama-sama terbuka. Buktinya pada rasa mengerti satu sama lain sekalipun tidak terlibat bicara. Tapi hal kemarin dimana Jimin yang Jeongguk rasa jauh lebih dari apapun dibanding Jeongguk, semuanya melebur tanpa sisa.

Lantas, bahagia seperti apa yang Taehyung imajinasikan untuk Jeongguk jika dirinya saja sebegini bertingkah. Sementara Taehyung seharusnya tau sendiri, hanya bersama dengan nya di hubungan yang tentu dan penuh dengan segala keterbukaan, Jeongguk merasa itu sudah lebih dari cukup.

.
.
.

Hari ini Taehyung tidak pergi kemanapun. Dia bermalas-malasan di Apartemen dan menggulung tubuhnya di bawah selimut tebal. Dia sudah sarapan dan juga minum obat yang di perlukan. Sudah membersihkan diri dan membersihkan beberapa sudut di Apartemen yang Taehyung fikir butuh di bereskan.

Lalu, bel Apartemen tiba-tiba saja mengaung ribut karena di tekan seseorang dengan brutal. Demi apapun Taehyung sampai terlonjak. Pria itu tidak tahu siapa yang datang dan lagi pula dia ingat betul jika tidak punya siapapun kenalan di negara ini selain dokternya sendiri.

Dan jika pun itu adalah dokternya, mungkin akan menghubungi Taehyung lebih dulu alih-alih berniat menghancurkan pintu Apartemen nya seperti sekarang ini.

Akhirnya Taehyung mengalah. Dia berjalan di lorong menuju pintu keluar untuk mengecek siapa yang datang. Berharap itu bukan orang aneh-aneh karena Taehyung benar-benar tidak ingin terlibat masalah dengan seorangpun sekarang.

Lalu, ketika pintu mengayun, Taehyung di buat tergugu. Mengkristal diam di ambang pintu karena pemandangan di depan nya. Sempat mengucek mata beberapa kali jika mungkin saja kerinduan nya pada Jeongguk membuat dia berhalusinasi membayangkan anak itu ada disini, di depan nya dengan wajah datar yang kejam.

Tapi beberapa saat setelahnya, semua tidak ada yang berubah. Jeongguk tetap berdiri di sana dengan binar kelam nya yang ..... terlihat sangat acak-acakan?

Taehyung sempat menyerhit khawatir, memanjangkan tangan nya niat membelai pipi kemerahan itu sebelum sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi tirus miliknya.

"Gguk.. apa maksudnya?"

Ada sedikit darah di sudut bibir Taehyung sebagai bukti jika pemuda itu tidak main-main pada amarahnya.

"Bajingan kau Kim Taehyung!"

Selanjutnya, raungan Jeongguk menggema nyaring di sana. Menjerit pilu dan menangis histeris sembari memeluk Taehyung dengan erat. Bibirnya meracau panjang, mengomel pada Taehyung yang masih memproses semua apa yang terjadi.

Jeongguk-tamparan-amukan anak itu-tangisan-dan lain nya yang datang silih berganti.

"Kamu, mau ngapain ke sini Gguk?"

Kemudian tanpa aba-aba pertanyaan itu meluncur pelan dari bibir Taehyung yang sontak membuat Jeongguk terdiam di tempatnya. Menarik diri dari memeluk Taehyung dan menatap tajam lelaki itu.

"Membunuhmu tentu saja."

.

.

.

Tbc

AGAIN (Taekook) END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang