Saat pulang sekolah, Abian dan kedua teman perempuannya pun menjemput Arjuna. Mereka pun berjalan pulang dengan Anuradha yang hanya diam di sepanjang perjalanan.
"Ada apa Ara? Kau aneh sejak kembali tadi." tanya Abian.
"Bukankah ini aneh? Kenapa di saat ada masalah, itu selalu diantara Bara atau Bulan." Anuradha mengernyit. Teman-temannya ikut mengernyit, baru menyadari hal tersebut.
"Memangnya mereka kenapa lagi?"
"Tadi Bulan ditemukan pingsan di hutan jenggala sendirian, dan setelah bangun dia tidak mau bicara sama sekali." Arjuna menjawab pertanyaan dari Ana.
Keempat anak itu kembali dalam keheningan, bertanya-tanya pada diri mereka sendiri apa yang sebenarnya terjadi di aksa loka. Mengapa Bara dan Bulan selalu terlibat dengan masalah masalah aneh yang ada di Aksa loka.
Saat mereka kembali ke griya, di ruang tamu sudah ada Alam yang tengah duduk sembari memainkan tongkatnya. Laki-laki itu nampak sedikit kebosanan karena menunggu mereka.
"Kalian lama sekali, darimana saja?" Alam berdiri menyambut teman-temannya. Laki-laki itu memamerkan senyum manisnya kepada penghuni griya tersebut.
"Kami menjemput Arjuna terlebih dahulu, ada apa?" Anuradha bertanya ketika melihat Alam yang nampak sangat berbahagia.
"Aku akan kembali ke griya, griya ku sudah selesai di perbaiki, dan semoga tidak terbakar lagi." Ana terkekeh kecil mendengar kalimat akhir dari Alam.
"Terima kasih sudah menyambut ku dengan hangat, aku akan mengingat jasa kalian." Alam menyalami Abian dan temannya satu persatu.
"Kau harus." kata Arjuna saat Alam sampai di depannya. Arjuna ikut menyalami Alam dengan sedikit lebih kuat.
Melihat wajah Arjuna membuat Alam terkekeh singkat. Alam tersenyum singkat sembari memiringkan kepalanya menggoda Arjuna. "Sepertinya kita akan bersaing."
"Bersaing untuk apa?" Arjuna tak mengerti dengan ucapan Alam.
"Sampai jumpa lagi teman-teman." Bukannya menjawab pertanyaan Arjuna, Alam malah berlari keluar dari griya no 6 sembari melambaikan tangannya.
"Yakk! Alam, kau belum menjawab pertanyaan ku!" Arjuna berteriak pada Alam yang kini telah menjauh dari griya.
"Sudahlah jangan berteriak, lagipula kalian sering bersaing dalam banyak hal." Ana mengingatkan lalu berlalu untuk kembali ke kamarnya.
"Benar juga." Setelah menyadari hal tersebut Arjuna ikut berlalu untuk kembali ke kamarnya. Meninggalkan Anuradha yang serang terjadi tertawa kecil dan Abian yang memandangi Anuradha yang tengah tertawa.
Abian yang melihat Anuradha tertawa pun menekuk sedikit kakinya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Anuradha. Gadis yang dipandangi secara tiba-tiba itu pun memundurkan wajahnya perlahan, nampak tenang dan tidak salah tingkah sedikitpun.
"Kau sepertinya mengetahui banyak hal Ara." kata Abian sembari melihat ke mata Anuradha.
"Bakat alami seorang bumantara." Anuradha menaruh telunjuknya tepat di dahi Abian, lalu mendorong kepala Abian pelan. Anuradha pun ikut pergi dari ruang tengah tersebut, meninggalkan Abian dengan segala kebingungannya.
"Apa hanya aku yang tidak tahu apa-apa?" Abian memandangi kamar-kamar temannya satu persatu.
Hari demi hari kembali berlalu. Pada akhirnya penghujung pekan telah datang. Keempat remaja itu sibuk berbelanja keperluan yang sudah habis.
"Hey, mau mampir ke toko barang antik dulu?" tanya Ana.
"Niat kita memang begitu." Abian tersenyum senang. Mereka pun segera berjalan mengunjungi toko tersebut.
Mereka berhenti di depan lahan kosong. Mereka kebingungan, Ana yakin sekali bahwa bangunan itu dulu ada di depan mereka ini, namun kenapa sekarang itu hanyalah lahan kosong? Apakah toko itu digusur? Keempatnya saling tatap, masih berpikir jika mereka salah tempat.
"Paman, dimana toko yang ada di sana?" tanya Ana pada salah satu pengunjung yang lewat sembari menunjuk lahan kosong tersebut.
"Toko apa? Lahan itu sudah kosong sejak 5 tahun lalu." setelah menjawab pertanyaan Ana, paman itu lantas meninggalkan keempat remaja yang nampak terkejut.
"Apakah selama ini kita berhalusinasi?" Abian menatap Arjuna.
Arjuna menggeleng dengan cepat. "Buku yang ku beli bahkan masih ada di kamar ku sampai saat ini."
Benar juga, mereka beberapa kali melihat Arjuna membaca buku tersebut, mereka juga pernah menyentuhnya, tidak mungkin itu hanya halusinasi semata.
"Apakah kita harus lari?" Ana sedikit merasa takut dengan hal-hal seperti ini.
"Jangan lari, belanjaan kita bisa jatuh." jawab Anuradha. Gadis itu mengeratkan pelukannya pada kantung belanjaan yang ia bawa.
"Mari pergi seolah tidak tahu apapun." Saran Abian itu pun dihadiahi anggukan oleh teman-temannya.
Mereka pun berjalan dengan sedikit cepat untuk meninggalkan lahan kosong tersebut. Ketika sampai ke griya mereka semua berpencar, Arjuna segera masuk ke kamarnya, ia pun mengambil buku yang ada di rak nya dan segera membuka nya.
Arjuna memperhatikan buku itu dengan seksama. Tak lama dari itu ia mengalihkan pandangannya dari buku menuju gelang yang ada di tangan kirinya. Arjuna menutup bukunya, lalu menaruhnya kembali ke atas meja.
Atensi laki-laki itu kini ada pada gelang yang ia gunakan. Arjuna memperhatikan bandul pedang itu dengan seksama. Hingga pada akhirnya ia menyadari sesuatu.
"Ana dan Ara." Arjuna berkata lirih. Arjuna kini memandangi kertas nomor 6 dengan namanya yang ada di bawah angka tersebut. Kertas itu sengaja ia gantung sebagai tanda bahwa ia cukup bersyukur bertemu dengan teman-temannya.
"Takdir macam apa ini." Arjuna tertawa singkat, namun merasa cemas disaat yang bersamaan. Kini dia sudah mengerti sepenuhnya, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat sampai semua yang ia curigai terjadi.
-----------
Haloo, Alur Aksa loka mungkin memang sedikit lebih cepat dari cerita fantasi lain, tp aku berusaha sebisa mungkin supaya ceritanya engga rumpang.
![](https://img.wattpad.com/cover/352266233-288-k712561.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Loka
FantasyAksa loka adalah salah satu sekolah sihir di Indonesia yang mengambil beberapa siswa siswi setingkat smk/sma di setiap daerah. Sekolah yang penuh keajaiban dan misteri menanti kalian. Apa kalian sudah siap? Ayo menjelajahi Aksa loka bersama dengan...