Hari ini setelah pulang sekolah, keempat remaja griya no 6 berpencar karena urusan masing-masing. Anuradha menghela nafas karena ia harus pulang saat matahari sudah hampir tenggelam. Teman-temannya pasti mengkhawatirkannya.
Anuradha berjalan pelan sembari menyenandungkan sebuah lagu dengan lirih. Secara tiba-tiba bulu kuduk Anuradha meremang. Anuradha merasa ada yang aneh dengan sekitarnya, udara di sana terasa dingin. Walaupun matahari hampir terbenam, Aksa loka tidak pernah sedingin ini. Saat langit berwarna jingga, udara di aksa loka biasanya hangat.
"Ara!" Anuradha tersentak dari lamunannya kala mendengar suara Ana menyapa indra pendengarannya.
"Ana, mengapa kau di sini?" tanyanya.
"Aku khawatir padamu, kau tak kunjung kembali." jawab Ana. Anuradha tersenyum kala mendengar jawaban dari gadis di depannya.
"Ana, apa kau merasa bahwa udara di sini lebih dingin dari biasanya?" Anuradha bertanya untuk memastikan.
Ana mengerutkan dahinya bingung. Ia tidak merasa dingin sama sekali, ia malau merasa gerah dan sedikit berkeringat. "Tidak, aku malah merasa gerah, mungkin karna aku berlari."
Anuradha mengangguk mengerti. Namun saat hendak kembali berjalan, ia melihat sesuatu yang sembunyi di balik pohon. Karena hanya ada sedikit pohon yang tumbuh di dalan area aksa loka, maka makhluk itu terlihat sangat jelas.
"Ara, makhluk apa itu." Anuradha menoleh ke arah Ana yang berbicara. Ternyata temannya itu juga menyadari keberadaan makhluk itu.
"Golem, dibuat dari tanah yang diberikan mana agar bisa bergerak mengikuti perintah pembuatnya." Anuradha berbalik, lalu merapatkan punggungnya pada punggung Ana. Kedua gadis itu saling membelakangi kala menyadari bahwa lebih dari satu golem yang tengah mengintai mereka.
Ana merogoh saku rok nya, ia menggenggam tongkat di dalam sakunya.
"Apa menurutmu golem itu dibuat di aksa loka?" tanya Ana. Gadis itu sudah siap mengeluarkan tongkatnya, hanya tinggal menunggu jawaban dari Ara.
"Tidak, mana dari golem itu hitam pekat."
"La Zura!" Mantra itu Ana keluarkan bertepatan dengan sebuah bola tanah yang terlempar ke arahnya. Bola tanah itu seketika hancur. Kepingan tanah itu tanpa sadar masuk ke mata Ana, membuatnya mengedip ngedip cepat karena rasa perih.
"Thir-ta!" Air keluar menyembur tepat dari tongkat Anuradha. Golem itu seketika melebur.
"Gunakan mantra air Ana." Anuradha memberikan saran pada Ana. Setelah mereka beberapakali mereka menyerang akhirnya golem golem itu menghilang. Keduanya pun bisa bernafas lega.
Baru saja bisa bernafas lega, Anuradha secara tiba-tiba terjatuh, dan terseret mundur karena sebuah sulur menarik kakinya. Ana dengan refleksnya segera melontarkan mantra penangkal sehingga Anuradha selamat.
"Kau terluka Ara?" Ana berlari mendekat ke Anuradha yang hanya bisa terduduk. Ia meringis ketika melihat lebam yang ada di pergelangan kaki temannya, sepertinya sulur itu menjerat Anuradha dengan sangat kuat.
Baru saja hendak berjongkok untuk memeriksa keadaan Anuradha, sebuah sulur secara tiba-tiba melesat ke arah Ana. Untung saja Ana dengan cepat menghindar. Gadis itu menyeka darah yang keluar dari pipinya. Tak hanya itu, tongkat Ana juga diambil oleh sulur itu.
"Sulur ini tajam, kita harus berhati hati. Dimana tongkat mu Ara?" tanya Ana. Ara menunjuk sebuah tongkat patah yang berada beberapa meter di depan mereka.
"Kita dalam bahaya." Dengan susah payah Ana menegak salivanya. Mereka jelas dalam bahaya karena keduanya tak lagi memegang senjata mereka. Sementara di depan mereka ada sulur sulur yang merambat mendekati mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Loka
FantasyAksa loka adalah salah satu sekolah sihir di Indonesia yang mengambil beberapa siswa siswi setingkat smk/sma di setiap daerah. Sekolah yang penuh keajaiban dan misteri menanti kalian. Apa kalian sudah siap? Ayo menjelajahi Aksa loka bersama dengan...