Entahlah, mungkin waktu yang benar-benar berlalu terlalu cepat atau karena memang Jeon Jeongguk membuat dirinya sibuk luar biasa sampai tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain. Pulang ke Apartemen di malam hari dengan kelelahan yang menenggelamkan nya pada rasa ingin cepat tidur dan pergi di pagi hari untuk Kuliah atau bekerja mengambil part time seperti sebelum dia bertemu Taehyung.
Membunuh waktu yang seperti mencekiknya jika dia sejenak berhenti. Hanya untuk membuatnya larut dalam duka nestapa merindukan Kim Taehyung yang kini perpisahan mereka sudah terhitung menginjak satu bulan lama nya.
Jeongguk pun jauh menjadi lebih dingin, dia seperti menutup semua komunikasi dengan siapapun hanya terkecuali jika benar-benar sedang sangat penting.
Sesekali berkunjung ke rumah Ibu Taehyung demi penuhi panggilan wanita paruh baya itu. Sejujurnya mungkin sedikit terpaksa, karena hasilnya akan selalu sama; pulang ke Apartemen dengen perasaan berantakan. Bagaimana tidak, suasana rumah Taehyung seakan kental dengan aroma, suara dan segala tingkah pria itu yang selalu terekam otomatis di penglihatan Jeongguk. Itu tidak benar, namun juga seperti tidak salah sama sekali.
Dan karena itu semua, segala benang kusut di kepala Jeongguk mulai menyatu menjadi satu sampul bertuliskan, apakah Taehyung pun merasakan hal sama sepertinya?
Jeongguk merasa menjadi seseorang paling egois jika dia terlalu berlabuh pada perasaan nya. Karena mungkin, ya mungkin, padahal Taehyung di sana biasa saja atau sedang benar-benar menjalani proses untuk berdamai dengan diri sendiri.
Seharus nya Jeongguk senang, dia mendukung penuh dan seharusnya perasaan ini tidak boleh ada sama sekali.
Bukan kah sejak awal dia juga yang mendukung penuh pada keputusan Kim Taehyung. Mendorong pria itu pada keyakinan teguh di saat pria itu sempat goyah dan berniat tidak jadi pergi menunaikan segala rencana nya.
Ya, seharusnya Jeongguk bisa lebih dewasa, bukan?
Malam ini pun sama, tubuh nya lelah. lelah yang benar-benar lelah entah itu karena aktifitas nya seharian ini atau mungkin justru otak dan hatinya yang tidak kunjung menemukan ketenangan.
Kaki Jeongguk menaiki ranjang setelah dia mandi dan menelan makan malam nya secara asal. Seperri biasa siap pergi tidur dan memejamkan mata dengan fikiran yang melayang bebas di udara. Dia mulai membungkus tubuh nya dengan selimut ketika ponsel di atas meja nakas nya bergetar pelan.
Terus berulang dan Jeongguk hampir membanting nya kesal jika saja dia tidak melirik dulu pada layarnya akan siapa dalang di balik berisik nya ponsel pemuda manis itu di jam malam seperti ini.
Jeongguk terkekeh gamang, sekarang matanya juga mungkin ikutan menjadi tidak baik dan akan kehilangan penglihatan sehat nya karena manusia bernama Kim Taehyung tersebut.
Mata bulat itu terus menghunus layar ponsel nya yang menampilkan panggilan masuk dari Kim Taehyung. Itu benar-benar Kim Taehyung setelah Jeongguk beberapa kali mengerjap dan menggosok matanya sampai nyaris perih.
Itu benar-benar Kim Taehyung; sosok yang tanpa sadar membuat nya berantakan satu bulan belakangan ini. Itu benar-benar dia, lelaki pemilik hati nya yang entah bagaimana ketika melihat panggilan itu, Jeongguk malah merasa tenggorokan nya tercekat dan menjadi kering. Tubuhnya memanas dengan cara yang asing. Ada sunyi di hatinya yang mencekam dan mendorong naik pada kedua bola matanya untuk segera berair dan menerjunkan wujud dari sesak yang kini dia rasa.
Lalu, satu isakan nya muncul, bahu nya meluruh pasrah dan punggung nya bergetar dalam lara yang dalam. Dia terus menatap panggilan itu dengan penglihatan nya yang semakin mengabur karena air mata.
"Taehyung...."
Bisikan itu sepilu hati nya yang habis berantakan di siksa gelombang rindu.
"Taehyung..."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN (Taekook) END ✅
RomanceKarena Kim Taehyung berjanji untuk kembali, Jeongguk tahu keputusan nya prihal menunggu adalah yang terbaik.