bab 8

87 14 0
                                    


Matahari telah tenggelam secara sempurna. Gelap malam dengan cahaya bulan serta taburan bintang bintang menjadi pemandangan yang sangat indah di aksa loka. Anuradha duduk di teras kecil yang ada di griya. Gadis itu diam sembari menatap bintang bintang yang ada di angkasa. Melakukan kembali rutinitasnya yang sempat terhenti ketika ia sampai di aksa loka. Atensinya teralih ketika melihat seorang laki-laki duduk di sampingnya tanpa permisi.

"Bukankah malam ini langit sangat indah?" tanya Arjuna sembari tersenyum kecil. Anuradha mengangguk setuju. Bulan sedang berada di fase penuh, hari ini adalah bulan purnama, bintang bintang juga tidak mau kalah, mereka semua bersinar dengan terang.

"Apa yang mengganggumu?" Pertanyaan tiba-tiba dari Arjuna itu jelas membuat Anuradha kaget.

"Kau terlihat murung." lanjut Arjuna.

"Tidak, aku hanya merindukan orang tua ku." jawab Anuradha.

Arjuna diam, ia sudah dengar tentang keluarga Anuradha, namun tidak ada yang bisa dilakukan olehnya.

"Aku sudah terbiasa sendirian, terkadang aku merasa seperti tidak punya keluarga."

Arjuna menghela nafas pendek. Ia meletakkan sebelah tangan nya di kepala Anuradha.

"Kenapa perempuan itu sangat rumit? Kau bisa menganggap aku keluarga mu! Aku akan menjadi seorang kakak laki-laki yang selalu melindungi mu."

Anuradha menahan tangisnya sembari mengangguk pelan. Sementara itu di belakang sana Ana dan Abian tengah memperhatikan kedua orang itu dengan senyum yang mengembang. Ana memandangi Abian sembari mengangkat alisnya bertanya. Abian mengangguk, lalu keduanya pun berjalan mendekat ke arah Anuradha dan juga Arjuna.

Ana duduk di samping Anuradha, dengan lembut ia memeluk Anuradha. "Kau sudah seperti keluarga ku Ara, aku akan menyayangi mu seperti adikku sendiri, jadi kau tidak perlu merasa kesepian."

"Untuk kedepannya, apapun yang terjadi, mari saling menjaga dan melindungi." ucap Abian sembari tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya.

"Iyaa, mari kita lakukan." jawab Anuradha sembari menahan isakannya. Gadis itu benar benar beruntung dipertemukan dengan orang orang baik. Kini ia bisa bangga berkata pada orang tuanya yang telah menjadi bintang bahwa ia punya teman yang sangat baik.

Acara berbagi kasih sayang itu harus terganggu oleh suara detik jam yang cukup keras. Ana pun melepas pelukannya pada Anuradha dan mulai berdiri. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Anuradha berdiri.

"Ayo segera kembali ke dalam sebelum guru melihat kita." ajak Ana.

Abian dan Arjuna pun segera berdiri dan menyusul Ana dan Anuradha yang sudah berjalan ke dalam. Abian yang terakhir masuk segera menutup pintu, sementara Ana menutup jendela dan tirainya. Sementara Anuradha mematikan lampu dan menyalakan lentera.

Saat hendak berbalik, Ana melihat sebuah cahaya yang cukup terang melintas menembus tirainya. Tentu saja Ana sangat terkejut dengan sesuatu itu. Karena rasa penasaran yang sangat besar, Ana pun mengintip dari balik tirai. Betapa terkejutnya Ana ketika melihat gumpalan api yang terbang tak tentu arah di sekitar griya.

"Psst, Psst, Abian." Ana berbisik mencoba memanggil Abian yang berada tak jauh darinya.

"Ada apa?" tanya Abian bingung. Ana mendengar suara lantang dari Abian pun segera menaruh jari telunjuknya di bibir, mengisyaratkan Abian untuk tidak bicara terlalu keras.

Abian yang semakin bingung itu pun hanya mengangkat alisnya tak mengerti. Anuradha dan Arjuna pun hanya memandangi keduanya bingung. Ana menggerakkan tangannya, meminta Abian dan yang lainnya untuk mendekat.

"Ada apa?" bisik Arjuna ketika sudah berada di dekat Ana. Gadis itu menunjuk ke arah tirai. Mengerti maksud dari Ana, mereka pun kompak mengintip apa yang ada di balik tirai. Setelah memastikan apa yang mereka lihat, ketiganya kembali menutup rapat tirai tersebut.

"Apa itu?" tanya Anuradha yang terlihat sangat terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Sepertinya kita harus memastikannya lagi." Baru saja Abian hendak membuka tirai, ia malah berjongkok sembari menarik teman temannya agar ikut berjongkok.

"Kenapa menarik ku tiba-tiba?" kesal Ana yang ditarik secara tiba tiba.

"Pelankan suara mu! Para pengajar ada di depan sana!" Abian menaruh telunjuknya di bibir.

Mereka duduk bersandar di tembok dengan perasaan tidak tenang. Beberapa bola api terlihat berkeliaran di wilayah Drupadi, dan juga mereka mendengar bunyi bunyi ledakan kecil. Kemungkinan besar guru guru sedang berusaha memusnahkan api api tersebut.

"Tahun ini dia benar benar kembali." Suara samar itu bisa Arjuna dengar. Ia kenal suara itu, jelas sekali itu adalah suara Bu Anjani.

"Bukankah tahun ini dia akan sempurna? Dia akan benar benar bersatu dengan kegelapan." Itu adalah suara Pak Lengkara, guru medis di Aksa loka.

"Jika begitu, jiwa 4 golongan juga sudah kembali ke Aksa Loka, kita harus segera menemukan mereka." kata guru laki-laki bernama Dewanata.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak melibatkan anak anak?" Suara perempuan ini, ini adalah suara lembut dari Bu Arum.

Arjuna mengernyit, apa keadaan di luar sangat genting sehingga banyak guru yang berkumpul di luar.

"Kita tidak bisa melawan nya begitu saja Arum, kita butuh bantuan mereka, ksatria yang sudah ditakdirkan." kata Pak Dewa.

"Sudahlah, jangan bertengkar di sini, kita akan membangun para murid, ayo kembali." ajak Pak Lengkara.

Setelah benar benar yakin para pengajar telah pergi, Arjuna dan yang lainnya pun segera bangkit dari posisinya. Mereka hanya berdiri sembari saling menatap.

"Tidak sekarang, ku rasa lebih baik kita tidur, kita bicarakan ini besok." titah Arjuna. Teman temannya pun mengangguk patuh, mereka segera kembali ke kamar masing-masing sebelum pengajar menyadari bahwa mereka masih terjaga.

---
Halooo, kita udah mau masuk ke inti masalah nih, ikutin terus ya perjuangan merekaa. Happy reading!!

Aksa LokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang