Keesokan harinya, mereka menjalani hari seperti biasa, bangun pukul 06.00 untuk sarapan dan bersiap pergi ke sekolah. Pintu kamar Arjuna kembali terbuka, menampilkan Alam yang sudah siap dengan seragam baru yang dikirim gurunya tadi malam.
"Selamat pagi Alam, mari sarapan." Ana menyapa dengan senyum mengembang. Ketiga temannya sudah lebih dulu duduk di kursi, hanya Ana yang masih berdiri sembari menyiapkan makanan.
"Tidak perlu kaget seperti itu Alam, selain pandai berpedang, Ana juga sangat pandai memasak." Anuradha berkata sembari terkekeh pelan melihat ekspresi Alam yang nampak lucu.
Alam tersenyum menunjukkan giginya, ia pun segera duduk di kursi tambahan yang sudah tersedia di meja tersebut. Seperti biasanya, acara makan mereka berlangsung dengan sangat tenang. Setelah selesai makan, mereka pun berjalan beriringan ke wilayah puntadewa untuk melakukan pembelajaran. Saat tengah sibuk berjalan, Alam secara tiba-tiba memperlambat langkahnya, ia pun menarik Arjuna yang ada di depannya agar ikut memperlambat langkahnya. Arjuna yang secara tiba-tiba ditarik pun menghentikan acara berjalannya.
"Ada apa?" tanya Arjuna.
"Pelan kan langkah mu, aku ingin bertanya sesuatu." Arjuna hanya mengangguk, mereka pun kembali berjalan dengan langkah pelan, berusaha menjaga jarak dari ketiga temannya.
"Apa Ana punya kekasih?" Satu pertanyaan itu berhasil mengambil alih atensi Arjuna.
"Entahlah, kurasa tidak." jawab Arjuna tidak yakin.
"Syukurlah jika begitu." Alam tersenyum senang, hal itu membuat Arjuna merasa aneh dengan tingkah Alam.
"Kenapa kau menanyakan hal itu?" Arjuna mengerutkan keningnya, sementara Alam hanya mengendikkan bahunya.
"Ah itu Sahara! Aku akan berjalan bersamanya, terima kasih sudah menemaniku!" Alam berlari sembari berteriak, meninggalkan Arjuna yang masih terjebak dengan pertanyaannya.
Ketiga teman Arjuna berhenti melangkah, menunggu Arjuna sampai pada mereka. "Apa yang kalian bicarakan? Kau nampak kebingungan." Ana bertanya ketika melihat alis Arjuna yang hampir menyatu.
"Tidak ada." jawab Arjuna sembari berjalan mendahului teman temannya.
"Ada apa dengannya?" Abian memandangi temannya itu dengan tatapan aneh. Tadi laki-laki itu berjalan di belakang mereka, kini laki-laki itu berjalan meninggalkan mereka. Benar-benar laki-laki aneh.
"Ku rasa suasana hatinya sedang buruk." Anuradha ikut memandangi Arjuna dengan raut bingungnya.
Kelas pertama mereka adalah kelas matematika, kelas yang sangat tidak disukai oleh Abian. Laki-laki itu bahkan keluar paling awal ketika bel tanda pelajaran selesai berbunyi. Anuradha ikut keluar, lalu berdiri di samping Abian untuk menunggu Ana dan Arjuna keluar.
"Tidak, bukan seperti itu!"
"Aku sudah benar Arjuna! Memang seperti ini!"
Abian dan Anuradha jelas mengenali dua suara itu. Mereka pun menggeleng pelan melihat kedua temannya yang keluar sembari bertengkar.
"Kali ini apa yang kalian debatkan?" Abian bertanya seperti seorang ayah.
"Lihat jam ini, tombol ini harusnya diputar ke kiri, tapi Ana malah memutarnya ke kanan." Arjuna memperlihatkan sebuah jam pada Anuradha dan juga Abian.
"Kita sudah memutarnya ke kanan tapi jam itu tidak mau bergerak, setelah ku putar ke kiri jam itu mau bergerak!" Ana mengeluarkan pembelaannya.
"Tapi jarum jam itu berputar mundur! Kau pikir waktu kita akan ikut berjalan mundur." Arjuna masih tidak terima dengan pemikiran aneh dari Ana.
"Yang terpenting jam itu mau bergerak!"
"Kalau begitu apa gunanya?"
Siapapun tolong bungkam mulut kedua remaja itu, Abian sudah tidak sanggup menghadapi keduanya.
"Jam ini indah, bukan kah itu cukup? Liat ukiran ini Abian, ini indah bukan?" Ana menggenggam tangan Arjuna, lalu menggerakkannya agar Abian dapat melihat ukiran dari jam yang dipegang oleh Arjuna. Sementara laki-laki dari andala itu terdiam, cukup kaget dengan tindakan Ana.
"Itu indah." jawab Abian sembari mengangguk-angguk.
"Terserah kau saja." Arjuna segera menyerahkan jam tangan itu pada Ana, ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berjalan meninggalkan teman temannya. Ana dan Abian pun kembali memandangi Arjuna karena tingkah anehnya, sementara Anuradha hanya terkekeh kecil melihat tingkah lucu teman-temannya.
Kelas selanjutnya adalah kelas mantra, mereka pun segera masuk ke dalam ruang praktik. Baru saja masuk satu langkah, Anuradha langsung berbalik sembari menutup matanya. Abian yang ada di belakangnya pun sontak terhenti. Kelas itu berisi beberapa meja panjang yang bisa digunakan 10 orang di setiap mejanya, di atasnya terdapat seekor kelinci dengan jarum besar yang menancap di tubuhnya. Kelinci-kelinci itu tergeletak tak berdaya.
"Ara, guru sudah menyuruh kita untuk masuk." Abian memegang bahu Anuradha. Lalu memutar tubuh gadis itu, memaksa Anuradha untuk masuk.
"Arjuna, kemari!" Alam melambai pada mereka dari salah satu meja. Keempat remaja itu pun segera menghampiri kelompok Alam. Ana duduk di samping Alam, lalu disamping Ana ada Arjuna, lalu Anuradha, dan yang paling ujung adalah Abian.
"Baiklah semuanya, hari ini kita akan belajar mantra untuk menyelamatkan kelinci di depan kalian." Para siswa-siswi itu pun segera memandangi kelinci-kelinci yang ada di depan mereka. Kelinci itu masih hidup, terlihat dari perutnya yang naik turun.
"Mantra yang akan kita pelajari yaitu mantra ang-lak-sa." kata Guru perempuan yang ada di depan.
"Aku akan menjelaskannya secara singkat, ang-lak-sa diambil dari kata anglaksa yang punya arti melepasi, mantra ini digunakan untuk menarik senjata sekaligus menutup luka, mantra ini cukup sulit dilakukan, kalian harus melafalkannya dengan sangat jelas, jika kalian salah melafalkan, kelinci itu mungkin akan lebih kesakitan atau bahkan mati." Beberapa murid meringis, merasa kasian dengan kelinci di depan mereka.
"Sebelum kalian merapalkan mantranya, pikirkan hal-hal positif, itu adalah kuncinya. Aku akan memberikan contoh, ang-lak-sa!" Setelah guru itu mengayunkan tongkatnya sembari merapalkan mantra tersebut, jarum yang lebih mirip sumpit besi itu terangkat dari badan kelinci tersebut. Beberapa menit setelahnya, kelinci itu mulai bergerak, lalu melompat kecil, tanda bahwa ia sudah tidak kesakitan.
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan tersebut, mereka semua nampak kagum dengan apa yang baru saja terjadi di depan mereka.
____________
terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote ya!!
![](https://img.wattpad.com/cover/352266233-288-k712561.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Loka
FantasyAksa loka adalah salah satu sekolah sihir di Indonesia yang mengambil beberapa siswa siswi setingkat smk/sma di setiap daerah. Sekolah yang penuh keajaiban dan misteri menanti kalian. Apa kalian sudah siap? Ayo menjelajahi Aksa loka bersama dengan...