Beberapa hari berlalu, hari hari mereka sama seperti remaja pada umumnya, mereka juga sudah belajar menggunakan tongkat sihir, belajar dasar dasar dari sihir golongan mereka.
Malam ini, setelah selesai makan malam, Ana dan Anuradha duduk di lantai ruang tamu untuk sekedar berbincang bincang singkat seputar hal hal baru yang mereka temukan di aksa loka ini.
"Kemana dua orang itu? Seharusnya mereka sudah kembali." ujar Ana khawatir. Gadis itu mengedarkan pandangannya, menunggu kedua laki laki yang tak kunjung kembali.
Anuradha tersenyum, walaupun Ana terlihat sangat angkuh dan tidak terkalahkan, gadis itu memiliki sisi yang sangat lembut, juga mempunyai jiwa yang benar benar tulus.
Kini sudah semakin malam, suara jarum jam berdenting keras menandakan waktu tidur bagi murid-murid aksa loka. Namun Ana tidak bisa tidur begitu saja jika kedua temannya masih berada di luar sana. Walaupun di aksa loka, waktu malam tetaplah waktu yang rawan untuk semua orang.
"Kau tidak ingin tidur?" tanya Anuradha pada Ana. Gadis dengan rambut pendek itu menggeleng pelan.
"Aku akan mengganti lampu dulu."
Anuradha mulai mematikan lampu yang ada di ruangan tersebut. Tangannya memegang sebuah lentera yang belum menyala.
"Deepa." Setelah mantra itu dilontarkan, sebuah cahaya kecil muncul pada tongkat sihir milik Anuradha, di arahkan lah tongkat tersebut pada lentera yang belum menyala. Dengan ajaib, cahaya dari tongkat Anuradha berpindah pada lentera tersebut.
Anuradha membawa lentera tersebut ke meja yang ada di depan Ana, kemudian dia ikut duduk di samping Ana sambil bersandar pada sofa di belakangnya.
"Setidaknya lampu griya sudah padam, jadi para pengajar tidak akan curiga." Anuradha tersenyum lembut pada Ana.
"Kau bisa tidur jika kau mau Ara, jangan membebani dirimu."
Anuradha menggeleng pelan, menolak apa yang Ana ucapkan.
"Aku akan menemanimu."
Ana tersenyum membalas senyum dari Anuradha. Gadis itu adalah gadis yang sangat lembut dan baik, pantas saja banyak yang menyukainya walau ini masih awal memulai kehidupan di Aksa loka. Hampir setengah jam berlalu, namun kedua laki-laki yang mereka tunggu tak kunjung datang. Ana dan Anuradha kompak diserang rasa kantuk yang luar biasa, dan keduanya pun tidak bisa menahannya. Pada akhirnya, keduanya terlelap.
Pintu kayu itu berderit lirih, tanda pintu itu sedang dibuka dengan pelan. Yah, itu adalah Abian dan Arjuna yang baru saja kembali entah darimana. Kedua laki laki itu kompak terkejut ketika melihat dua orang wanita tengah tidur dengan posisi terduduk di depan sofa dan saling bersender satu sama lain.
"Mereka menunggu kita?" tanya Abian pada Arjuna.
"Sepertinya begitu, apa kita harus memindahkan mereka? Punggung mereka bisa sakit jika semalaman tidur dengan posisi seperti itu."
Abian nampak menimang nimang ucapan Arjuna, memindahkan mereka malah bisa membuat keduanya bangun, namun melihat mereka yang tidur dalam posisi tidak nyaman juga membuat Abian tidak tega.
"Yah sepertinya kau benar. Aku akan memindahkan Ara, kau pindahkan Ana."
Arjuna mengangguk, tubuh Ana lebih kecil dibanding Anuradha, jadi lebih mudah memindahkan Ana ketimbang Ara. Abian lebih dulu memindahkan Anuradha ke kamarnya, sepertinya gadis itu benar benar kelelahan sampai tidak sadar ketika digendong begitu saja oleh Abian. Kini giliran dirinya, ia pun melakukan hal serupa yang dilakukan Abian. Digendong lah gadis yang lebih mungil darinya, lalu kepalanya di sandarkan pada dadanya. Dengan perlahan Arjuna memindahkan gadis itu ke kamarnya. Menyelimuti nya lalu keluar dari kamar gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Loka
FantasyAksa loka adalah salah satu sekolah sihir di Indonesia yang mengambil beberapa siswa siswi setingkat smk/sma di setiap daerah. Sekolah yang penuh keajaiban dan misteri menanti kalian. Apa kalian sudah siap? Ayo menjelajahi Aksa loka bersama dengan...